Empat Ekspetasi Perempuan tentang Pernikahan
Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 08 Jun 2020Ilustrasi - Image from bp-guide.id
Ingin cepat-cepat menikah biar...
Eits tunggu dulu, benar gak si apa yang kita harapkan dan inginkan akan terwujud dengan sebuah pernikahan. Kira-kira ekspektasi pernikahan akankah sesuai dengan realita?
Hampir setiap perempuan membayangkan banyak hal romantis dan indah terkait pernikahan.
Tidak sedikit juga yang memilih untuk menikah untuk mendapatkan berbagai kebahagiaan tersebut. Lalu kecewa ketika realitanya tak sesuai dengan harapannya.
Inilah empat ekspektasi perempuan yang terkadang tak sesuai dengan realita:
BACA JUGA
1. Bisa Pacaran Sebebas-bebasnya
Kebanyakan seorang perempuan akan membayangkan nikmatnya setelah menikah adalah bisa pacaran sepuas-puasnya dan sebebas-bebasnya.
Kalau belum menikah kan masih belum boleh berpegangan tangan, berpelukan, dan lainnya. Tapi kalau sudah menikah semuanya dihalalkan bahkan bernilai ibadah.
Jadi kebanyakan perempuan akan berandai-andai bisa pacaran dengan suami dengan bebas layaknya drama korea yang sering ditontonnya.
Sayangnya perkara menikah, bukan hanya masalah romantisme belaka. Memang kita akan mendapatkan kenikmatan pacaran dan lainnya.
Namun ingat pernikahan jauh lebih kompleks dari itu. Dalam rumah tangga banyak sekali hal yang harus dipikirkan. Tak jarang banyak masalah-masalah baru yang tidak pernah diprediksi sebelumnya.
Misal permasalahan hubungan keluarga dengan keluarga mertua, masalah biaya makan anak, biaya pendidikan anak, cara membimbing dan mendidik anak.
2. Menikah itu Enak, Ada yang Memberi Nafkah
Wanita biasanya tak begitu terbebani atau dibingungkan perihal nafkah pasca menikah. Pasalnya, pihak laki-laki atau suamilah yang bertanggung jawab atas hal tersebut.
Dengan kondisi tersebut, kadang para perempuan yang sulit mendapatkan pekerjaan, tidak punya pemasukan akan memilih jalur pintas dengan menikah. Apalagi jika sudah berumur, tentu malu kan kalau minta duit orang tua.
Dia berpikir, bahwa ketika menikah, dia tak usah pusing mikirin uang darimana buat makan atau jajan. Tinggal minta saja dengan pak suami. Beres.
Faktanya jika kamu salah pilih pria, kamu bisa jadi malah harus ikut mati-matian nambal ekonomi keluarga.
Apalagi kalau bertemu dengan suami yang super malas dan tak bertanggung jawab. Bukannya untung, malah buntung. Sebab kamu harus banting tulang cari nafkah untuk dia dan anak-anak. Tak bisa berleha-leha seperti bayanganmu.
3. Ada Tempat Bersandar dan Curhat
Dalam sebuah pernikahan, seseorang biasanya berharap mendapat suami yang mampu membimbing serta saling melengkapi dan mendukung.
Oleh sebab itu, ketika dia menikah, para perempuan akan membayangkan punya tempat free 24 jam untuk curhat dan berkeluh kesah dengan suami yang sudah jadi partner hidup itu.
Tapi, apakah selalu begitu?
Pasalnya tidak semua laki-laki bersedia dijadikan tempat curhat. Ada yang malah akan menyalahkanmu karena terlalu baperan atau enggan mendengarkan curhatan panjangmu itu.
Bahkan ada juga suami yang sudah terlalu capek bekerja. Dan setiap pulang ke rumah akan langsung makan, mandi dan kemudian tidur. Sehingga tak ada waktu sama sekali untuk dengar curhatanmu.
4. Ada Imam Sholat Tahajud
Kadang perempuan juga membayangkan nikmatnya menikah karena ada imam sholat saat sholat fardhu dan tahajud.
Padahal belum tentu lho, sebab bisa jadi kamu lah yang justru harus aktif bangunin suami untuk sholat. Apalagi jika suami sedari awal bukan orang yang rajin ibadah.
Pusing dan lelah juga lho mengingatkan suami setiap hari. Namun bagaimana lagi, itu sudah menjadi kewajiban sebagai istri dan sesama umat Islam.
Itulah 4 ekspektasi yang terkadang tak sesuai realitanya. Namun ekspektasi tersebut bukan berarti salah ya, sah-sah saja si berekspektasi seperti itu.
Asalkan kamu juga perlu menggali masalah-masalah dan hal apa saja yang akan dihadapi saat menikah, bukan hanya bagian senangnya saja.
Sebab pada momen-momen senang kita tak perlu persiapkan bekal apa-apa, jadi pasti bisa sanggup kita jalani. Namun bagaimana jika momen-momen buruk tak diprediksi datang pada pernikahanmu?
Tentu perlu persiapan ilmu, mental, dan fisik, bukan?. Jika tak siap, kita bisa dengan mudah merengek minta cerai atau ingin jadi lajang kembali.
Tapi bagi yang sudah siap dengan segala konsekuensinya, baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan, ia akan lebih mawas diri dan mudah menghadapinya.
So, ekspektasi boleh, tapi pahami juga konsekuensinya ya...
Dan yang terpenting, jika kamu punya ekspektasi yang tinggi maka sejak awal pilih dan pilahlah suami, jangan asal sedapetnya.
Karena bisa jadi suami yang kamu pilih tak bisa penuhi ekspektasi tersebut.