Jawaban Rasulullah untuk Pemuda yang Minta Izin Berzina
Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 11 Jun 2020Ilustrasi - Image from www.dream.co.id
"Wahai Rasulullah, izinkan aku berzina!" katanya
Namun Rasulullah SAW memintanya untuk mendekat lalu memberinya pesan. Pesan Nabi sangat menusuk hatinya, setelah mendengarnya, pemuda itu tak lagi tertarik sedikitpun untuk berzina. Masyaallah.
Abu Umamah menceritakan, “Suatu hari ada seorang pemuda yang mendatangi Nabi SAW seraya berkata, “Wahai Rasulullah, izinkan aku berzina!”
Para sahabatpun bergegas mendatanginya dan memarahinya, “Diam kamu, diam!"
Rasulullah SAW berkata, “Mendekatlah”. Pemuda itu kemudian bergegas mendekati beliau dan duduk tepat di hadapan beliau.
Dialog Rasulullah SAW dan Pemuda
Rasulullah SAW bertanya, “Relakah engkau jika ibumu dizinai orang lain?”, “Tidak, demi Allah wahai Rasul” sahut pemuda itu. “Begitu pula orang lain tidak rela kalau ibu mereka dizinai” balas Rasulullah.
“Relakah engkau jika putrimu dizinai orang?” tanya Rasulullah lagi, “Tidak, demi Allah wahai Rasul!” sahut pemuda itu. "Begitu pula orang lain tidak rela jika putri mereka dizinai”.
“Relakah engkau jika saudari kandungmu dizinai?”, tanya Rasulullah. “Tidak, demi Allah wahai Rasul!” jawab pemuda. “Begitu pula orang lain tidak rela jika saudara perempuan mereka dizinai"
“Relakah engkau jika bibimu dizinai?” tanya Rasulullah lagi. “Tidak, demi Allah wahai Rasul!” jawab pemuda. "Begitu pula orang lain tidak rela jika bibi mereka dizinai”
“Relakah engkau jika bibi dari ibumu dizinai?” tanya Rasulullah. “Tidak, demi Allah wahai Rasul!” sahut pemuda itu lagi. “Begitu pula orang lain tidak rela jika bibi mereka dizinai.”
Lalu Rasulullah SAW meletakkan tangannya di dada pemuda tersebut sambil berkata, “Ya Allah, ampunilah kekhilafannya, sucikanlah hatinya dan jagalah kemaluannya.”
Setelah kejadian tersebut, pemuda itu tidak pernah lagi tertarik untuk berbuat zina,” (HR. Ahmad).
Hikmah Pesan Rasulullah SAW
Dari penjelasan Rasulullah dalam hadits di atas, kita bisa mengetahui bahwa ketika seorang berzina, dia tak hanya melanggar perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW semata.
Namun ia menyakiti hati banyak orang meski perempuan yang dizinai suka sama suka ketika melakukannya. Orang yang berzina sudah tentu menyakiti hati orang tua, adik-adik, keluarga, kerabat dari wanita yang dizinainya.
Oleh sebab itu, Rasulullah SAW meminta pemuda itu untuk merenungkan dan coba membayangkan jika orang-orang terdekatnya dizinai oleh orang lain. Tentu dia tak menginginkannya.
Sebelum kamu terbesit keinginan berzina. Sadarilah bahwa perempuan itu memiliki ayah yang tentu tidak rela anaknya dizinahi, perempuan itu memiliki keluarga yang takkan berkenan dirinya dinodai oleh orang lain.
Bayangkan apa rasanya jika kelak engkau memiliki anak perempuan dan anakmu itu dizinahi oleh pemuda yang bermain-main dengannya?
Bagaimana rasanya? Atau, bayangkan jika engkau menikahi seorang yang kau anggap baik, namun ternyata ia pun pezina seperti halnya dirimu. Relakah kau?
Zina itu Utang
Maka berhentilah berzina, kalau tidak ketahuilah bahwa zina itu utang, yang bisa saja mengharuskan keluarga atau keturunanmu untuk bertanggung jawab dan membayarnya. Na’udzubillah min dzalik.
Dalam suatu kisah, seseorang datang dan bertanya kepada Imam Syafi’i,
“Mengapa hukuman bagi para pezina sedemikian beratnya?”
Maka wajah Imam Syafi’i pun memerah, pipinya merona delima. Lalu beliau berkata,
“Karena zina adalah dosa yang bala’ (besar resikonya). Akibatnya akan mengenai keluarganya, tetangganya, keturunannya hingga tikus dirumahnya dan semut di liang sekitar rumahnya.”
Orang itu kembali bertanya, “Mengapa pelaksanaan hukumannya dengan itu? Sebagaimana Allah berfirman, "Dan janganlah rasa ibamu pada mereka menghalangimu untuk menegakkan agama.”
Maka Imam Syafi’i pun terdiam, ia menunduk lalu menangis tergugu. Setelah tangisnya berhenti, beliau berkata,
“Sebab zina seringkali datang dari cinta dan cinta selalu membuat seseorang menjadi iba. Kemudian setan datang untuk membuat kita lebih mengasihi manusia daripada mencintai-Nya.”
Lalu orang itu bertanya kembali,
"Dan mengapa Allah berfirman, “Dan hendaklah pelaksanaan hukuman mereka (pezina) disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman? Bukankah hukuman bagi pembunuh, orang murtad dan pencuri, Allah tidak mensyaratkan menjadikannya tontonan?"
Seketika janggut imam Syafi’i basah, ia terguncang. Lalu beliau berkata, “Agar menjadi pelajaran.” Ucapnya sambil terisak.
“Agar menjadi pelajaran,” Beliau tersedu.
“Agar menjadi pelajaran,” Beliau kembali terisak.
Kemudian ia bangkit dari duduknya dan matanya kembali membuka, ia kembali bersemangat dan berkata,
“Sebab ketahuilah oleh kalian bahwa sesungguhnya zina adalah utang. Dan sungguh utang tetaplah utang. Salah seorang dalam nasab/keturunan pelakunya pasti harus membayarnya.”
Ya Allah, semoga engkau jauhkan kita semua dari perbuatan keji zina. Dan dekatkanlah kami dengan orang-orang saleh dan lingkungan yang Islami yang memengaruhi kita untuk taat atas perintah-Mu.