Viral, Curhatan Pilu Ojol, Reuni Jadi Ajang Pamer Pekerjaan dan Gaji

Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 15 Jun 2020

Viral, Curhatan Pilu Ojol, Reuni Jadi Ajang Pamer Pekerjaan dan Gaji

Tangkapan layar unggahannya - Image from Facebook.com/Nobusan

Bukan bernostalgia, malah... 

Kisah pilu reuni, ojol dkk malah jadi kacang dan merasa minder. Kisah ini mengingatkan kita pada nasehat Ali bin Abi Thalib tentang menjadi bermanfaat di tengah pergaulan. Berikut selengkapnya...

Selepas mengakhiri masa sekolah, mungkin satu-satunya momen untuk kembali mengenangnya adalah pada saat reuni. Reuni membuat kita bertemu dan menjalin silahturahim dengan teman lawas saat sekolah dulu. 

Dengan reuni kita pun bisa saling bertanya kabar dan tahu kondisi dan cerita-cerita teman saat ini. Tak kalah menariknya adalah saat-saat kita menceritakan kenangan masa lalu. Baik cerita sedih, bahagia, lucu dan lainnya. 

Adapula yang menjadikan reuni sebagai ajang untuk merencanakan kerjasama antar teman untuk memberikan kontribusi pada masyarakat. 

Misalnya mengadakan kegiatan penggalangan dana untuk membantu orang miskin, beasiswa pendidikan siswa kurang mampu, dan kegiatan sosial lainnya. 

Curhatan Pilu Ojol dkk 

Berbeda halnya dengan kisah pilu ojol saat reuni. Bukannya bersenang-senang, ia dan kedua temannya justru merasa pedih. Pasalnya ajang reuni yang dipikir akan menjadi ajang nostalgia masa lalu, justru jadi ajang pamer pekerjaan dan gaji. 

Begini ungkapannya yang diunggah di akun facebooknya: 

Jujur kecewa sama reuni tadi, entah kenapa pada berubah, pada bahas gaji proyek, dll. 

Gak enakna karena diacara reuni masih ada yang belum kerja secara tetap, beda kalau udah jadi ASN/Abdi Negara/Supervisor/Manajer, lancar banget bilang 12-20 juta sebulan. 

Belum lagi rencana beli mobil ratusan juta walau cuma nyebut merek dll. Alhasil 2 orang teman yang berprofesi sebagai ojol dan jualan es cincau otomatis kena kacang alias gak diajak riung. 

Terutama ge yang cuma kerja serabutan. Alhasil kita bertiga baru 10 menit sengaja pulang lebih awal sebab level pembicaraan udah beda kasta. 

"Gw malu nob, sehari aja paling banyak 50 ribu jualan es cincau, kayaknya udah berubah ya teman kita pada sukses. Sukurlah gw ikut seneng" kata kawan gue AG. 

Dengan sedikit menghibur gue bilang, "Bro, lu jualan es atau apapun, lu tetep kawan gw, tenang gw berkawan karna diri lu bukan background lu."

Sesaat sebelum pulang gw ajak ke dua kawan gw makan di angkringan. Nah disitulah reuni yang gw mau pada bahas. Kekonyolan di masa lalu, hehe.

Gw dulu kang bagiin gorengan, alias kurir makanan dengan dalih fotokopi, gorengannya gw taro dalam topi sekolah.




Komentar Warganet 

Hingga saat ini, unggahan tersebut mendapat 18 ribu respon, 5,1 ribu komentar dan telah dibagikan 16 ribu pengguna. 

"Ambil sisi positifnya aja, buat motivasi. Tapi jangan lupa bersyukur juga," komentar salah satu akun. 

Adapula yang numpang curhat di unggahan tersebut. 

"Hidup itu bagaikan roda, tetep humble jangan sombong. Mak gw cerita, di grup angkatan dia ada orang sombong. Dia cerita lagi, PO jam tangan Rolex asli, dsb. Sampai diledekin disebut bos. 

Nah kemarinan pas PSBB, bulan pertama auto keok. Langsung disindir sama teman sekolah lain, kalau dia punya hutang sama bank, terus mau jual jam Rolexnya 70 jt. Jadi ternyata aset dia itu hasil ngutang" jelas akun yang lain. 

Nasehat Ali bin Abi Thalib 

Melihat kejadian seperti ini, saya kembali diingatkan tentang nasehat Ali bin Abi Thalib, tentang menjadi bermanfaat di tengah pergaulan. 

Ia berpesan, "Jangan bicarakan tentang hartamu di hadapan orang miskin. Jangan bicarakan kesehatanmu di hadapan orang sakit. Jangan bicarakan kekuatanmu di hadapan orang lemah. 

Jangan bicarakan kebahagiaanmu di hadapan orang yang sedih. Jangan bicarakan kebebasanmu di hadapan orang yang terpenjara. Jangan bicara tentang banyaknya anakmu di hadapan orang yang tidak punya anak. 

Jangan bicara tentang orang tuamu di hadapan anak yatim. Karena mereka sudah cukup terluka dengan ujiannya."

Dari kisah ini kita belajar untuk bersikap lebih empati terhadap kekurangan dan masalah orang lain. Dan tentunya peringatan bagi setiap orang agar berpikir sebelum berbicara, agar orang-orang di sekitar tidak sedih dan sakit hati. 

SHARE ARTIKEL