Mayat yang diduga korban virus corona - Image from bali.tribunnews.com
Ngeri, hanya menyelamatkan yang bisa diselamatkan
Sejak kemunculan virus corona, awalnya masyarakat Italia tidak peduli dan menganggap remeh. Namun saat ini, kehidupan mereka berubah dalam waktu yang teramat singkat. Hingga kini harus memilih, siapa yang bisa diselamatkan akan diselamatkan, sedangkan yang tak bisa akan dibiarkan mati begitu saja.
Pasien Virus Corona di Italia yang berusia 80 tahun atau lebih tidak akan menerima perawatan yang intensif jika kondisi mereka kritis atau semakin memburuk.
Keputusan tersebut merupakan rencana darurat yang akan diberlakukan di Turin Italia, jika jumlah pasien terlalu banyak.
"Akan diterapkan kriteria untuk akses ke perawatan intensif," bunyi Rencana yang disusun oleh pejabat perlindungan sipil kota tersebut.
Daily Mail mengutip Daily Telegraph, dokumen ini menyarankan bahwa ada syarat tertentu bagi pasien virus corona untuk mendapat perawatan intensif, yakni 'harus mencakup usia kurang dari 80'.
Baca juga : Mengerikan, Kesalahan Fatal Italia dalam Cegah Korona, Indonesia Harus Tahu!
Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa para dokter telah membuat keputusan hidup atau mati tentang siapa yang dapat dirawat dan siapa yang akan 'dibiarkan mati', seperti diberitakan Daily Mail, Selasa (17/3/2020).
Seorang dokter juga mengatakan nasib seorang pasien 'ditentukan berdasarkan umur dan kondisi kesehatannya'
"Beginilah keadaannya dalam perang," ujarnya.
Perdana Menteri Giuseppe Conte bahkan memperingatkan bahwa negara itu memasuki 'minggu paling berisiko' dan dia juga memberi isyarat bahwa 'kita belum mencapai puncaknya'.
Menurut dokumen perencanaan tersebut, kondisi kesehatan pasien juga akan dipertimbangkan ketika mereka ditempatkan dalam perawatan yang intensif.
Selain itu para dokter juga akan mempertimbangkan, apakah mereka akan pulih jika mereka dibawa ke rumah sakit dalam keadaan darurat.
Pasien Virus Corona di Italia yang berusia 80 tahun dan melebihi itu tidak akan menerima perawatan intensif jika kondisi mereka memburuk.
"Jika tidak memungkinkan untuk menyediakan layanan perawatan intensif untuk semua pasien, jadi akan diperlukan untuk menerapkan kriteria untuk dapat perawatan intensif, ini tergantung pada sumber daya terbatas yang tersedia," kata dokumen itu.
Pejabat setempat mengakui bahwa rencana tersebut akan mendesak rumah sakit untuk 'fokus pada kasus-kasus di mana rasio biaya / manfaat lebih menguntungkan untuk perawatan klinis'.
Baca juga: Geger, Ibu-ibu Suspect Corona Kabur dari Rumah Sakit
Petugas medis Italia telah menggambarkan bagaimana rumah sakit 'kewalahan' oleh krisis kesehatan ini. Dan saat ini, Italia adalah negara Eropa dengan kasus penyebaran wabah corona terburuk diantara negara lainnya.
Turin adalah bagian dari wilayah Piedmont, yang bertetangga dengan Lombardy di mana banyak kasus positif covid-19 ditemukan di wilayah itu.
Gubernur Lombardy Attilio Fontana mengatakan situasi di daerah sekitar Milan semakin memburuk.
"Kami hampir mencapai titik di mana kami tidak akan lagi dapat membantu orang yang sekarat karena kami akan kehabisan tempat di unit perawatan intensif," kata Fontana.
"Kami membutuhkan mesin yang digunakan untuk ventilasi paru-paru, respirator buatan yang sayangnya tidak dapat kami temukan di sini," kata Fontana.
Walikota Milan Beppe Sala mengatakan dia telah berhasil mengamankan pengiriman masker dari China untuk menunjang kebutuhan masker yang terus meningkat.
"Milan selalu memiliki hubungan yang sangat baik dengan kota-kota utama Cina dan saya melakukan beberapa panggilan telepon selama beberapa hari terakhir untuk mencari masker," kata walikota Milan.
"Pengiriman pertama tiba (Jumat) dan sekarang kami akan mendistribusikannya ke dokter, dan ke staf kami."
The European Commission juga mengumumkan adanya pengiriman satu juta masker dari Jerman.
Beberapa petugas medis telah bekerja di fasilitas darurat, dengan mendirikan tenda-tenda di luar rumah sakit. Di dalam tenda-tenda tersebut, memungkinkan pasien akan melakukan pengujian virus corona.
Ada juga kekhawatiran bahwa Italia Selatan yang daerahnya lebih miskin akan sulit mengatasi wabah virus corona, jika virusnya menyebar secepat di wilayah utara.
Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte juga telah memperingatkan bahwa orang-orang tidak boleh melakukan perjalanan ke selatan sebab diberlakukannya lockdown secara nasional.
Namun ada beberapa orang keras kepala yang tetap nekat untuk bepergian ke wilayah selatan.
'Para ilmuwan memberi tahu kami bahwa kami belum mencapai puncaknya. Ini adalah minggu yang paling berisiko dan kami membutuhkan tindakan pencegahan terbaik, ' ungkapnya.
“Kegiatan orang-orang yang meninggalkan Milan pada akhir pekan untuk menghabiskan waktu bersama keluarga mereka atau di tempat tinggal mereka di selatan harus benar-benar dihentikan."
"Kami tidak bisa lagi mentolerir kesalahan perilaku," kata Conte.
"Virus adalah tantangan kita yang paling penting dalam beberapa dekade terakhir," katanya.
Dilansir dari Johns Hopkins, per 18 Maret 2020 pagi, Italia telah mengkonfirmasi 31.506 kasus positif covid-19 dengan 2.941 orang yang berhasil sembuh serta 2.503 orang yang tewas karenanya.
Ini adalah wabah terburuk yang terjadi di luar negara asal virus corona, China.
Gubernur wilayah Venesia, Veneto juga meminta 'semua orang untuk tetap mengisolasi diri'.
"Jika Anda tidak mengikuti aturan, sistem layanan kesehatan akan macet dan saya harus memberlakukan jam malam," kata gubernur Veneto Luca Zaia.
Lockdown yang diberlakukan pemerintah Italia tidak hanya merubah rutinitas warganya yang terdampak, namun juga menambah tekanan emosional pada para pasien.
Anggota keluarga tidak diperbolehkan naik ambulans bersama kerabat, dan unit virus korona ditutup bagi siapa saja yang bukan dokter atau pasien.
Pasien yang tidak membutuhkan perawatan intensif merasa dipenjara di dalam bangsal.
"Bawa saya pergi dari sini. Biarkan saya mati di rumah. Saya ingin bertemu Anda sekali lagi," kata Stefano Bollani, seorang pekerja gudang berusia 55 tahun ketika mengirim SMS kepada istrinya, Tiziana Salvi, dari unit perawatan pra-intensif Policlinico San Donato, kepada Reuters, Selasa (17/3/2020).
Dirinya dirawat karena mengalami pneumonia setelah tertular virus korona.
Sepasang suami istri itu belum saling bertemu sejak Bollani menurunkan sang istri dari mobil mereka di luar rumah sakit Milan hampir dua pekan lalu. Yang dia tahu adalah kondisinya tampaknya membaik dalam beberapa hari terakhir.
Bahkan beberapa pasien yang lebih tua menolak ke rumah sakit. Carlo Bertolini, seorang agronomis berusia 76 tahun di Cremona, pada awalnya sangat enggan mencari bantuan, ungkap putrinya.
Orang terakhir yang akan ditemui oleh pasien Covid-19 yang sekarat seringkali hanyalah seorang dokter bukan kerabat. Orang yang dicintai bahkan tidak dapat mendekati peti mati karena khawatir terserang virus.
Mara Bertolini yang terakhir mendengar tentang ayahnya, Carlo, ahli sejarah anggur, adalah ketika seseorang dari kamar mayat memanggil anggota keluarga lain untuk mengatakan bahwa sang ayah telah meninggal dunia.
Dia mengungkapkan tidak menaruh dendam terhadap para dokter yang telah bekerja keras merawat sang ayah. Namun yang membuatnya terkejut adalah raut wajah dokter ketika bertemu dengannya.
"Saya tidak tahu apakah itu kekhawatiran atau kesedihan," katanya.
"Yang dia katakan kepada kami adalah, 'Tetap di rumah'."