Banyak Ortu Marah, Masuk Sekolah Diundur Sampai Tahun Depan
Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 22 Jun 2020Ilustrasi - Image from duniaeni.com
Sekolah dari rumah, kadang bikin orang tua kesel.
Yang ngerjain tugas bukan lagi anaknya, tapi ibunya. Ditambah lagi pusingnya mikirin masuk sekolah yang diundur hingga tahun depan.
Tahun ajaran baru pada tahun 2020 jatuh pada 13 Juli mendatang. Saat itu seharusnya kegiatan belajar mengajar sudah dimulai.
Namun, dikarenakan pandemi Covid-19 yang hingga saat ini masih menghantui, membuat beberapa pihak khawatir sekolah-sekolah akan menjadi klaster penyebaran wabah.
Demi meminimalisir kekhawatiran ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memutuskan tidak membuka kegiatan belajar mengajar pada 13 Juli nanti, sebagaimana 8 keputusan sebelumnya.
Merujuk surat Keputusan Bersama (SKB) terkait Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Pada Tahun Ajaran di Masa Pandemi Covid-19 menyebutkan 94 persen peserta didik masih berada di zona merah, orange, dan kuning dan hanya 6 persen yang berada di zona hijau.
Hanya pada lingkup 6% itu sajalah sekolah bisa dibuka, terkait dengan kehadiran siswa-siswi, orang tua memiliki kendali penuh untuk memutuskan.
Rincian Jadwal Masuk Sekolah
Untuk tahap I, SMA, SMK, MA dan setingkatnya, SMP dan MTS diperbolehkan melakukan pembelajaran tatap muka pada tahun ajaran baru Juli mendatang.
Untuk tahap II (dua bulan setelahnya) barulah SD muali dibuka. Selanjutnya tahap III (dua bulan selanjutnya), TK dan PAUD boleh melakukan pembelajaran tatap muka.
Menanggapi keputusan tersebut, sejumlah orang tua yang tahun ini menyekolahkan anak mereka masuk Taman Kanak-kanak (TK) merasa bingung apakah akan tetap mendaftar atau menunggu tahun depan.
Kegalauan Orang Tua
Mengutip dari Tempo.co, Vanessa Sutopo orang tua dari anak yang tahun ini berencana sekolah TK mengatakan jika melihat kondisi saat ini dia akan mendaftarkan anaknya tahun depan.
“Toh masuk sekolah kalau SD Negeri juga kan 7 tahun ya, mending kelebihan usia deh tidak apa-apa, soalnya melihat area Bekasi sampai sekarang masih kuning. Jadi masih khawatir juga ngelepas anak sekolah tahun ini, jadi mau ngepasin saja 7 tahun,” ucap perempuan 28 tahun ini.
Vanessa berprofesi sebagai Dokter Umum, ia mengatakan belum secara resmi mendaftarkan anaknya TK.
“Nanti rencananya akan diskusi lagi sama suami bagaimana sebaiknya, sebelum ada pandemi memang rencananya TK setahun saja, sekarang kondisi serba tidak menentu begini,” imbuhnya.
Berbeda halnya dengan yang dirasakan Indah Puspita yang tahun ini sudah memiliki rencana anaknya akan sekolah TK.
Sampai sekarang menurut Indah, dari pihak sekolah masih susah dimintai penjelasan. Ia menyampaikan saat ini sudah mendaftarkan anaknya TK.
“Kalau Tangerang Selatan keputusan sudah keluar untuk belajar dari rumah diperpanjang sampai Desember 2020. Jadi tahun ini karena sudah bayar akan tetap sekolah TK, menyesuaikan dengan metode yang berlaku yakni belajar di rumah,” ucap perempuan 32 tahun ini.
Tanggapan Psikolog terhadap Kondisi Anak
Menanggapi kegelisahan sejumlah orang tua tersebut, psikolog Nuzulia Rahma Tristinarum mengatakan dampak psikologis pada anak-anak yang akan masuk TK namun terhalang karena pandemi, tidak seberapa besar.
Hal ini karena kompetensi yang diajarkan di TK sebenarnya bisa dilakukan secara mandiri di ruma.
“Justru memang usia TK itu jauh lebih baik jika melakukan beberapa kegiatan, termasuk kegiatan belajar adalah jika bersama orang tuanya. Yang perlu dilakukan orang tua adalah memberi fasilitas belajar sesuai tahapan perkembangan anaknya dan menjadi fasilitator bagi proses belajar anak,” ucap Psikolog di Pro Help Center dilansir dariTempo.co, Kamis 18 Juni 2020.
Meski akan ada efek psikologis sebab harapan anak tak bisa diwujudkan. Seperti halnya harapan tentang sekolah barunya, seragam barunya, teman barunya.
Terutama anak yang sudah kangen dengan sekolah dan teman-temannya. Tentu akan merasa sedih jika sampai saat ini hingga waktu yang tak bisa ditentukan belum bisa sekolah seperti biasanya.
Saran Sikap Orang Tua terhadap Anak
Sebab itu orang tua perlu mendengarkan perasaan anak dan memberi penjelasan dengan empati dan mendengar sepenuh hati.
Berikan waktu khusus untuk anak mengungkapkan perasaannya dan menyatakan yang diharapkannya.
“Walau masih TK tentu anak tetaplah manusia yang punya perasaan dan butuh didengarkan dengan sungguh sungguh. Setelah itu beri penjelasan mengenai kondisi yang ada sesuai bahasa yang dipahaminya dan beri penjelasan dengan rasa empati,” lanjut dia.
Belajar yang terbaik bagi usia TK, menurut Nuzulia adalah sambil bermain. Jadi orang tua bisa menggunakan benda-benda yang ada di sekitarnya untuk mengajak anak belajar dengan cara yang menyenangkan.
Tidak harus mahal yang penting sesuaikan dengan kebutuhan belajar anak.Orang tua perlu memberi porsi waktunya untuk anak dalam menstimulasi perkembangan anak.
“Mengenai stimulasi apa saja yang diperlukan, bisa dicari ilmunya di internet atau buku buku yang ada. Orang tua perlu menyediakan hatinya, waktunya dan dirinya secara utuh saat mendampingi anak. Tidak perlu seluruh waktu orang tua buat anak. Beri sebagian saja sesuai kemampuan orang tua. Tetapi saat memberi yang sebagian itu, hadirlah secara penuh dan utuh,” pungkasnya.