Kecelakaan Beruntun di Tol Cipali, 10 Orang Tewas, 'Jangan Berkendara di Belakang Truk Terlalu Lama'

Penulis Dian Editor | Ditayangkan 01 Dec 2020

Kecelakaan Beruntun di Tol Cipali, 10 Orang Tewas, 'Jangan Berkendara di Belakang Truk Terlalu Lama'

Kecelakaan Tol Cipali - Image from kesatu.co

Hati-hati, selalu jaga jarak dengan kendaraan besar 

Berkendara di belakang kendaraan besar ternyata memiliki banyak dampak negatif. Dan tak jarang membahayakan bagi pengendara di belakangnya. Hal ini sebagaimana kasus kecelakaan yang terjadi di Tol Cipali. 

Sebanyak 10 orang tewas setelah mengalami kecelakaan beruntun di Jalan Tol Cipali, pada Senin (30/11/2020). Titik lokasi kecelakaan berada di Km 78+500 yang berada di Kabupaten Purwakarta arah ke Cirebon.

Kejadian kecelakaan tersebut melibatkan dua truk tronton dan satu Elf. 

Berdasarkan penyelidikan polisi, kecelakaan terjadi karena satu truk tronton berada di barisan paling depan berhenti mendadak karena mesinnya tiba-tiba mati. 

Hal itu mengakibatkan truk tronton yang berada tepat di belakang bersama Elf sulit melakukan manuver untuk menghindar. Hal ini mengakibatkan terjadinya insiden tabrakan beruntun. 

"Jadi, pertama truk tronton berhenti mendadak karena mesin, setelah itu truk tronton kedua menabrak, setelah itu Elf yang menabrak," ucap Direktur Lalu Lintas Polda Jabar Kombes Eddy Djunaedi, yang dilansir dari Regional Kompas.com, Senin (30/11/2020).

Bahaya Berkendara di Belakang Kendaraan Besar

Tak bisa dipungkiri, berkendara di belakang kendaraan besar seperti truk memang berbahaya. 

Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana mengungkapkan, pengendara mobil bila terpaksa berkendara di belakang kendaraan yang lebih besar, seperti halnya truk atau bus, sebisa mungkin jangan terlalu lama.

Sebab berkendara di belakang kendaraan besar tanpa disadari akan membuat pengendara mobil cepat merasa mengantuk dan kehilangan fokus dalam berkendara. 

Akibatnya saat terjadi sebuah insiden, respons dari pengendara akan sangat lambat dan tidak reaktif. 

"Berada di belakang kendaraan besar seperti truk ataupun bus membuat bosan karena kecepatannya rendah dan pandangannya ngeblock (blindspot), sehingga membuat mengantuk," ujar Sony beberapa waktu lalu. 

Blind Spot atau Titik Buta 

Hal tersebut juga diungkapkan oleh pendiri Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu. 

Menurut Jusri, berkendara di belakang kendaraan yang lebih besar akan sangat menyulitkan karena area titik buta jadi lebih besar. 

"Karena kita tidak tahu apa yang terjadi di depan mobil kita. Dia (sopir bus dan truk) sudah bisa memprediksi manuver apa yang diambil, sedangkan kita di belakang seperti pakai kacamata gelap, hanya sisi samping bus saja yang kita lihat," ucap Jusri.

Jusri juga menjelaskan saat mengikuti truk dari belakang, apalagi tanpa ada jaga jarak, yang sering terjadi ketika truk melakukan pengereman mobil akan langsung menabrak truk. Hal ini diakibatkan pengemudi jadi kurang reaktif. 

"Jadi kalau bus mengerem tiba-tiba, kita tidak bisa berbuat banyak sebab fase analisa kita jadi sedikit atau waktu persepsi kita mempelajari sesuatu jadi lebih sempit," ucap Jusri.

Innalillahi wa inna illaihi rojiun. Semoga kejadian kecelakaan ini bisa memberikan pelajaran bagi kita agar senantiasa berhati-hati dalam berkendara. Serta selalu menghindari berkendara di belakang kendaraan besar. 

SHARE ARTIKEL