Awas, Corona di Indonesia Meningkat Dua Kali Lipat, 3 Orang Tewas
Penulis Isfatu Fadhilatul | Ditayangkan 14 Mar 2020Suasana penanganan virus corona di rumah sakit - Image from rmco.id
Waspada, corona menjadi ancaman luar biasa bagi Indonesia.
Tiga pasien dikabarkan meninggal dunia akibat virus corona. Total korban menjadi empat orang. Kasus corona di Indonesia mencapai 69 orang yang artinya meningkat dua kali lipat dari sebelumnya. Waspada! jangan sampai Anda menjadi korban selanjutnya.
Pasien positif virus corona di Indonesia hingga Jumat (13/3) melonjak tajam hingga dua kali lipat. Total ada 35 pasien baru yang diumumkan, total kasus corona di Indonesia mencapai angka 69 orang.
Hal ini dibenarkan oleh juru bicara nasional penanganan virus corona Achmad Yurianto, ia mengatakan bahwa kasus tersebut merupakan hasil penelusuran sejak Kamis (12/3) kemarin.
Juru bicara nasional penanganan virus corona Achmad Yurianto - Image from nasional.tempo.co
Tak berhenti di situ, 3 orang pasien yaitu nomor 35, 36, dan 50 telah meninggal dunia. Total pasien yang tewas menjadi 4 orang.
“Ini sudah kami tracing terus,” ungkap Yurianto di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (13/3).
Dikabarkan satu orang pasien dengan identifikasi kasus 38 mengalami sakit berat. Meskipun demikian, pasien perempuan berusia 80 tahun itu diketahui dalam kondisi yang stabil dan tidak menggunakan ventilator.
Selain itu, tiga pasien dengan identifikasi kasus mengalami sakit sedang, yaitu pasien 51, 61, dan 69. Pasien 51 berjenis kelamin laki-laki berusia 60 tahun. Pasien 61 seorang perempuan berusia 58 tahun. Sementara pasien 69 merupakan perempuan berusia 80 tahun.
Sementara itu, Yurianto menyebut 28 pasien lainnya dalam kondisi sakit ringan hingga sedang, “Lebih detail saya besok akan jelaskan. Mudah-mudahan kami bisa makin cepat lagi (melakukan penelusuran kontak),” kata Yurianto seperti yang dilansir dari laman katadata.com.
Baca Juga: Merasakan Tanda Seperti ini? Bisa Jadi Anda Terinfeksi Corona
Corona menyebar, lalu bagaimana?
Banyak masyarakat yang menyayangkan tindakan pemerintah dalam menanggulangi wabah corona yang terkesan lambat dan 'telat'.
Kita ambil contoh, Arab Saudi menutup sementara jalur jamaah umrah yang hendak bepergian ke Mekah.
Berbeda dengan pemerintah Arab yang cukup tanggap menyikapi corona, Indonesia justru memberikan diskon penerbangan ke 10 destinasi wisata yang ada di dalam negeri.
Ke-10 destinasi wisata itu antara lain Denpasar, Batam, Bintan, Manado, Yogyakarta, Labuan Bajo, Belitung, Lombok, Danau Toba, dan Malang selama 3 bulan berturut-turut terhitung mulai Maret hingga Mei 2020, dan dikabarkan akan terus dilanjutkan jika dirasa efektif.
Lalu bagaimana menurut Anda, apakah keputusan ini sudah tepat dan dirasa tidak memihak hanya ke satu pihak saja?
Bagaimana jika ada satu orang yang positif corona dan masih dalam masa inkubasi, menjadi salah satu penumpang dalam penerbangan tersebut?
Dilansir dari laman detik.com, mahasiswa jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang, Harti Novika Wiradhika dan Abdi Rahadian Nugraha Prawira Yudha menanggapi hal ini.
Baca Juga: Terindeksi Gejala Corona? Segera Periksa, ini 100 RS yang Menangani Corona
Mereka menyoroti dari sisi keamanan dan kesehatan bagi seluruh warga Indonesia karena pencegahan virus lebih baik daripada 'sekedar meningkatkan pendapatan'.
Dengan adanya keputusan pemberian diskon ini, maka justru pemerintah seakan "memancing" virus mematikan itu datang ke dalam negeri.
Upaya pencegahan di setiap bandara belum menjadi jaminan pasti untuk bebas dari virus yang masuk, tindakan itu hanya sebatas upaya penurunan risiko saja.
Baca Juga: Tak Hanya Orang Tua dan Lansia, 2 Balita di Indonesia Juga Positif Corona
Upaya proteksi di bandara tidak dapat mendeteksi penumpang yang sudah terjangkit virus corona tanpa memperlihatkan gejala-gejala tertentu.
Tidak bermaksud untuk pesimis terhadap penjagaan keamanan dan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan di setiap bandara, alangkah baiknya jika kita sebagai masyarakat diberi kepastian yang jelas tentang kebijakan yang dijalankan pemerintah, sehingga tidak menimbulkan kepanikan dan keraguan yang berlebih untuk melakukan perjalanan domestik.