Bunda, Begini Cara Menegur Anak Sesuai Anjuran Rasulullah SAW
Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 11 Apr 2020Ilustrasi - Image from www.ruangmuslimah.co
Anak ditegur, malah balik marah dan jadi kesal sama kita
Ya karena ketika Bunda kesal dengan anak yang rewel dan bandel, tak jarang keluar kata-kata marah dengan nada yang tinggi kepada anak. Jadinya anak sakit hati dan malah membantah. Nah, untuk itu Bunda perlu simak anjuran dari Rasulullah SAW mengenai cara menegur anak yang baik ini.
Sebelum mengetahui mengenai cara menegur yang baik.
Bunda juga perlu tahu lho, ternyata memarahi anak dapat memberikan dampak yang negatif pada perkembangan anak.
Dengan pengetahuan ini, diharapkan Bunda tau mengenai pentingnya bersikap baik dan tidak memarahi anak secara berlebihan.
Baca juga : Banyak Suami Gengsi Terima Masukan Istri, Betul Nggak Bun?
Dampak Psikis Anak yang Sering Dimarahi
Dikutip dari buku Don't Be Angry Mom karya Dr. Nurul Afifah , terdapat 6 dampak negatif bagi psikis anak yang sering dimarahi oleh orang tuanya.
1. Menurunkan kepercayaan diri anak
Coba cek, apa buah hati Bunda tumbuh jadi anak yang penakut atau minder?
Nah bisa jadi hal ini disebabkan seringnya dia mendengar kemarahan orang tuanya. Atau bahkan hal tersebut didapatkannya setiap hari. Alhasil, sang anak merasa perilaku dan pendapatnya selalu salah di mata orang tuanya. Sehingga membuatnya merasa tidak dihargai.
Hal tersebut bisa membuat sang anak kurang percaya diri. Sulit untuk memunculkan inisiatif dan melakukan suatu hal yang baru karena selalu takut salah.
2. Memiliki kepribadian yang tertutup
Anak yang seringkali jadi sasaran kemarahan orang tuanya bisa menjadi pribadi yang tertutup. Ia mungkin memikirkan banyak hal baik di kepalanya, namun sang anak enggan bercerita dan lebih memilih memendamnya sendiri karena ia takut disalahkan.
Maka jangan heran jika melihat anak cenderung menarik diri dari lingkungannya dan menjadi anak yang anti sosial.
3. Mengalami depresi
Ketika anak sering dimarahi dan disalahkan oleh orangtuanya, ia cenderung menyimpan kesedihannya sendiri. Sehingga anak akan merasa stres, dan memiliki tingkat kecemasan berlebih.
Jika hal ini dibiarkan berlarut-larut, anak bisa mengalami depresi. Ditandai dengan tidak mau bertemu dengan banyak orang. Bahkan ada yang sampai menyakiti dirinya sendiri.
4. Menurunnya prestasi belajar
Ketika Bunda kerap membanding-bandingkan nilai anak dengan temannya yang lain dan memarahi jika nilai anak turun.
Maka hal ini bisa membuatnya murung dan sulit berkonsentrasi. Alhasil dia kesulitan dalam belajar dan sangat mungkin membuat prestasinya menurun.
5. Kepercayaan pada orang tua berkurang
Jika anak terlalu sering dimarahi, maka bisa membuat anak malas mendengar orang tuanya. Sebab dia takut jika dimarahi. Anak akan merasa tidak nyaman jika bicara dengan orang tuanya.
6. Menjadi pemarah
Kebahagiaan itu menular, sama halnya dengan kemarahan. Jika orang tua selalu mencurahkan kemarahannya, hal ini sangat mungkin masuk dalam memori anak dan dicontoh oleh mereka.
Apalagi mengingat bahwa anak adalah peniru ulung perilaku orang di sekitarnya termasuk orang tua.
Apalagi mengingat bahwa anak adalah peniru ulung perilaku orang di sekitarnya termasuk orang tua.
Selain ke enam hal diatas, Bunda juga perlu tahu, bahwa bentakan dan perkataan kasar bisa membunuh lebih dari satu miliar sel otak anak saat itu juga. Oleh sebab itu Bunda, jangan marahi dan membentak anak.
Cara Menegur Anak, Anjuran Rasulullah SAW
Lantas bagaimana jika anak salah?
Berikut adalah cara menegur anak yang salah dengan cara yang baik menurut anjuran Rasulullah SAW Dalam Al Quran disebutkan, bahwa anak-anak adalah potret yang belum sempurna akalnya.
Sehingga tidak boleh diberikan kewenangan yang besar dan diperintahkan untuk mengucapkan kata-kata yang baik pada mereka.
وَلَا تُؤْتُوا السُّفَهَاءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ قِيَامًا وَارْزُقُوهُمْ فِيهَا وَاكْسُوهُمْ وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلًا مَعْرُوفًا
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.” (QS. An-Nisa’ [4]: 5)
Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
خَدَمْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ سِنِينَ، وَاللهِ مَا قَالَ لِي: أُفًّا قَطُّ، وَلَا قَالَ لِي لِشَيْءٍ: لِمَ فَعَلْتَ كَذَا؟ وَهَلَّا فَعَلْتَ كَذَا؟
“Aku melayani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selama sepuluh tahun. Demi Allah, beliau tidak pernah mengatakan kepadaku “uff” sama sekali. Beliau juga tidak pernah sekalipun mengatakan kepadaku, mengapa Engkau melakukan hal itu? Atau (mengatakan), seharusnya Engkau (Anas) melakukan ini dan itu.” (HR. Bukhari 2768 dan Muslim no. 2309)
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu melayani Rasulullah SAW, sejak Anas berusia sepuluh hingga dua puluh tahun. Artinya, ketika usia Anas sekitar sepuluh-an tahun, beliau masih anak-anak. Hal ini menunjukkan mulianya akhlak Rasulullah kepada anak-anak.
Sehingga bisa disimpulkan cara menegur anak yang baik :
1. Mengucapkan dengan kata-kata yang baik
Tidak dengan membentak atau mengucapkan kata-kata kasar. Misalnya, "dasar anak nakal, tidak bisa dibilangin, anak bandel, dan lainnya" Sebaliknya ucapkan dengan lembut dan menenangkan.
Sehingga anak merasa dihargai dan tidak mendendam atas teguran Bunda.
Sebaiknya tegur anak ketika sedang berdua saja dengan anak. Bukan di keramaian. Sebab jika di keramaian bisa menurunkan rasa percaya diri anak. Dan anak akan merasa trauma, malu dengan lingkungan sekitarnya bahkan menutup diri.
2. Menghindari kata-kata jangan dan seharusnya
Sebaiknya tidak menggunakan kata "jangan / seharusnya". Daripada mengucapkan "hei, jangan lari nanti jatuh", lebih baik Bunda mengucapkan "Ayo kita lari pelan-pelan. Kalau cepat, nanti Bunda gak bisa kejar" dan lainnnya.
Semoga ilmu ini bisa menambah pengetahuan Bunda dalam mendidikan anak ya. Dan semoga anak Bunda menjadi anak yang sholeh dan sholehah serta berbakti kepada orang tua.