Tanda Orang yang Beramal Demi Tujuan Dunia, Bukan Mengharap Ridho dan Surga Allah
Penulis Dian Editor | Ditayangkan 28 Dec 2020Ilustrasi beramal demi dunia - Image from www.bareksa.com
Hati-hati, amalanmu akan jadi sia-sia jika hanya berharap dunia
Jangan jadi hamba harta duniawi, jadilah hamba Allah SWT yang beramal shaleh untuk mengharapkan ridho dan ganjaran yang dijanjikan-Nya. Inilah tanda-tanda orang yang beramal shaleh demi duniawi.
Perkara niat dan tujuan seseorang letaknya berada di dalam hati dan tidak kasatmata. Jadi yang benar-benar bisa mengetahuinya adalah orang yang beramal dan Allah SWT.
Tak jarang orang rela menggadaikan nikmat akhirat yang begitu banyak dengan nikmat dunia yang kecil. Dengan cara melakukan amal shaleh dan kebaikan demi mendapatkan nikmat duniawi.
Misalnya saja melakukan puasa sunnah, tahajjud, dan sedekah semata-mata karena ingin dunia, dan mengabaikan niat lurus untuk beribadah kepada Allah SWT.
Al Bukhari telah meriwayatkan hadits dalam Bab “Siapa yang menjaga diri dari fitnah harta” yang membahas mengenai tanda-tanda seseorang yang beribadah untuk mendapatkan balasan dunia.
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda,
تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ ، وَالدِّرْهَمِ ، وَالْقَطِيفَةِ ، وَالْخَمِيصَةِ ، إِنْ أُعْطِىَ رَضِىَ ، وَإِنْ لَمْ يُعْطَ لَمْ يَرْضَ تَعِسَ وَانْتَكَسَ
“Celakalah hamba dinar, dirham, qothifah dan khomishoh. Jika diberi, dia pun ridho. Namun jika tidak diberi, dia tidak ridho, dia akan celaka dan akan kembali binasa.” (HR. Bukhari).
Qothifah adalah sejenis pakaian yang memiliki beludru. Sedangkan khomishoh adalah pakaian yang berwarna hitam dan memiliki bintik-bintik merah. (I’aanatul Mustafid, 2/93)
BACA JUGA
Hamba Dinar, Dirham, dan Pakaian Mewah
Lantas mengapa dinamakan hamba dinar, dirham dan pakaian yang mewah?
Hal ini dikarenakan mereka yang disebutkan dalam hadits tersebut beramal untuk mencapai harta-harta tersebut. Mulai dari dinar, dirham, dan pakaian mewah.
Dengan begitu, mereka mengabaikan ganjaran dan ridho dari Allah SWT, yang seharusnya menjadi alasan utama dalam melakukan amal sholeh.
Oleh sebab itu, mereka disebut hamba dinar, dirham dan seterusnya. Adapun orang yang beramal karena ingin mengharap ridho Allah SWT, mereka itulah yang disebut hamba Allah (sejati).
Di antara tanda bahwa mereka beramal untuk menggapai harta-harta tadi atau ingin menggapai dunia disebutkan dengan jelas dalam hadist Rasulullah SAW, sebagai berikut:
“Jika diberi, dia pun ridha. Namun jika tidak diberi, dia pun tidak ridha (murka), dia akan celaka dan kembali binasa”.
Hal ini juga yang dikatakan kepada orang-orang munafik sebagaimana yang tertulis dalam firman Allah SWT:
وَمِنْهُمْ مَنْ يَلْمِزُكَ فِي الصَّدَقَاتِ فَإِنْ أُعْطُوا مِنْهَا رَضُوا وَإِنْ لَمْ يُعْطَوْا مِنْهَا إِذَا هُمْ يَسْخَطُونَ
“Dan di antara mereka ada orang yang mencelamu tentang (distribusi) zakat; jika mereka diberi sebahagian dari padanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebahagian dari padanya, dengan serta merta mereka menjadi marah.” (QS. At Taubah: 58)
Itulah tanda seseorang dalam beramal hanya ingin mendapatkan tujuan dunia. Jika dia diberi kenikmatan dunia, dia akan ridho.
Tanda Orang Beribadah yang Ingin Harta Dunia
Namun, jika kenikmatan dunia tersebut tak kunjung datang, dia akan menjadi murka dan marah kepada Allah SWT.
Dalam hatinya seraya berujar, “Sudah sebulan saya merutinkan shalat malam, namun rizki dan usaha belum juga lancar.”
Hal itulah yang menjadi salah satu tanda orang yang selalu berharap dunia dengan amalan shalihnya.
BACA JUGA
Sikap Orang Mukmin dalam Beramal
Adapun seorang mukmin, jika diberi nikmat, dia akan bersyukur. Sebaliknya, jika tidak diberi, dia pun akan tetap bersabar dengan ketetapan Allah SWT.
Mengapa orang mukmin bisa bersikap seperti itu?
Hal ini dikarenakan dia akan beramal bukan untuk mencapai tujuan dunia, bahkan sebagian dari mereka tidak menginginkan mendapatkan dunia sama sekali.
Dikisahkan, bahwa sebagian sahabat tidak ridha jika tidak mendapatkan dunia sedikit pun.
Mereka pun tidak mencari-cari dunia karena yang selalu mereka harapkan adalah negeri akhirat, yang kekal dan penuh dengan kenikmatan.
Bahkan orang yang beriman, sama sekali tidak menyukai untuk disegerakan balasan terhadap kebaikan yang mereka lakukan di dunia.
Akan tetapi, barangsiapa yang diberi dunia tanpa ada rasa keinginan sebelumnya dan tanpa ada rasa serakah terhadap dunia, maka dia boleh mengambilnya.
Sebagaimana hal ini terdapat dalam hadits dari ‘Umar bin Khattab, “Rasulullah SAW memberikan suatu pemberian padaku.”
Umar lantas mengatakan, “Berikan saja pemberian tersebut pada orang yang lebih butuh (lebih miskin) dariku. Sampai beberapa kali, beliau tetap memberikan harta tersebut padaku.”
Umar pun tetap mengatakan, “Berikan saja pada orang yang lebih butuh (lebih miskin) dariku.”
Rasulullah SAW pun bersabda, “Ambillah harta tersebut dan harta yang semisal dengan ini di mana engkau tidak merasa mulia dengannya dan sebelumnya engkau pun tidak meminta-mintanya. Ambillah harta tersebut. Selain harta semacam itu (yang di mana engkau punya keinginan sebelumnya padanya), maka biarkanlah dan janganlah hatimu bergantung padanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Semoga kita tergolong hamba Allah yang dijauhkan dari sifat serakah dan tamak dengan harta duniawi. Melainkan menjadi hamba Allah