Parah, Penerima Bantuan Mengaku Bansos Dipotong 50 Ribu untuk Uang Rokok Aparat
Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 09 Jun 2020Ujang dan istri di rumahnya - Image from www.merdeka.com
Bansos terhenti selama 2 tahun
Ujang, ayah lima anak ini mengaku tak lagi menerima bansos selama 2 tahun. Padahal ia tergolong keluarga yang layak dapat bantuan.
Pada bansos sebelumnya, ia mengungkap jatah bansos dipotong 50 ribu untuk uang rokok pendamping.
Ujang Pendi (60) dan istri, Titin Lilis(50) warga di Kelurahan Setu, Kecamatan Setu, Tangerang Selatan, mengaku sudah dua tahun tidak menerima bantuan sembako dari pemerintah.
Sebagai warga yang tidak mampu, dia hanya menerima bantuan uang melalui program Kartu Keluarga Sejahtera (KKS).
Namun mirisnya, Ujang menuturkan nominal bantuan per tiga bulan tersebut tidak diterimanya utuh.
“Itu cair per tiga bulan sekali. Nominalnya berbeda-beda. Dari Rp300 ribu, 600 ribu dan 900 ribu. Turunnya per tiga bulan sekali,” kata Ujang dilansir dari merdeka.com, Senin (8/6).
Ujang mengaku, petugas di kelurahan tempatnya tinggal, mematok jatah uang rokok pada bantuan tunai dari pemerintah.
“Setiap pengambilan dia meminta Rp50 ribu. Sama seluruh warga yang saya tahu dapat bantuan tunai diminta Rp50 ribu. Kalau dulu saya enggak berani bicara, sekarang saya sudah sangat kesal masa pendamping cari makan dari rakyat susah,” terang Ujang.
Konfirmasi Petugas Pendamping Keluarga Sejahtera
Menanggapi hal tersebut, salah satu petugas pendamping keluarga sejahtera tingkat Kecamatan Setu, berinisial E membantah memotong uang bantuan tunai penerima KKS.
“Benar sudah dua tahun memang dia tak dapat BPNT (bantuan pangan nontunai). Engga ada (pemotongan), karena kartu dipegang mereka,” kata dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Tangsel, Wahyunoto Lukman menjelaskan, Ujang tidak menerima bantuan tunai dari pemerintah karena KKS-nya hilang.
“Karena KKS (kartu keluarga sejahtera) yang pertama hilang. Akhirnya lapor lagi ke bank dan keluarlah kartu KKS baru,” ucap Wahyunoto.
Dengan hadirnya KKS baru yang dimiliki, otomatis keluarga Ujang dan Titin, menerima bantuan sosial dari pemerintah.
“Untuk keluarga Pak Ujang dan Ibu Titin telah menerima KKS baru, maka dana bansos PKH (program keluarga harapan) cair dan dana bansos sembako tidak cair, karena bansos PKH berdasarkan nomor rekening sedangkan dana bansos sembako berdasarkan e-walet. Maka seharusnya ewalet yang di KKS pertama harus di link-kan dengan KKS baru (pengganti),” jelas dia.
Ujang Membantah Konfirmasi dari Aparat
Namun Ujang membantah hal itu, menurut dia, ada sejumlah kepala keluarga yang KKS-nya hilang pada pendamping yang sama. Namun tetap mendapatkan seluruh bantuan.
“Enggak benar, karena selain keluarga saya ada beberapa keluarga yang sama-sama didampingi satu pendamping yang sama. Semua yang oleh pendamping E, hilang KKS-nya. Tapi dicetak baru lagi, dapat semua bantuan tunai dan sembako. Tapi KKS atas nama istri saya cuma bantuan tunai, sembakonya tidak,” ungkap dia.
Karena sudah tak dapat bantuan dari pemerintah selama 2 tahun, ia hanya bisa mengandalkan pemasukan dari penjualan singkong dan pisang yang ditanamnya.
“Saya hanya mengandalkan apa yang saya tanam, kalau laku dijual uangnya buat makan. Tapi kalau belum, saya makan singkong dan pisang yang ada,” ujar Ujang, Minggu (7/6).
Dia mengaku, kondisi ekonominya saat ini sangat kekurangan. Tempat tinggalnya berdiri ala kadarnya di lahan garapan, yang sewaktu-waktu bisa diusir oleh pemilik.
“Ini lahan Puspiptek, lahannya dari pada kosong saya tanami singkong, pisang dan kambing titipan orang yang saya urusi. Termasuk tempat yang saya tinggali bersama keluarga,” jelas ayah lima anak ini.
Terlihat, kondisi tempat tinggal yang berdiri di atas lahan Puspiptek itu, sangat tidak layak.
Rumahnya dibangun di atas lahan sekitar 4×4 meter, Ujang tinggal bersama istri dan lima orang anaknya.
Beralaskan tanah dengan dinding dan atap berlapis triplek dan plastik terpal, Ujang mengaku tidak bisa berbuat banyak.
“Sudah lama saya tinggal di sini. Saya menggarap lahan di sini. Saya warga Tangsel yang sebelumnya dapat bantuan, tapi sejak tahun 2018 sudah tidak pernah lagi, padahal semua tetangga yang masuk keluarga sejahtera tetap dapat bantuan,” ucap dia.
Apalagi dengan kondisi ketidakpastian seperti saat ini, dia mengaku tidak pernah mendapatkan bantuan Covid-19. Padahal ia sangat berharap bantuan pemerintah.
“Bantuan Covid sama sekali enggak ada, paling kalau ada yang kasih bantuan itu dari orang pribadi. Kalau Bansos enggak pernah sejak dua tahun lalu, 2018 itu terakhir,” tegasnya.