Mangkel, Ibu 51 Tahun Asal Surabaya ini Diminta ke Jakarta untuk Ngurus Akta Kematian

Penulis Dian Editor | Ditayangkan 27 Oct 2020

Mangkel, Ibu 51 Tahun Asal Surabaya ini Diminta ke Jakarta untuk Ngurus Akta Kematian

Yaidah saat di Kementerian dalam negeri - Image from news.detik.com

Yaidah mengungkap kekesalannya, "Ya Allah, kok kurang ajare"

Pasalnya ia ditipu oleh oknum Dispendukcapil Surabaya, dia diminta mengurus akta kematian anaknya hingga ke Kemendagri di Jakarta. Sudah bayar ongkos dan capek tenaga, ternyata ia baru sadar kalau sedang ditipu. 

Yaidah (51) warga Surabaya ini terpaksa mengurus akta kematian anaknya ke Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) di Jakarta. 

Ia nekat ke Jakarta karena sudah mengurus di Dispendukcapil Surabaya hingga sebulan tapi tak kunjung jadi.

Meski sudah berada di Kemendagri Jakarta, ternyata perjuangan untuk mendapatkan akta kematian anaknya juga tak semulus jalan tol. 

Sebab, ia sempat salah kantor, hingga akhirnya harus mondar-mandir di ibu kota sendirian. Padahal saat itu di Jakarta sedang diberlakukan PSBB kembali. 



Kebingungan di Jakarta Seorang Diri 

"Saya bingung karena Jakarta PSBB dimulai. Akhirnya saya izin suami mau nekat berangkat ke Jakarta. Saya (sampai Jakarta) dari Senen naik ojek online ke Kemendagri pusat, ternyata salah bukan di situ. Kalau masalah akta kematian, kelahiran, dan lain-lain, masalah catatan sipil itu di Dirjen Dukcapil di Jakarta Selatan," ujar Yaidah dilansir dari detikcom, Senin (26/10/2020).

"Saya kemudian ke sana naik ojek online lagi. Saya ke sana tarifnya Rp 50 ribu. Tapi kalau di aplikasi itu 50 lebih. Kemudian disarankan sama petugas di Kemendagri pusat naik ojek online yang berlangganan. Yo wis bismillah aja," tambah Yaidah.

Saat sampai di kantor Dirjen Kemendagri Jakarta Selatan, Yaidah disambut seorang petugas. 

Kemudian ia menjelaskan tujuan kedatangannya untuk mengurus akta kematian anaknya. 

Petugas Kemendagri Kebingungan 

Mendengar alasan Yaidah itu, hampir semua petugas di sana sontak kebingungan, sebab seharusnya ia cukup mengurusnya di Dispendukcapil Surabaya saja.

"Kaget semua para penjaganya itu. Kok ngurusnya ke sini, ngurusnya ya di sana (Surabaya). Saya dengan polosnya jawab tanda petiknya nunggu dari Kemendagri pusat, gak bisa diakses. Terus ini gimana, saya sudah sampai sini," cerita Yaidah.

"Akhirnya saya disuruh masuk, disuruh menungu. Kemudian datanglah petugas. Alhamdulillah anak dari Krian, Sidoarjo, ngerti bahasa Jawa. Saya jelaskan kronologinya seperti apa," imbuh Yaidah.

Menanggapi cerita Yaidah, petugas dari Dipendukcapil Surabaya kemudian menyebut bahwa warga Perum Lembah Harapan, Lidah Wetan, Lakarsantri, Surabaya itu adalah korban penipuan dari oknum petugas di Dispendukcapil Surabaya. 

Mendengar penuturan tersebut, petugas tersebut kemudian menelepon kepala seksi di Dispendukcapil di Surabaya. Lalu dia menanyakan perihal pengurusan akta kematian anak Yaidah.

"Petugas Kemendagri itu bilang 'oh ini oknum'. kaget saya mendengar itu. Dia langsung telepon kasi di Surabaya, namanya Herlambang. Ditelepon di depan saya, terus bilang 'pak ini ada warga bapak kok sampai ke sini hanya kerena ngurus kematian. ini orangnya ada di depan saya'," terang Yaidah.

Lalu penerima telpon mengungkapkan bahwa dokumen yang diminta bisa jadi dalam waktu sehari. Mendengar hal itu, Yaidah sangat kaget dan juga kesal. Sebab dirinya sudah jauh-jauh ke Jakarta hanya demi mengurus akta kematian tersebut. 

"Dia bilang gini pak tolong dijadikan kasian ini ibu jauh-jauh. Kapan jadinya? Bisa-bisa, sekarang bisa jadi. Lho katanya menunggu dari Kemendagri Pusat," tambah Yaidah.

Yaidah: "Ya Allah, kok kurang ajare"

Mendengar hal itu, Yaidah langsung mengaku kaget. Tak hanya itu, kekagetan Yaidah semakin bertambah sebab Kemendagri ternyata tak mengeluarkan akta kematian. Sebab, akta tersebut hanya dikeluarkan oleh Dispendukcapil setempat.

"Akhirnya lebih kaget dan melongo, ternyata kemendagri itu tidak mengeluarkan akta dan sebagainya. Yang mengeluarkan itu wilayah masing-masing. Semakin mangkel atiku. Ya Allah, kok kurang ajare," tukas Yaidah.

Miris sekali, sudah lanjut usia ditipu hingga harus ke ibukota hanya untuk mengurus akte kematian. Kok begitu teganya oknum petugas tersebut. 

Semoga kejadian serupa tak terulang lagi. Selain itu ada pesan penting untuk para keluarga atau tetangga untuk turut membantu kerabatnya yang kesulitan dalam mengurus dokumen. 

SHARE ARTIKEL