Tak Terima Kalah Main Game, Bocah SD Hajar Teman Sendiri Hingga Kepala Pecah
Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 10 Sep 2020Ilustrasi bocah SD berkelahi - Image from today.line.me
Psikolog ungkap penyebabnya
Orang tua punya wajib memberikan pendidikan akhlak yang baik pada anak agar tak melakukan hal-hal buruk. Berbeda halnya dengan bocah ini, psikolog ungkap ada kelainan. Begini ciri-cirinya, cek pada anak.
Melalui rekaman CCTV terungkap aksi bengis bocah SD tega bunuh temannya sendiri hanya karena dikalahkan saat main game.
Hanya karena masalah sepele yakni kalah main game di ponsel, seorang bocah laki-laki kelas 6 SD tega menghabisi nyawa teman perempannya.
Tak hanya karena kalah main game, bocah SD ini juga dibakar amarah lantaran teman perempuannya itu pernah melakukan kesalahan lainnya.
Kepada polisi bocah SD tersebut mengakui perbuatannya tanpa rasa menyesal sedikitpun. Insidtragis ini terjadi di kota Indore Madhya Pradesh, India, Senin (7/9/2020).
“Sesuai penyelidikan awal, korban keluar dari flatnya untuk mengambil bunga di dekat situ sore ini. Ketika dia tidak kembali, ayahnya keluar dan melihat jasad putrinya. Kepalanya pecah,” kata Wakil Inspektur Jenderal (DIG) Kepolisian Indore, Harinarayanchari Mishra sebagaimana dilansir hindustan times.
Korban duduk di kelas 5 SD sedangkan pelaku duduk di kelas 6 SD.
“Bocah itu ditahan setelah polisi memeriksa beberapa anak di daerah itu dan memeriksa rekaman CCTV apartemen itu. Gadis itu terakhir kali terlihat bersamanya.
"Seorang bocah laki-laki lain mengaku melihat pelaku dengan noda darah di tangan dan pakaiannya. Saat diinterogasi, pelaku mengaku melakukan kejahatan,” kata Mishra.
Pelaku tersebut mengaku pada polisi bahwa korban adalah temannya, tetapi yang sering membuatnya marah.
Tak hanya karena korban mengalahkan pelaku saat bermain game di ponsel, melainkan juga beberapa hari yang lalu, korban membunuh tikus putih peliharaan pelaku.
Dua alasan itulah yang membuatnya marah dan dia membunuh gadis itu untuk membalas dendam padanya. Namun, kakak perempuan korban mengatakan tidak yakin pelaku membunuh adiknya seorang diri.
Namun kakak korban tak percaya jika pembunuh adiknya adalah seorang bocah kecil, apalagi hanya karena masalah sepele. Untuk itu ia meminta kepolisian betul-betul menangani kasus tersebut dengan teliti.
“Kami tidak percaya bahwa bocah laki-laki itu membunuh adik perempuan saya karena masalah sepele seperti kekalahan dalam permainan dan pembunuhan tikus peliharaan. Polisi harus menyelidiki pembunuhan itu dengan serius karena mungkin ada keterlibatan orang dewasa. "
Penjelasan Psikolog
Dr Vinay Mishra, seorang psikolog yang tinggal di Bhopal, menjelaskan perilaku tersebut biasanya dilakukan oleh anak yang menderita kelainan perilaku.
“Kekalahan dalam permainan atau pembunuhan tikus peliharaan mungkin bukan alasan yang signifikan untuk memprovokasi anak itu. Anak-anak seperti itu menderita kelainan perilaku," jelasnya.
Ia juga turut menjelaskan bagaimana ciri-ciri anak-anak yang mengidap kelainan perilaku. Diantaranya adalah senang saat menyakiti hewan atau membakar berbagai benda.
"Mereka menunjukkan perilaku aneh pada usia dini dan merasa memperoleh kebahagiaan dari menyakiti hewan dan membakar berbagai hal. Mereka memiliki keinginan kuat untuk menghancurkan banyak barang," lanjutnya.
Anak-anak yang melakukan itu biasanya bukan anak-anak yang memiliki IQ rendah. Ia tidak suka kedisiplinan.
"Biasanya, mereka minim dalam studi dan itu bukan karena kecerdasan kecerdasan (IQ) mereka yang rendah. Mereka tidak suka disiplin di sekolah."
Dia menambahkan bahwa hati nurani, yang memberi tahu hal yang benar dan salah. Dan pada kondisi anak yang mengidap kelainan perilaku, hati nurani idak sepenuhnya bisa berkembang.
"Bahkan setelah menghancurkan benda-benda, menyakiti hewan, dan melakukan kegiatan yang melanggar hukum, mereka tidak akan menyesalinya. Mereka tidak merasa bahwa mereka telah melakukan kesalahan."
Informasi dari dokter ini sekaligus menjadi informasi yang penting bagi orang tua.
Orang tua bertanggung jawab penuh atas tindakan yang dilakukan anaknya, utamanya anak yang masih di bawah umur dan masih dalam bimbingan orang tua.
Tak sebatas melihat aksi pembunuhan sadis ataupun kenakalan anaknya, melainkan jauh ke belakang melihat mengapa hal itu bisa terjadi.
Dengan begitu, segala hal yang diluar batas kewajaran bisa diketahui penyebabnya dan segera bisa diatasi. Jangan sampai karena keterlambatan ortu memberikan perhatian, anak sampai melakukan perbuatan fatal.