Begini Bedanya Cemburu yang Dilarang dan Cemburu yang Dianjurkan
Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 14 Sep 2020Ilustrasi suami dan istri - Image from islami.co
Cemburu itu dianjurkan, asalkan jangan...
Biasanya pihak yang sering merasa cemburu adalah para istri. Saat istri sedang cemburu, suami perlu memahaminya karena hal itu adalah suatu yang wajar. Namun perlu diingat, ada lo cemburu yang dianjurkan dan dilarang, begini penjelasannya.
Rasa cemburu merupakan 'bumbu' dalam suatu rumah tangga. Pasangan suami-istri yang takmemiliki rasa cemburu sama sekali akan membuat hubungan keduanya terasa dingin dan jadi kurang harmonis.
Cemburu yang Dianjurkan
Dalam ajaran Islam, cemburu dipandang sebagai sesuatu hal yang penting. Sebuah riwayat dari ‘Amar bin Yasir menegaskan tentang pentingnya keberadaan rasa cemburu dari seorang istri.
Bahkan, mereka yang tak punya rasa cemburu sama sekali terhadap apa pun yang dilakukan keluarganya akan diancam surga.
Dari Sâlim bin Abdullah bin Umar, berkata: Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhuma bercerita kepadaku bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tiga orang yang Allâh haramkan surga untuk mereka: pecandu khmar (minuman keras), anak yang durhaka, dan dayûts, orang yang membenarkan keburukan di keluarganya”. (HR. Ahmad)
Imam Ibnul Manzhûr berkata, “Dayûts adalah orang yang tidak cemburu kepada keluarganya”. [Lisânul ‘Arab, 4/456]
Dayuts menurut Imam adz-Dzahabi rahimahullah ialah, “Dayûts adalah orang membenarkan keburukan pada keluarganya, yaitu tetap menganggap baik pada keluarganya (padahal ada kemungkaran yang nyata -pen), kita berlindung kepada Allâh dari hal itu." [Al-Kabâ-ir, hlm. 137]
Jadi cemburu yang dianjurkan adalah cemburu atau rasa tidak suka yang muncul karena pasangan atau anggota keluarga melakukan keburukan atau melanggar perintah Allah SWT serta cemburu terhadap hal-hal yang memang mencurigakan.
Sementara, tidak ada sanksi atau hukuman atas seorang istri yang cemburu pada suaminya.
Hadis riwayat Bukhari dan Muslim menjelaskan tentang kejadian ketika seorang istri Nabi Muhammad SAW merasa cemburu, hingga sang ummul mu`minin itu memecahkan piring hantaran yang dibawakan madunya kepada Nabi SAW.
Beliau pun tidak bisa berkata apa-apa kecuali mengumpulkan pecahan piring itu dan mengumpulkan makanan yang berserakan, seraya berkata kepada Muslimin para tamunya, "Ibu kalian cemburu."
Rasulullah SAW lantas membawakan piring baru sebagai ganti piring yang dipecahkan istrinya tersebut.
Cemburu yang Dilarang
Cemburu yang dilarang ialah cemburu yang berlebihan atau melebihi batas wajar seorang istri. Selain itu juga cemburu terhadap hal-hal kebaikan dan juga tak mencurigakan sebagaimana hadist berikut.
Dalam buku Tuhfah al-Arusain karya Majdi bin Manshur bin Sayyid asy-Syuri dijelaskan, cemburu merupakan salah satu sifat alamiah dari seorang perempuan/istri.
Oleh sebab itu, lelaki atau suami pun mesti memahami pasangannya kala saat ia dilanda rasa cemburu.
Bagaimanapun, cemburu yang berlebihan pun termasuk perbuatan yang buruk. Apalagi jika sudah keluar dari batas-batas cemburu yang dianjurkan.
Dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan dari Jabir bin 'Atik al-Anshari secara marfu' sebagai berikut:
"Kecemburuan itu ada yang disukai, dan ada yang dibenci Allah. Di antara sikap membanggakan, ada yang disukai dan ada yang dibenci Allah.
Adapun kecemburuan yang disukai Allah ialah cemburu dalam perkara yang mencurigakan, sedangkan cemburu yang dibenci Allah ialah cemburu dalam perkara yang tak mencurigakan.
Sikap membanggakan yang disukai Allah SWT ialah seseorang yang membanggakan dirinya ketika berperang dan bersedekah, sedangkan sikap membanggakan yang dibenci Allah ialah sikap membanggakan dalam kebatilan."
Untuk itu, bagi para istri dan suami tak perlu merasa bersalah jika merasa cemburu kepada pasangan. Sebab hal itu adalah hal yang wajar dirasakan oleh pasutri.
Namun juga tetap berhati-hati agar cemburu yang dilakukan tetap pada tempatnya dan tidak berlebihan. Inshaallah dengan begitu kehidupan rumah tangga akan berjalan harmonis dan langgeng.