Update, China Laporkan 1.300 Kasus Baru Virus Corona Tanpa Gejala 

Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 03 Apr 2020

Update, China Laporkan 1.300 Kasus Baru Virus Corona Tanpa Gejala 

Ilustrasi Kondisi China - Image from wajibbaca.com

Apakah China akan mengalami gelombang pandemi kedua? 

Meski pada 25 Maret 2020, China sempat melaporkan 0 kasus positif Covid-19 lokal, nyatanya pandemi corona di negara tersebut belum usai. Pasalnya ditemukan 1.300 kasus baru positif Covid-19 di China, diketahui kasus tersebut tidak menunjukkan gejala apapun. 

Di tengah kebangkitan masyarakat China dari wabah virus corona, muncul ketakutan baru tentang munculnya gelombang pandemi kedua yang mungkin jauh lebih berbahaya dari sebelumnya. 

Ada 1.300 Kasus Virus Corona Tanpa Gejala Ditemukan di China 

Pasalnya pada 1 April 2020, Otoritas China mengumumkan 1.300 kasus virus corona asimtomatik, atau disebut juga kasus tanpa gejala. Data tersebut lah yang memicu kekhawatiran publik terhadap kemungkinan pandemi kedua, kasus corona tanpa gejala. 

Baca juga : MUI Jelaskan Hukum Tinggalkan Sholat Jumat 3 Kali di Masa Pandemi

Pejabat kesehatan China juga melaporkan adanya imported case pertama yang berasal dari luar negeri di Wuhan, tempat pertama kali muncul virus SARS-CoV-2 pada akhir tahun lalu. 

Hal tersebut meningkatkan kekhawatiran akan adanya infeksi virus yang dibawa dari luar negeri ke China. Hal ini terbukti dari 36 kasus yang dilaporkan pada Rabu (1/4), pasalnya 35 di antaranya ternyata diimpor dari luar negeri.

Tujuan otoritas kesehatan China mulai melaporkan kasus-kasus tanpa gejala COVID-19 adalah upaya untuk menyadarkan publik agar tetap berhati-hati. Sebab seseorang bisa menyebarkan virus tanpa mengetahui bahwa dirinya telah terinfeksi corona. 

Sebelumnya, China telah berhasil mengendalikan wabah SARS-CoV-2 yang menghantam wilayahnya selama kurang lebih 3 bulan belakangan. Mereka mulai mengurangi pembatasan perjalanan di zona-zona merah yang sebelumnya dikarantina total. 

Belakangan, pemerintah China juga berencana akan mengakhiri lockdown yang selama ini diterapkan untuk mencegah penyebaran. Namun, dengan adanya kasus virus corona tanpa gejala telah mengurungkan niat pemerintah untuk mencabut aturan lockdown sebelumnya. 

Sebab, jika aktivitas kembali normal, maka berpeluang munculnya ribuan kasus baru COVID-19 yang menyebar melalui kegiatan sehari-hari. Ironisnya, orang-orang tidak ada yang menyadari bahwa dirinya sudah terinfeksi virus corona.

Diduga Jumlah Kasus yang Tidak Terdeteksi Jauh Lebih Banyak 

Jumlah kasus asimtomatik yang terjadi di China diperkirakan jauh lebih banyak dari kasus yang sudah dilaporkan oleh Otoritas China. Menurut surat kabar South China Morning Post, dengan mengutip data yang tidak dipublikasikan, setidaknya ada 40.000 orang di China yang telah terinfeksi virus corona dengan tanpa gejala apapun. 

Pekan ini, pemerintah China telah memerintahkan otoritas kesehatan untuk fokus menangani pasien COVID-19 tanpa gejala tersebut. Hal ini dilakukan untuk meredam ketakutan masyarakat yang kembali muncul pasca menurunnya kasus. 

Otoritas kesehatan di provinsi Liaoning adalah pihak pertama melakukan screening di wilayahnya untuk menemukan kasus tanpa gejala itu. Hasilnya, pada Selasa (31/3), mereka menemukan 52 kasus virus corona tanpa gejala.

Sedangkan Provinsi Hunan, melaporkan empat kasus virus corona tanpa gejala. Semuanya merupakan orang-orang dari luar negeri. Menindaklanjuti peristiwa ini, Komisi Kesehatan China mengatakan, semua orang positif COVID-19 tanpa gejala yang terdeteksi akan diisolasi selama 2 minggu.

Pasien Covid-19 Tanpa Gejala Bisa Menularkan ke Orang Lain 

Para ahli sepakat, pasien COVID-19 tanpa gejala bisa menyebarkan virus SARS-CoV-2 kepada orang lain di sekitarnya. Meskipun begitu, belum diketahui seberapa besar potensi penularannya. 

Menurut Zhong Nanshan, seorang pakar pernapasan China, kasus covid-19 tanpa gejala setidaknya bisa menginfeksi 3 orang atau lebih saat mereka melakukan kontak.

Selain China, negara-negara lain juga banyak yang melaporkan kasus virus corona tanpa gejala, diantaranya ialah Korea Selatan dan Jepang.

SHARE ARTIKEL