Ayah Sholeh akan Beri Peninggalan Berharga untuk Anak Meski Sudah di Alam Barzah
Penulis Dian Editor | Ditayangkan 24 Nov 2020Ilustrasi ayah yang sholeh - Image from planet.merdeka.com
Ayah yang sholeh tak hanya sekedar cari nafkah
Tugas seorang ayah bukan sesederhana mencari nafkah dan mencukupi kebutuhan keluarga. Untuk itu, ayah yang sholeh akan membuktikan bahwa sepeninggal dirinya, anak-anaknya masih mendapatkan manfaat darinya.
Kisah perjalanan Nabi Khidir dan Musa AS jadi salah satu kisah yang populer di kalangan Umat Islam. Kisah tersebut juga dikenal sarat makna yang mendalam.
Dikisahkan, keduanya sedang melakukan misi pembelajaran, Nabi Khidir AS didaulat oleh Allah SWT sebagai pengajar, sementara Nabi Musa As adalah muridnya.
Salah satu bagian cerita yang populer adalah saat dua tokoh muslim itu tengah kelaparan dan kehabisan bahan makanan. Kemudian keduanya menemukan sebuah rumah yang hampir roboh.
Kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa
Rumah tersebut lantas dirobohkan oleh Nabi Khidhr AS, untuk kemudian dibangun kembali jadi rumah yang lebih baik.
Nabi Musa AS yang kala itu tengah kelaparan jelas tak memahami maksud gurunya itu. Nabi Musa AS lantas bertanya,
"Kenapa engkau tidak mau mengambil upah (renovasi) darinya?"
Kemudian, dia juga mempertanyakan alasan Nabi Khidhir merobohkan rumah tua tersebut. Lalu sang guru menjawab, sebagaimana yang tertuang dalam surat Al-Kahfi ayat 82:
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ ۚ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ۚ ذَٰلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا
“Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada kanzun bagi mereka berdua, sedang Ayahnya adalah seorang yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya." (QS. Al-Kahfi: 82)
3 Makna Kanzun yang Ditinggalkan oleh Ayah Shaleh
Pakar fiqih, Muhammad Saiyid Mahadhir, Lc, MA, menjelaskan pembelajaran menarik dari sepotong kisah itu. Di antaranya tentang ayah yang Nabi Khidhir sebut sebagai seorang ayah yang saleh.
Diketahui sang ayah yang telah menyimpan kanzun untuk kedua anaknya tersebut sudah menjalankan tugasnya dengan baik.
Sebab walau sang ayah sudah tiada, namun tugasnya sebagai seorang ayah tidak lepas meski ia sudah berada di alam barzah dan meninggalkan anak-anaknya di dunia.
Mahadhir mengungkapkan para ulama tafsir, menyodorkan tiga makna terkait kanzun yang dimaksud dalam ayat tersebut.
Pertama, kanzun dimaknai sebagai harta benda, ini adalah pendapat Ikrimah dan Qatadah, sebagaimana makna lafaz tekstual dari kata kanzun itu sendiri.
"Sampai disini harta bagi anak sangat penting, dalam konsep waris, maka warisan harta bagi anak-anak juga bisa membuat mereka berwibawa, dengan tidak meminta-minta lantaran sang ayah sudah tidak ada. Untuk poin pertama ini, semua sepakat, bahkan semua ayah sudah menyadarinya dan lebih dari itu, semua ayah sudah melakukannya dengan baik," ujar Ustadz Muhammad Saiyid Mahadhir sebagaimana yang dikutip dari Rumah Fiqih Indonesia, Ahad (22/11).
Kedua, kanzun bermakna sebagai ilmu pengetahuan yang terpendam dalam lembaran-lembaran kertas. Ini adalah salah satu pendapat dari sahabat Ibnu Abbas.
Selain urusan nafkah, maka seorang ayah juga dituntut untuk memberikan ilmu pengetahuan yang baik sebagai peninggalan yang bermanfaat untuk anak-anaknya.
Sebab di masa depan mereka akan hidup pada masa yang berbeda, tuntutan zaman menghendaki ilmu pengetahuan yang beragam.
"Ayah yang saleh adalah dia yang bertanggung jawab atas pendidikan anaknya bahkan walaupun dia sudah tiada. Untuk yang kedua ini tidak semua ayah bisa melakukannya," jelas Ustadz Mahadhir.
Ketiga, kanzun dimaknai sebagai sebongkah emas yang bertuliskan diatasnya pesan kehidupan, buah dari keimanan yang kuat pada Allah SWT. Dan ini juga pendapat lainnya dari sahabat Ibnu Abbas RA.
Pesan kehidupan yang didapat dari sekolah kehidupan sang ayah, berbekal dengan pemahaman spiritual yang tinggi. Pesan yang hanya muncul sebagai buah dari ketaqwaan seorang ayah kepada Allah SWT.
Masyaallah, jadi itulah 3 makna mendalam terkait 'kanzun' yang ditinggalkan oleh seorang ayah shaleh kepada anak-anaknya.
Untuk itu, seyogyanya seorang ayah tidak cukup hanya menjalankan perannya dengan bekerja dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Melainkan perlu juga untuk berupaya memberikan peninggalan berupa harta (demi menghindari anak-anaknya hidup terlantar atau menjadi peminta-minta), ilmu pengetahuan, serta ajaran agama sebagai pedoman bagi kehidupan sang anak kelak di masa depan.