Warga Wonogiri Lebih Percaya Jimat Bisa Tangkal Corona
Penulis Isfatu Fadhilatul | Ditayangkan 06 Apr 2020Jimat lebih dipercaya bisa tangkal corona - Image from wajibbaca.com
Yang kena virus setannya dong?
Ada-ada saja kelakuan masyarakat +62. Alih-alih menjaga kesehatan dan kebersihan, mereka malah mengandalkan jimat untuk menangkal virus corona.
Jangan ditiru ya, selain tidak terbukti secara ilmiah, tindakan ini juga termasuk tindakan musyrik, yaitu menyekutukan Allah SWT.
Wabah virus corona jenis baru atau COVID-19 semakin hari semakin meresahkan. Di Indonesia sendiri, tercatat kurang lebih 2.273 orang dinyatakan positif terinfeksi COVID-19, 164 orang dinyatakan sembuh, dan 198 orang dinyatakan meninggal dunia berdasarkan data per tanggal 6 April 2020.
Guna mencegah meluasnya virus corona, pemerintah Indonesia maupun WHO telah memberikan himbauan untuk senantiasa menjaga kebersihan, terutama kebersihan tangan dan badan.
Selain itu, semua warga masyarakat juga wajib mengikuti aturan physical distancing atau menjaga jarak dengan orang lain paling tidak sejauh 1,5 meter, serta sebisa mungkin untuk tetap berada di dalam rumah agar tidak terpapar virus corona.
Apabila masyarakat mengikuti imbauan itu dengan baik dan benar, kemungkinan penyebaran virus corona tidak akan semakin luas.
Terkait dengan pencegahan penyebaran virus corona ini, ada cerita unik dari masyarakat yang ada di wilayah Wonogiri, Jawa Tengah.
Pasalnya, masih ada kelompok masyarakat di Wonogiri yang menjadikan akik ataupun akar bahar sebagai jimat untuk tolak bala corona.
Padahal, pemerintah Kabupaten Wonogiri dengan tegas memperingatkan kepada warganya agar tidak mengandalkan benda-benda ataupun hal-hal yang berbau mistis untuk mencegah penyebaran virus corona.
Bupati Wonogiri Joko Sutopo, tidak menampik jika masih ada beberapa warganya yang masih mempercayai kekuatan benda berbau mistis seperti jimat untuk tolak bala corona.
Ia pun kemudian menegaskan jika jimat tidak akan mampu menangkal atau menolak kehadiran virus corona.
Virus tersebut hanya dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup bersih, sehat, serta melaksanakan seluruh imbauan pemerintah. Bukannya dengan mengandalkan jimat.
Baca Juga: BNPB Blak-blakan Data Kasus Positif Corona di Indonesia Tidak Sesuai
Perbanyak cuci tangan, bukannya menghafal mantra
Bupati Wonogiri Joko Sutopo - Image from www.gesuri.id
Selain itu, Jekek (panggilan akrab Joko Sutopo) menegaskan agar warganya lebih sering mencuci tangan menggunakan air yang mengalir serta sabun ketimbang menghafal mantra.
Tak lupa ia pun mengimbau agar masyarakat Wonogiri tetap berada di dalam rumah daripada pergi ke tempat yang dianggap wingit.
“Jangan pula percaya informasi yang belum bisa diketahui kebenarannya seputar Covid-19. Contohnya informasi virus hanya bisa menginfeksi pada pukul 18.00 WIB sampai 06.00 WIB, karena siang virus mati akibat terkena sinar matahari. Itu menyesatkan. Persebaran virus itu tak mengenal waktu dan tempat, sehingga pencegahan mesti dilakukan setiap saat,” ucap Bupati Jekek, seperti yang dilansir dari laman Suara.com, Rabu (1/4/2020).
Baca Juga: Ibu ini Positif Corona Dijemput Ambulans, Namun ia Minta Satu Permintaan ini
Warga resah karena perantau
Bupati Jekek pun sadar betul bahwa tindakan warganya itu merupakan salah satu bentuk keresahan dari banyaknya perantau yang memasuki wilayah Wonogiri.
Namun, Jekek meminta agar warganya tidak memandang perantau sebagai pembawa virus meskipun mereka berasal dari wilayah yang terpapar virus corona.
Sebab tidak ada jaminan pasti bahwa orang yang sudah lama berdiam di Wonogiri bebas dari infeksi virus tersebut.
Jekek menilai lebih baik masing-masing individu menjalankan prosedur pencegahan corona dengan baik.
Baca Juga: Konsumen Resah Vitamin C Langka, Padahal Kata Ahli Tak Bisa Tangkal Corona
Ia juga meminta kepada para perantau yang pulang kampung ke Wonogiri untuk segera melapor ke ketua RT atau RW setempat.
Selanjutnya, para perantau diminta untuk memeriksakan diri ke puskesmas terdekat. Setelah itu, para perantau pun diwajibkan untuk mengisolasi diri secara mandiri di rumah selama 14 hari.
Nantinya, Jika dalam praktiknya ada perantau yang mengalami gangguan kesehatan, seperti batuk dan demam, mereka diharapkan untuk segera melapor ke puskesmas agar dapat ditangani lebih lanjut.
Apabila gejala tak kunjung membaik, mereka harus dirujuk oleh petugas medis ke RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri sebagai RS lini kedua penanganan COVID-19.