Ngeri, Efek Buruk Perbuatan Dosa Bagi Kehidupan Kita Sehari-hari 

Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 13 Apr 2020

Ngeri, Efek Buruk Perbuatan Dosa Bagi Kehidupan Kita Sehari-hari 

Akibat dosa dalam kehidupan sehari-hari - Image from an-najah.net

Dampak buruk dosa sangat besar di kehidupan sehari-hari. 

Setiap hari manusia tak luput dari dosa. Bahkan banyak yang menjadi candu, memang berbuat dosa itu "enak" membuat siapa yang melakukannya kecanduan, tapi lihatnya dampak buruk dari dosa yang telah kita perbuat ini, naudzubillah semoga kita bukan tergolong orang yang kecanduan dosa.

Setiap hari kita senantiasa diberi kenikmatan yang dilimpahkan oleh Ar-Rahman. Mulai dari nikmat kesehatan, keamanan, ketenangan, rizki berupa makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal. Serta nikmat keimanan dan keislaman seperti saat ini. 

Baca juga :  Suami Bunda Loyo dan Tak Bergairah? Bisa Jadi ini Penyebabnya

Sungguh, dalam setiap tarikan nafas kita, ada nikmat Allah yang tak terhingga. Dari mulai tidur, bangun dari tidur hingga tidur kembali, sungguh nikmat-Nya tiada terhitung. 

Maka Maha Benar Allah ketika berulang-ulang menegaskan dalam surat Ar-Rahman: 

 فَبِأَيِّ آلاَءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ 

“Maka nikmat Rabb kalian yang manakah yang kalian berdua (bangsa jin dan manusia) dustakan?”

Meski banyak nikmat yang kita dapat dari Allah, baik disengaja maupun tidak disengaja kita seringkali melakukan perbuatan dosa. Bahkan meski kita tahu, tak jarang kita mengulangi perbuatan dosa tersebut. 

Amat buruklah keadaan kita bila tidak segera bertaubat dari dosa-dosa yang ada dan menutupinya dengan banyak berbuat kebaikan. 

Karena perbuatan dosa itu memiliki pengaruh yang sangat jelek bagi hati dan tubuh seseorang, di dunianya ini maupun di hari penghisaban kelak. Al-Imam Al-’Allamah Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah menyebutkan secara rinci dampak negatif dari dosa.

Dampak Negatif dari Dosa

Beberapa di antaranya ialah sebagai berikut. Hal ini ditujukan agar bisa menjadi peringatan agar kita menghindarkan diri dari perbuatan dosa. 

Terhalang dari ilmu yang haq 

Ilmu adalah cahaya yang dilemparkan ke dalam hati, sementara maksiat akan memadamkan cahaya tersebut. 

Tatkala Al-Imam Asy-Syafi’i, belajar kepada Al-Imam Malik, Al-Imam Malik terkagum-kagum dengan kecerdasan dan kesempurnaan pemahaman Asy-Syafi’i. 

Al-Imam Malik pun berpesan pada muridnya ini, “Aku memandang Allah telah memasukkan cahaya ilmu di hatimu. Maka janganlah engkau padamkan cahaya tersebut dengan kegelapan maksiat.” 

Al-Imam Asy-Syafi’i pernah bersajak: “Aku mengeluhkan jeleknya hafalanku kepada Waki’. Maka ia memberi bimbingan kepadaku agar meninggalkan maksiat. Ia berkata, “Ketahuilah ilmu itu merupakan keutamaan dan keutamaan Allah tidak diberikan kepada orang yang berbuat maksiat.” 

Terhalang dari mendapatkan rezeki dan urusannya dipersulit 

Takwa kepada Allah akan mendatangkan rizki dan kemudahan urusan bagi seorang hamba sebagaimana firman-Nya:

“Siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan bagi orang tersebut jalan keluar (dari permasalahannya) dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (Ath-Thalaq: 2-3)

“Siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (Ath-Thalaq: 4)

Sedangkan meninggalkan ketaqwaan berarti akan mendatangkan kefakiran dan kita kesulitan dalam urusan yang sedang dihadapi.

Maksiat akan ‘memperpendek‘ umur dan menghilangkan keberkahan 

Sedangkan perbuatan baik akan menambah umur dan keberkahan hidupnya. Mengapa demikian? 

Karena kehidupan yang hakiki dari seorang hamba diperoleh bila hatinya hidup. 

Sementara, orang yang mati hatinya walaupun masih berjalan di muka bumi, hakikatnya ia telah meninggal dunia. 

Oleh karenanya Allah menyatakan orang kafir adalah mayat dalam keadaan mereka masih berkeliaran di muka bumi:

“Mereka itu adalah orang-orang mati yang tidak hidup.” (An-Nahl: 21) 

Dengan demikian, kehidupan yang hakiki adalah kehidupan hati. Sedangkan umur manusia adalah hitungan lama kehidupannya.

Berarti, umurnya tidak lain adalah waktu-waktu kehidupannya yang dijalani karena Allah, menghadap kepada-Nya, mencintai-Nya, mengingat-Nya, dan mencari keridhaan-Nya. 

Di luar itu, tidaklah terhitung sebagai umurnya. Bila seorang hamba berpaling dari Allah dan menyibukkan diri dengan maksiat dan perihal dunia saja. 

Berarti hilanglah hari-hari kehidupannya, dan itu membuatnya menyesal di kehidupan kelak. Sebagaimana yang dikisahkan di Al Quran. 

“Aduhai kiranya dahulu aku mengerjakan amal shalih untuk hidupku ini.” (Al-Fajr: 24) 9. 

Kecanduan berbuat dosa 

Orang yang sering berbuat dosa dan maksiat, hatinya tidak lagi merasakan jeleknya perbuatan dosa. Orang itu tak lagi merasakan keresahan dan kegelisahan atas dosanya. 

Malah berbuat dosa telah menjadi kebiasaan dan membuatnya nyaman. Dia tidak lagi peduli dengan pandangan manusia dan acuh dengan ucapan mereka. 

Bahkan ia bangga dengan perbuatan maksiat yang telah dilakukannya.

Bila sudah seperti ini model seorang hamba, ia tidak akan dimaafkan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

“Setiap umatku akan dimaafkan kesalahan/dosanya kecuali orang-orang yang berbuat dosa dengan terang-terangan. Dan termasuk berbuat dosa dengan terang-terangan adalah seseorang melakukan suatu dosa di waktu malam dan Allah menutup perbuatan jelek yang dilakukannya tersebut2 namun di pagi harinya ia berkata pada orang lain, “Wahai Fulan, tadi malam aku telah melakukan perbuatan ini dan itu.” Padahal ia telah bermalam dalam keadaan Tuhannya menutupi kejelekan yang diperbuatnya. Namun ia berpagi hari menyingkap sendiri tutupan (tabir) Allah yang menutupi dirinya.” (HR. Al-Bukhari no. 6069 dan Muslim no. 7410)

Maksiat akan merusak akal 

Karena akal memiliki cahaya, sedangkan maksiat pasti akan memadamkan cahaya dari akal. Bila cahayanya telah padam, akal menjadi lemah dan kurang optimal. Sebagian salaf berkata: “Tidaklah seseorang bermaksiat kepada Allah hingga hilang akalnya.” 

Hal ini jelas sekali, karena orang yang akalnya berfungsi tentunya akan mencegah dirinya berbuat maksiat. 

Sebab ia sadar sedang berada dalam pengawasan-Nya, di bawah kekuasaan-Nya, ia berada di bumi Allah, di bawah langit-Nya dan para malaikat Allah yang tengah menyaksikan perbuatannya.

Tidak mendapatkan doa dari para malaikat 

Bila si pelaku dosa enggan untuk bertaubat dari dosanya, ia akan terhalang dari mendapatkan doa dari para malaikat. 

Sebab malaikat hanya mendoakan orang-orang yang beriman, suka bertaubat, serta selalu mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah. Allah SWT berfirman: 

 الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ. رَبَّنَا وَأَدْخِلْهُمْ جَنَّاتِ عَدْنٍ الَّتِي وَعَدْتَهُمْ وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ. وَقِهِمُ السَّيِّئَاتِ وَمَنْ تَقِ السَّيِّئَاتِ يَوْمَئِذٍ فَقَدْ رَحِمْتَهُ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ 

“Malaikat-malaikat yang memikul Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Rabb mereka dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman, seraya berucap, ‘Wahai Rabb kami, rahmat dan ilmu-Mu meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan-Mu dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala. Wahai Rabb kami, masukkanlah mereka ke dalam surga Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang shalih di antara bapak-bapak mereka, istri-istri mereka, dan keturunan mereka semuanya. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha memiliki hikmah. Dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Orang-orang yang Engkau pelihara dari pembalasan kejahatan pada hari itu maka sungguh telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar’.” (Ghafir: 7-9) 

Itulah beberapa pengaruh negatif dari perbuatan dosa dan maksiat yang kami dapatkan dari kitab Ad-Da`u wad Dawa`, karya Al-Imam Ibnul Qayyim v hal. 85-99. 

Semoga bisa menjadi peringatan bagi kita agar menjauhi perbuatan dosa.

Wallahu a'lam

loading...