Segera Bayar Hutangmu, Jangan Nunggu Ditagih
Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 05 Jun 2020Ilustrasi - Image from www.merdeka.com
Hukumannya berat
Tidak ditagih bukan berarti orang yang meminjami tak butuh uang atau mengikhlaskan. Justru jadi pertanda mereka menghargai perasaanmu.
Hutang adalah kewajiban, jadi apabila kita mempunyai hutang maka wajib untuk membayarnya. Jika tidak, maka hutang itu tak akan lunas meski kita sudah meninggal.
Bahkan di akhirat kelak, hutang itu bisa menjadi beban kita dan mempersulit kita di hari penghisaban kelak. Naudzubillah min dzalik.
Punya Harta Namun Tidak Bersegera Membayar Hutang
Ada beberapa orang yang punya hutang pada orang lain, meski sudah punya uang untuk membayarnya tapi tak kunjung melunasinya. Ia malah sibuk membeli barang lain untuh penuhi keinginannya.
Ini tidak dibenarkan dalam ajaran Islam. Agama islam menekankan bahwa hutang itu hanya pada hal-hal darurat saja.
Sehingga tidak dianjurkan untuk bermudah-mudah berhutang. Jadi dianjurkan hanya pada kebutuhan-kebutuhan yang mendesak.
Jika sudah mampu membayar, maka segera bayar. Jika sengaja memunda membayar hutang padahal mampu ini adalah bentuk dari kedzaliman.
Rasulullah SAW bersabda,
ﻣَﻄْﻞُ ﺍﻟْﻐَﻨِﻰِّ ﻇُﻠْﻢٌ ، ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺃُﺗْﺒِﻊَ ﺃَﺣَﺪُﻛُﻢْ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﻠِﻰٍّ ﻓَﻠْﻴَﺘْﺒَﻊْ
“Penundaan (pembayaran hutang dari) seorang yang kaya adalah sebuah kelaliman, maka jika salah seorang dari kalian dipindahkan kepada seorang yang kaya maka ikutilah.”
Sengaja Menunda? Awas Bahaya Dunia-Akhirat!
Sangat bahaya dan rugi dunia-akhirat, jika sengaja menunda membayar hutang padahal mampu. Berikut adalah beberapa kerugian yang kita dapat jika melakukannya :
1) Terhalang masuk surga meskipun mati syahid
Jika kita meninggal dalam keadaan masih menanggung hutang. Maka kita akan terhalang masuk surga. Oleh sebab itu, kedudukan berhutang itu sangat penting untuk mendapatkan kebahagiaan kekal di akhirat.
Percuma saja kita menjalankan ibadah dengan getol, tapi membiarkan hutang menumpuk dan tak melunasinya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,
"Demi yang jiwaku ada ditanganNya, seandainya seorang laki-laki terbunuh di jalan Allah, kemudian dihidupkan lagi, lalu dia terbunuh lagi dua kali, dan dia masih punya hutang, maka dia tidak akan masuk surga sampai hutangnya itu dilunasi.”
2) Nasibnya menggantung dan tak jelas
Tentu kita sangat tidak senang dengan ketidakpastian. Di dunia saja ketika dihadapkan dengan ketidakpastian sering membuat kita marah atau kecewa. Apalagi jika di akhirat nanti yaitu antara surga atau neraka.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Jiwa seorang mukmin tergantung karena hutangnya, sampai hutang itu dilunaskannya.”
Syaikh Abul ‘Ala Al-Mubarfkafuri rahimahullah menjelaskan hadits ini,
“Berkata As Suyuthi, yaitu orang tersebut tertahan untuk mencapai tempatnya yang mulia. Sementara Imam Al ‘Iraqi mengatakan urusan orang tersebut terhenti (tidak diapa-apakan), sehingga tidak bisa dihukumi sebagai orang yang selamat atau binasa, sampai ada kejelasan nasib hutangnya itu sudah dibayar atau belum.”
3) Tidak mendapatkan syafaat dari Rasulullah SAW
Dari Jabir radhiallahu ‘anhu, dia berkata,
“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak menshalatkan laki-laki yang memiliki hutang. Lalu didatangkan mayit ke hadapannya. Beliau bersabda: “Apakah dia punya hutang?” Mereka menjawab: “Ya, dua dinar. Beliau bersabda,“Shalatlah untuk sahabat kalian.”
Pada hadist tersebut, Rasulullah hendak mengajarkan pada para sahabatnya bahwa, hutang sangat tidak layak ditunda dibayarkan apalagi sampai meninggal, padahal ia sudah mampu membayarnya.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menjelaskan bahwa shalat Rasulullah SAW adalah syafaat. Beliau berkata,
“Jika didatangkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam seorang mayit, lalu dia hendak menshalatkan maka Beliau akan bertanya, apakah dia punya hutang atau tidak? Jika dia tidak punya hutang maka Beliau menshalatkannya, jika dia punya hutang maka Beliau tidak mau menshalatkannya, namun mengizinkan para sahabat menshalatkan mayit itu. Sesungguhnya shalat Beliau (untuk si mayit) adalah syafaat (penolong) dan syafaat Beliau adalah hal yang pasti.”
Dari kedua hadist ini menunjukkan pentingnya membayar hutang bagi setiap orang. Jadi jangan sampai hutang kecil yang tak seberapa itu bisa menghambatmu memperoleh kemudahan dan kebahagiaan di akhirat.
4) Berstatus pencuri di hadapan Allah
Rasulullah SAW bersabda,
“Siapa saja yang berhutang lalu berniat tidak mau melunasinya, maka dia akan bertemu Allah (pada hari kiamat) dalam status sebagai pencuri.”
Jangan sampai kita menjadi salah satu orang seperti halnya disebutkan dalam hadist tersebut. Oleh sebab itu, jika berhutang niatkan akan melunasinya dan bersegeralah mengembalikannya.
5) Hina di siang hari dan gelisah di malam hari
Umar bin Abdul Aziz berkata,
“Aku wasiatkan kepada kalian agar tidak berhutang, meskipun kalian merasakan kesulitan, karena sesungguhnya hutang adalah kehinaan di siang hari kesengsaraan di malam hari, tinggalkanlah ia, niscaya martabat dan harga diri kalian akan selamat, dan masih tersisa kemuliaan bagi kalian di tengah- tengah manusia selama kalian hidup.”
Bagi yang memang harus berhutang karena terpaksa dan darurat, tidak perlu terlalu khawatir karena jika memang darurat tidak dilarang oleh Allah SWT. Ancaman tersebut bagi orang yang punya harta dan berniat tidak melunasi hutang tersebut.
Al-Munawi menjelaskan,
"Pembicaraan mengenai hal ini berlaku pada siapa saja yang mengingkari hutangnya. Ada pun bagi orang yang berhutang dengan cara yang diperbolehkan dan dia tidak menyelisihi janjinya, maka dia tidaklah terhalang dari surga baik sebagai syahid atau lainnya.”
Semoga Allah SWT karuniakan rezeki yang berkah dan menjauhkan kita dari hutang.
Apabila terpaksa melakukannya semoga Allah memberikan kelapangan untuk melunasinya. Serta memberi umur hingga kita mampu melunasinya.