3 Syarat yang Wajib Dipenuhi agar Taubat Sah dan Diterima Allah SWT
Penulis Dian Editor | Ditayangkan 27 Jan 2021Ilustrasi bertaubat - Image from zen.yandex.lt
Taubat, bukan sebatas memohon ampunan Allah SWT
Taubat dilengkapi dengan 3 syarat untuk menjadikannya sah dan sempurna. Jadi jika selama ini hanya sekedar memohon ampun, maka kamu juga perlu tahu dua syarat lainnya, agar taubatmu diterima Allah.
Imam Nawawi dalam Kitab Riyadhus Shalihin menjelaskan ada tiga syarat taubat pada Allah SWT. Ia menyampaikan bertaubat hukumnya wajib dari segala dosa yang pernah dilakukan.
Dalam kitabnya, Imam Nawawi menjelaskan bahwa jika kemaksiatan terjadi antara seorang hamba dan Allah, maka ada hubungannya dengan hak orang lain.
Oleh sebab itu, taubat adalah suatu keniscayaan yang harus dilakukan setiap manusia.
"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang sebenar-benarnya/ semurni-murninya)." (QS At-Tahrim: 8)
Untuk bertaubat maka seorang muslim harus memenuhi tiga syarat. Diantaranya adalah berhenti melakukan kemaksiatan, perasaan menyesal dan juga tidak mau mengulangi lagi kemaksiatan.
Berikut penjelasan 3 syarat yang diperlukan untuk bertaubat:
Berhenti Melakukan Kemaksiatan
Saat muncul keinginan untuk bertaubat, maka sejak saat itulah kamu perlu menghentikan perbuatan maksiat yang kamu lakukan.
Selain menjadikan Allah SWT sebagai alasan, kamu juga perlu membuat sebuah tujuan besar sebagai motivasi untuk menghentikan perbuatan maksiat tersebut.
Misal, kamu kerap menjalin hubungan yang terlalu intim dengan pasangan hingga melanggar syariat Islam.
Maka buat komitmen untuk segera menghentikan perbuatan zina atau perilaku-perilaku yang dekat dengan zina.
Kamu bisa membuat motivasi seperti, ingin menjalin hubungan intim pertama dengan pasangan halal, ingin menjaga kesehatan organ intim dan menghindari berbagai penyakit, dan lainnya.
Merasa Menyesal Melakukan Kemaksiatan
Syarat kedua yang perlu kamu lakukan adalah merasa menyesal telah melakukan perbuatan maksiat.
Merasa menyesal seolah suatu hal yang ringan, tapi hal ini jadi benar-benar berat bagi mereka yang kecanduan melakukan perbuatan maksiat.
Bahkan tak jarang, orang yang telah berbuat maksiat malah bangga dengan kesalahan dan dosa yang mereka lakukan. Ada pula yang sampai membangga-banggakan perbuatan maksiatnya di media sosial dan diceritakan kepada banyak orang.
Naudzubillahi min dzalik. Jangan sampai kita mengalami hal serupa, dimana hati benar-benar sudah mati dan berkarat sehingga sulit menyadari kesalahan yang telah dilakukan.
Komitmen Tak Mengulangi Perbuatan Maksiat
Berniat tidak mengulangi perbuatan maksiat tersebut selama-lamanya. Kurangi banyak kekhawatiran atau keraguan saat membuat komitmen untuk tak mengulangi perbuatan maksiat tersebut.
Sebab terkadang, ada pikiran setan yang menghalangi seseorang untuk melakukan taubat dengan sempurna. Misalnya dengan iming-iming tidak akan sering berbuat maksiat, atau hanya sesekali berbuat maksiat.
Hal ini masih sama buruknya dengan tidak bertaubat. Sebab kamu belum benar-benar merasa bahwa perbuatan maksiat yang kamu lakukan adalah perbuatan yang salah. Jadi masih ada keinginan untuk mencoba lagi.
Atau bisa juga karena hawa nafsu lebih besar dibandingkan dengan kinerja akal sehat yang bertugas membedakan benar dan salah serta baik dan buruk.
Jika tiga syarat tersebut tidak terpenuhi semuanya ataupun ada satu syarat yang sengaja dilewatkan, maka taubat yang dilakukan tidak sah.
Imam Nawawi menjelaskan, bahwa jika maksiat yang diperbuat ada hubungannya dengan orang lain, maka syarat taubatnya menjadi empat.
Diantaranya adalah tiga syarat taubat kepada Allah harus terpenuhi. Sementara itu, syarat yang keempat adalah memenuhi tanggungan itu pada orang lain.
Jika tanggungan itu berupa harta atau yang serupa dengan itu, maka wajib mengembalikannya pada orang yang berhak.
Jika berupa tuduhan zina atau yang serupa dengan itu, maka harus mencabut tuduhan tersebut dari orang yang dituduh atau meminta maaf kepada orang yang dituduh tersebut.
Jika maksiat yang dilakukan berupa mengumpat orang lain, maka harus meminta dimaafkan pada orang yang diumpat.
Taubat Lagi, Lagi dan Lagi
Lantas bagaimana jika setelah bertaubat, kita mengulang lagi kemaksiatan tersebut?
Jawaban satu-satunya adalah bertaubat lagi, lagi, dan lagi. Jangan sampai ajal menjemput kita, saat kita tengah berbuat maksiat dan enggan melakukan taubat.
Bahkan Nabi Muhammad SAW tidak merasa lelah atau bosan melakukan taubat seratus kali dalam sehari.
Nabi Muhammad SAW yang sudah dijamin masuk surga serta menjadi manusia yang berakhlak mulia saja masih bertaubat, apalagi kita manusia biasa yang tentu banyak melakukan kesalahan?
"Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah SWT, karena sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah SWT dalam satu hari sebanyak seratus kali". (HR. Muslim)
Tak perlu ragu, apakah Allah SWT akan menerima taubat yang kita lakukan, sebab Allah SWT telah berjanji untuk mengampuninya. Sebagaimana hadist Rasulullah SAW berikut ini:
"Jika kalian melakukan dosa hingga dosa kalian sampai ke matahari, kemudian kalian bertaubat, niscaya Allah SWT akan mengampuni kalian". Hadits diriwayatkan oleh Ibnu Majah dengan sanad yang baik. (HR. Ibnu Majah)
Semoga kita termasuk hamba Allah SWT yang senantiasa bertaubat setiap kali membuat kesalahan.