Tak Mau Jual Rumah, Ibu Nekat Racuni 3 Anak dan Gantung Diri
Penulis Dian Editor | Ditayangkan 18 Nov 2020Potret sang anak - Image from lintasbarometer.com
Jual rumah karena kesulitan di masa pandemi
Berawal dari pertengkaran dengan suami, istri ini putuskan lakukan kegiatan nekat. Ia meracuni ketiga anaknya yang masih tergolong bayi dan terakhir memutuskan untuk gantung diri. Ini kronologis dan kesaksian suami.
Kabar pilu datang dari pasangan suami istri dari Pekanbaru. Karena adanya rencana suami hendak jual rumah untuk modal kerja di masa sulit pandemi Virus Corona, membuat NSW gelap mata dan lakukan aksi tragis.
Pemicu ini membuat NSW (27) dan suaminya, PNG (28) bertengkar hebat. Akhirnya, sang istri mengambil keputusan untuk meracuni tiga anak-anaknya.
Diantaranya adalah anaknya yang pertama berusia 2 tahun dan juga si kembar berumur 6 bulan. Tak cukup disitu, ia kemudian memutuskan untuk mengakhiri hidup dengan gantung diri.
"Dari pengakuan suami, PNG (28), mereka bertengkar sebelum sang istri (memutuskan) gantung diri," kata Kapolsek Tenayan Raya, Kompol Muhammad Hanafi, pada Selasa (17/11/2020), saat dilakukan rekonstruksi di rumahnya.
NSW putuskan gantung diri setelah racuni semua anaknya. Anak pertama perempuan usia 2 tahun, sedangkan anak kedua dan ketiga kembar masih berumur 6 bulan.
Satu Anak Selamat
Tak disangka, salah satu anak kembar selamat dan kini diasuh oleh nenek dari pihak ayahnya di Labersa, Siak Hulu, Kampar.
Keputusan mengakhiri hidup dengan meracuni anak sendiri yang masih bayi dan gantung diri terjadi pada Senin (16/11/2020), di Komplek Perumahan Mutiara Kulim, Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru.
"Pertengkaran itu terjadi karena suami ingin menjual rumah untuk tambahan modal usaha lain. Akan tetapi istri menolak dan bersikeras tidak mau menjual rumah saat ini ditempati," kata Kompol Hanafi.
Kapolsek Tenayan Raya kemudian menjelaskan, PNG bekerja sebagai sopir alat-alat motor dan sering keluar daerah. Namun, karena pandemi COVID-19, PNG jarang keluar kota dan ingin cari modal untuk buka usaha lain.
"Suaminya bekerja sebagai sopir penjualan alat-alat motor keluar daerah. Namun karena pandemi, PNG jarang keluar kota," jelasnya.
Kendati begitu, Hanafi memastikan bahwa keputusan pahit itu bukan didasari faktor ekonomi, melainkan karena pertengkaran antar suami dan istri.
“Sang suami meminta istrinya untuk menenangkan diri dan pergi jalan-jalan supaya emosinya mereda. Namun istri tetap merasa emosi,” pungkas Kompol Hanafi.
Semoga kejadian ini bisa menjadi pembelajaran bagi pasangan yang sudah berumah tangga. Sebesaar apapun konflik yang dohadapi sebaiknya dilakukan dengan kepala dingin.
Hal ini bisa dilakukan jika masing-masing pasangan bisa saling mengerti dan mendukung, sehingga keharmonisan bisa tercipta. Dengan begitu bisa menjalani rumah tangga dengan lebih baik.