Kisah Haru, Ninuk Sang Perawat yang Meninggal karena Terinfeksi Corona

Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 01 Apr 2020

Kisah Haru, Ninuk Sang Perawat yang Meninggal karena Terinfeksi Corona

Kisah haru Ninuk yang meninggal karena corona - Image from wajibbaca.com

 "Yah, aku positif Covid-19, masih bisa hidup nggak aku ya?" 

Sejak awal dia dinyatakan terkena corona, dia sempat takut bahkan bertanya kepada suami tercintanya.

Sayangnya, kini dia telah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Tapi inshaallah pengabdiannya yang tulus itu mengantarkannya pada tempat yang mulia di sisi Allah. Aamiin ya robbal alamin. 

Ninuk adalah seorang perawat berusia 37 tahun. Selama hidupnya, dia begitu bahagia karena bisa menekuni profesi yang sangat dicintainya. Setiap hari Ninuk bekerja dengan merawat pasien-pasien di rumah sakit. 

Walau dirinya sendiri lelah, dia tak pernah berpikir untuk menyerah. Ninuk selalu berusaha agar para pasien senantiasa merasa nyaman dan lekas sembuh. Baginya, kesembuhan mereka adalah penghargaan yang tak ternilai harganya. 

Baca juga : Angin Segar, Ibu Hamil dan Anak Usia Dini Dapat 3 Juta Per Tahun

Namun siapa sangka, ternyata Ninuk harus mengembuskan napas terakhirnya di usia yang masih terbilang muda. Dia menjadi perawat pertama di Indonesia yang tercatat meninggal karena virus Corona Covid-19. 

Mari simak kisah Ninuk selengkapnya agar kita bisa memahami perjuangannya dalam menjalankan pekerjaan sebagai perawat.

"Yah, aku positif Covid-19, masih bisa hidup nggak aku ya?" tanya Ninuk pilu pada uaminya, 10 Maret silam. 

Ninuk telah mengabdi sebagai perawat selama sekitar 12 tahun di RS Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Dia selalu berusaha kuat demi merawat pasien-pasiennya. 

Namun pada awal Maret; Ninuk tumbang karena mengalami kelelahan yang teramat sangat, demam hingga 39 derajat Celcius, diare, hingga sesak napas. Akhirnya, dia menjalani perawatan di rumah sakit tempat dia bekerja. 

Di ranjang IGD, Ninuk sesak dan kesulitan bernapas sehingga harus dibantu ventilator. Dia mengeluh pinggangnya terasa nyeri. Keringat tiada henti mengucur dan hidungnya terus berair. Untunglah sang suami dengan setia menemaninya. 

Pria yang bernama Arul itu menyeka keringat Ninuk dan mengoleskan obat gosok untuk meredakan nyeri pinggangnya. Dia juga tak henti-hentinya menyemangati sang istri agar terus bertahan. Namun siapa sangka, ternyata itulah momen terakhir keduanya bersama. 

Keesokan harinya, keluarga Ninuk dilarang untuk bertemu dengan Ninuk. Sebab ia telah dipindahkan dari RSCM ke RSPI Sulianto Saroso, yakni rumah sakit rujukan corona di Jakarta. Dia diisolasi di sana tanpa ada satupun keluarga yang mendampinginya. Dalam kesendirian, Ninuk pun mengembuskan napas terakhirnya tepat pada 12 Maret. 

Ninuk diduga tertular corona saat sedang merawat pasien. Tempatnya bekerja bukan rumah sakit rujukan, sehingga dirinya tak bersiap dengan memakai pakaian pelindung untuk berjaga agar tidak tertular corona.

"Saya hidup untuk orang yang saya sayangi dan mati untuk orang yang saya sayangi, termasuk untuk profesi saya," kata Ninuk semasa hidupnya.

Ninuk sempat dikabarkan tertular virus corona setelah merawat seorang WNA asal Korea Selatan pada bulan Februari. Pasien tersebut menunjukkan gejala Covid-19, tetapi RSCM enggan mengonfirmasinya walau tak membantah perihal tersebut. 

Pemerintah juga tak mau membuka keterangan rinci terkait kasus tersebut. Namun kalaupun diselidiki, hasilnya sudah terlambat bagi Ninuk. Dia telanjur berpulang dan meninggalkan suami serta anak-anak yang dikasihinya. 

Semoga almarhumah diganjar tempat yang mulia di sisi Allah serta seluruh keluarganya diberikan ketabahan serta keikhlasan untuk menerima kepergiannya. 

Sosok Ninuk menginspirasi kita agar senantiasa berupaya semaksimal mungkin di setiap pekerjaan yang kita jalani. Menjadikan pekerjaan kita sebagai ladang amal untuk akhirat kelak.

SHARE ARTIKEL