Percuma Getol Beribadah dan Beramal Jika Masih Melakukan 5 Hal ini, Pahala Bisa Terhapus
Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 12 Oct 2020Ilustrasi riya - Image from www.elshinta.com
Hati-hati, hindari perbuatan ini agar pahala tak hangus
Amalan sebanyak dan sebesar apapun bisa terhapus jika kita melakukan 5 perbuatan ini. Sebab kelimanya adalah penghapus dosa. Dan jika sudah begitu, maka kita tak akan membawa bekal apa-apa untuk akhirat kelak. Naudzubillahi min dzalik.
Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW senantiasa menyerukan umat Muslim untuk berbuat baik dan beramal shaleh. Namun selayaknya manusia, khilaf dan kesalahan tak bisa sepenuhnya dibendung.
Dari semua tindakan atau kekhilafan yang dilakukan manusia, ada beberapa hal yang jika dilakukan akan menghapus amalan yang kita perbuat. Berikut adalah lima perbuatan yang perlu dihindari agar tak menghapus dosa kita:
1. Syirik Besar atau Kafir
Kesalahan pertama yang bisa menghapus pahala adalah syirik besar atau kafir. Syirik besar merupakan perbuatan yang menyekutukan Allah SWT dengan mahkluk atau zat lainnya.
Beberapa contoh perbuatan syirik besar adalah bernadzar pada selain Allah SWT, thawaf keliling kuburan dan berdoa meminta pada penghuni kubur, jin atau syaiton.
Selain itu, perbuatan syirik besar juga bsia ditandai dengan meminta perlindungan pada selain Allah, dan bertawakkal padanya merupakan contoh kafir.
Syrik besar adalah bentuk kezaliman yang besar dan penghinaan terhadap Allah SWT. Dengan melakukan hal tersebut, sama artinya kita menyamakan derajat Allah SWT dengan mahkluk-Nya.
Balasan atas perilaku ini adalah terhapusnya seluruh amal kebaikan kita. Selain itu, Allah SWT juga tak akan memberi ampunan jika seorang manusia mati dalam keadaan berbuat syirik dan belum bertaubat.
Hal ini sebagaimana yang disampaikan dalam Al Quran, QS Al-An’am ayat 88: :
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Seandainya mereka menyekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.”
2. Syirik Kecil atau Riya
Kesalahan selanjutnya yang bisa menghapus pahala adalah syirik kecil atau riya. Riya adalah melakukan dan memperbagus suatu amalan agar mendapat pujian orang lain, bukan karena Allah SWT.
Perbuatan ini pasti menghapus amalan yang telah dilakukan sebab ia tak ikhlas dalam beribadah. Karena hanya ingin dipuji oleh orang yang melihat atau mendengarnya.
Ustadz Abuya Masnur sebelumnya pernah menyebut, riya' dalam Bahasa Arab adalah arriya, berasal dari kata kerja 'raa' yang bermakna memperlihatkan.
Dengan memperlihatkan amalan kita pada orang lain, amal akan menjadi sia-sia. Sebagaimana firman Allah SWT pada hadist Qudsy berikut ini:
“Aku paling tidak butuh pada sekutu-sekutu, barangsiapa yang beramal sebuah amal kemudian dia menyekutukan-Ku di dalamnya maka Aku tinggalkan dia dan syiriknya.” (HR. Muslim)
3. Ujub, Membangga-banggakan Amal
Perilaku bersyukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan merupakan hal yang baik dan ciri umat Islam yang bertaqwa. Namun, batas antara bersyukur dan membanggakan amal itu sangatlah tipis.
Syukur yang tak terukur, bisa berubah menjadi ujub yang merasuk ke dalam hati, dan puncaknya adalah sikap takabbur. Perbuatan ini dapat mengundang benih-benih keburukan dalam hati manusia.
Ujub adalah perilaku membanggakan diri karena merasa memiliki kelebihan yang tak dimiliki orang lain. Perbuatan seperti ini jelas tak baik dan bisa menghapus pahala seseorang.
Ibnul Mubarak pernah berkata, "Aku tidak mengetahui pada orang-orang yang sholat perkara yang lebih buruk daripada ujub."
Syekh Ibnu Al Utsaimin juga pernah mengungkapkan, ujub itu bisa membatalkan amal.
"Kelompok yang kedua, yaitu orang-orang yang tidak memiliki tahqiq (kesungguhan) dalam pokok iman kepada takdir. Mereka melakukan ibadah sekadar yang mereka lakukan. Namun mereka kita sungguh-sungguh dalam ber-isti’anah kepada Allah dan tidak bersabar dalam menjalankan hukum-hukum Allah yang kauwni maupun syar’i. Sehingga dalam beramal mereka pun malas dan lemah, yang terkadang membuat mereka terhalang dari beramal dan menghalangi kesempurnaan amal mereka. Dan membuat mereka ujub dan sombong setelah beramal yang terkadang bisa menjadi sebab amalan mereka hangus dan terhapus.” ujarnya dikutip di Majmu’ Fatawa war Rasail, 4/250.
Nabi Muhammad SAW pun pernah mengungkit perihal ujub ini, dalam hadist riwayat Thabrani berikut ini:
"Tiga perkara yang membinasakan, rasa pelit yang ditaati, hawa nafsu yang diikui dan ujubnya seseorang terhadap dirinya sendiri."
4. Mengungkit Amalan
Ketika seorang Muslim melakukan ibadah atau perbuatan baik dalam hidup, harus didasari oleh rasa ikhlas dan hanya berharap rahmat dari Allah SWT. Rasa ikhlas juga harus dijaga saat sedang berinfaq atau bersedekah.
Dalam QS Al-Baqarah ayat 262, Allah SWT berfirman:
"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allâh, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Robb mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."
Untuk menjaga rasa ikhlas itu, Allah SWT lantas melarang seseorang untuk mengungkit-ungkit amalan yang telah dilakukannya. Sebagaimana yang tertulis dalam QS Al-Baqarah ayat 264:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian".
5. Menyakiti Perasaan Seseorang
Menyakiti perasaan seseorang bisa menjadi salah satu faktor hilangnya pahala seorang muslim. Hal ini juga sebagaimana yang disampaikan Allah SWT dalam QS Al-Baqarah ayat 264 di atas.
Selain itu, dalam QS AL-Baqarah ayat 263 disebutkan tentang perbuatan yang lebih baik dari sedekah adalah perkataan yang baik dan juga memberikan maaf:
"Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti."
Dalam HR Tirmidzi, Rasulullah SAW pernah bersabda:
"Orang yang bangkrut dari umatku adalah mereka yang datang pada Hari Kiamat dengan banyak pahala shalat, puasa, zakat, dan haji. Tapi di sisi lain, ia juga mencaci orang, menyakiti orang, memakan harta orang (secara batil/zalim), menumpahkan darah, dan memukul orang lain.
Ia kemudian diadili dengan cara membagi-bagikan pahalanya kepada orang yang pernah dizaliminya. Ketika telah habis pahalanya, sementara masih ada yang menuntutnya maka dosa orang yang menuntutnya diberikan kepadanya. Akhirnya, ia pun dilemparkan ke dalam neraka".
Sungguh Islam adalah agama yang paling sempurna, tak hanya mengatur hubungan antara hamba dengan Allah SWT, melainkan juga manusia ke sesama ataupun mahkluk lainnya.
Hal ini semata-mata bukan hendak membebani manusia, melainkan untuk memberi pelajaran dan juga kebaikan untuk manusia sendiri. Semoga kita semua istiqomah di dalam menjalankan perintah Allah SWT.