Fakta Virus G4 Flu Babi yang Katanya Lebih Berbahaya dari Corona
Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 02 Jul 2020Ilustrasi babi - Image from www.kompas.com
Hati-hati terhadap virus babi ini...
Bahkan dapat berpotensi sebabkan pandemi global
Itu yang beredar di tengah pandemi korona ini. Kasus corona di Indonesia masih terus meningkat, di sisi lain ada kabar terbaru tentang virus flu babi baru yang ditemukan di China dan disebut-sebut bisa jadi pandemi global seperti corona. Apakah benar seperti itu? Ini penjelasannya.
Pandemi corona belum usai, namun sudah hadir lagi virus G4 yang disebut-sebut merupakan jenis flu babi baru.
Para peneliti bahkan mengklaim virus G4 tersebut juga bisa jadi pandemi yang mirip dengan virus corona.
Sebelumnya virus yang bernama resmi G4 EA H1N1 ini sudah menginfeksi 10,4 persen sampel pekerja di industri babi hingga Selasa (30/6/2020).
Sementara itu 4,4 persen sampel populasi umum juga sudah tertular virus baru ini.
Maka dengan demikian, para peneliti menyebut bahwa virus baru ini baru masuk kategori "berpotensi jadi pandemi".
Forbes pada Selasa (30/6/2020) yang mengutip jurnal Proceeding of National Academic of Science (PNAS) menyebutkan, ada 7 alasan kenapa virus G4 ini berpotensi jadi pandemi seperti halnya virus corona.
7 Alasan Virus G4 Bisa Jadi Pandemi Global
1. Sudah beredar banyak di populasi babi China
Virus G4 sudah beredar di populasi babi-babi China. Bagian pertama dari studi PNAS menemukan virus G4 setelah puluhan ribu tes swab hidung babi di 10 provinsi berbeda di China selama 7 tahun.
Sampel-sampel ini dan sampel paru-paru dari babi diperiksa untuk mengetahui ragam jenis flu.
Dari 2011-2013 varian paling umum dari virus flu EA H1N1 adalah strain genotipe 1 (G1), tapi mutasi pada strain ini akhirnya memunculkan varian genotipe 4 (G4).
Sejak 2014, varian G4 menjadi semakin jamak setiap tahunnya, melampaui master G1 aslinya untuk menjadi genotipe dominan tunggal dari virus flu EA H1N1 di antara populasi babi China.
2. Virus G4 dapat melekat di reseptor SAα2,6Gal yang mirip manusia
Bagian kedua dari studi PNAS yang merupakan serangkaian percobaan di lab, menemukan virus G4 EA H1N1 dapat melekat pada reseptor SAα2,6Gal yang mirip dengan manusia.
SAα2,6Gal adalah reseptor yang terdapat di sel lapisan saluran pernapasan manusia. Saat virus melekat pada reseptor, virus dapat masuk dan hidup di sel manusia.
3. Virus G4 dapat melekat di jaringan trakea manusia
Bagian ketiga dari studi PNAS menunjukkan virus G4 bisa menempel di sel manusia, utamanya di sel yang melapisi trakea.
Dengan melekat di tabung penguhubung saluran pernapasan bagian atas dan bagian bawah serta paru-paru ini, virus juga bisa masuk ke paru-paru manusia.
4. Virus G4 dapat menginfeksi sel epitel saluran napas manusia
Di bagian keempat studi PNAS, terungkap bahwa sel-sel yang biasanya melapisi bronkus dan alveoli manusia berhasil diinfeksi dengan virus G4 di laboratorium.
Setelah masuk ke sel-sel manusia, virus ini bisa berkembang biak dan menyebar di sana.
5. Ferret yang terinfeksi G4 dapat menularkannya via tetesan air liur atau kontak langsung
PNAS di bagian kelima coba menemukan bahwa virus ini dapat ditularkan antar-manusia.
Dalam percobaan ini peneliti memakai ferret (sejenis musang), karena cara kerja paru-paru dan resepto di selnya mirip dengan manusia. Lalu gejala yang timbul setelah mengidap flu.
Penelitian dilakukan dengan menempatkan ferret yang terinfeksi G4 dengan yang masih sehat.
Tanpa adanya upaya perlindungan seperti social distancing, ferret yang sehat bisa terinfeksi, yang menandakan virus G4 bisa menular lewat kontak langsung.
Lalu eksperimen lain dilakukan, yakni menempatkan ferret yang terinfeksi berbeda kandang tapi berdekatan dengan spesies yang masih sehat.
Pengaturan ini mencegah kontak langsung, tetapi masih membiarkan ferret yang terinfeksi batuk ke arah spesies sehat.
Hasilnya ferret sehat dapat tertular penyakit flu babi jenis baru ini, yang menandakan virus G4 dapat menular melalui tetesan air liur (droplets).
6. Virus G4 cukup berbeda dari strain virus yang ada dalam vaksin flu
Jadi sudah diketahui virus ini bisa bereproduksi di dalam sel-sel yang melapisi saluran pernapasan manusia, dan dapat menular lewat kontak langsung ataupun droplets.
Lantas, apakah vaksin flu dapat melindungi manusia dari ancaman flu babi jenis baru ini?
Di bagian keenam PNAS melakukan tes untuk membandingkan protein pada permukaan virus G4 EA H1N1, dengan strain virus yang ada di vaksin flu.
Hasilnya ditemukan bahwa strain virus G4 cukup berbeda, sehingga vaksin flu yang ada sekarang kurang bisa mencegah masuknya virus G4 EA H1N1.
Oleh karenanya diperlukan vaksin flu baru untuk mengatasi G4 EA H1N1, tapi PNAS menyebut prosesnya tidak sesulit mengembangkan vaksin Covid-19 yang tergolong baru
7. Virus G4 sudah menginfeksi manusia, dan tampak lebih menular dari pendahulunya
Studi PNAS yang terakhir mencakup pengumpulan sampel darah dari 2016-2018.
Sampel diambil di antara pekerja industri babi di 15 peternakan berbeda, dan dari sampel orang yang bukan pekerja industri babi serta tidak tinggal bareng mereka, untuk dijadikan perbandingan populasi umum.
Dari pengujian itu terungkap 10,4 persen sampel pekerja industri babi dan 4,4 persen sampel populasi umum memiliki antibodi, dan diduga karena telah terinfeksi virus G4 di beberapa titik.
Analisis statistik lalu mengungkapkan, para pekerja di industri babi 2,25 persen lebih besar kemungkinannya tertular virus G4 dibandingkan populasi umum.
Angka-angka ini lebih tinggi dibandingkan populasi umum yang terinfeksi G1, yakni 6,5 persen di kalangan pekerja industri babi dan 2,2 persen populasi umum.
Artinya, virus G4 mungkin lebih menular daripada virus sebelumnya, virus G1. Selain itu, orang-orang yang bekerja atau menjalani aktivitas harian bersama babi berisiko terinfeksi varian G4.
Oleh sebab itu, masyarakat perlu untuk terus menjaga kesehatan dan juga kebersihan untuk mengantisipasi paparan dari virus apapun. Terutama virus corona yang hingga saat ini belum dinyatakan usai.