Banyak Suami Gengsi Terima Masukan Istri, Betul Nggak Bun?

Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 09 Apr 2020

Ilustrasi - Image from wajibbaca.com

Banyak suami yang tak suka diatur oleh istri. 

Sangkanya nanti suami kok takut istri, jadi banyak yang gengsi menerima masukan dari istri. 

Hal ini biasanya bersumber dari ego sebagai pemimpin keluarga. Namun apa kata islam terkait hal ini? Apakah memang istri tidak boleh memberi nasehat kepada suami?   

Sering kali karena merasa sebagai suami, seorang lelaki enggan menerima saran kebaikan dari wanita yang telah menjadi istrinya. Alasannya bisa lantaran gengsi, keras kepala, atau kebodohan diri. 

Padahal, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang merupakan suami terbaik di dunia ini pun mendengarkan dan mempraktikkan nasihat istrinya. Dalam peristiwa Hudaibiyah, beberapa sahabat terpukul kejiwaannya. 

Mereka kecewa sebab Nabi Shallalahu ‘alaihi wa Sallam tampak memenangkan kaum kafir Makkah. Alhasil, saat Nabi perintahkan kepada mereka untuk menyembelih hewan qurban dan bercukur, para sahabat tak menghiraukan perintah Nabi. 

Maka masuklah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam ke tenda salah satu istrinya, Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha. 

“Celakalah orang-orang. Aku telah memerintahkan mereka dengan suatu perintah, tapi mereka tidak menjalankannya,” tutur Nabi sebagaimana diriwayatkan Imam al-Bukhari. Kepada suami yang amat disayanginya itu, Ummu Salamah sampaikan usul. 

Ia mengatakan agar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mendatangi sahabatnya, menyembelih hewan qurbannya, dan mencukur rambutnya, tanpa menyampaikan satu kalimat pun. 

Kemudian, dengan hati lapang, sang Nabi melakukan usul istrinya itu. Beliau mendatangi para sahabat, mengambil posisi di tengah kumpulan sahabat, kemudian menggiring dan menyembelih hewan qurbannya, diakhiri dengan mencukur rambut.   

Benarlah. Nasihat yang disampaikan dengan tulus akan dilakukan dengan ikhlas, dan hasilnya pun kebaikan. Melihat itu, para sahabat pun bergegas melakukan apa yang dikerjakan Nabi. 

Mereka langsung meneladaninya. Dan, itulah kekuatan teladan; ia lebih bermakna dari jutaan kalimat yang tak diikuti dengan laku. Wahai para suami, adakah kau campakkan nasihat yang berasal dari istri-istrimu? Adakah kau menganggapnya remeh dan tak berharga? 

Apakah kau picingkan mata kemudian melemparkan nasihatnya ke tong sampah sebab menganggap nasihat istrimu sebagai sesuatu yang tak bermakna? Maka bersikap rendah hatilah. 

Dengarkan nasihat istri-istrimu dengan cinta. Terimalah dengan lapang hati. Dengarkan sepenuh cinta. 

Dan, lakukanlah jika muatannya baik. Serta, ingatkan dan luruskan jika buruk makna dan dampaknya. Sungguh, jika Nabi yang mulia saja menerima nasihat kebaikan dari istrinya, maka kita yang jauh dari sebutan mulia jauh lebih layak untuk mendengarkan dan mengerjakan nasihat kebaikan dari istri-istri yang kita cintai dan telah sampaikan nasihat dengan sepenuh hati

Baca juga :  Istri Beruntung itu Kalau Punya Suami Seperti ini 

Hal ini sebagaimana yang tertuang dalam ayat Al Quran berikut ini : "Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita. Oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar." (QS. An-Nisaa : 34)

Namun apakah lantas dengan predikat itu membuat suami tidak bisa dan tidak mau menerima nasehat dari istri? 

Nah, untuk menjawabnya pernahkah Bunda mendengar kisah Abu Hurairah yang diberi nasehat oleh setan. Jadi kisahnya begini. 

Kisah Abu Hurairah dan Setan

Pada saat itu 3 hari berturut-turut Abu Hurairah didatangi oleh setan yang menyamar menjadi tawanan. Kemudian selama 3 kali berturut-turut juga dia menumpahkan makanan dan mengambilnya dengan alasan keluarganya benar-benar butuh. 

Pada hari ketiga, kemudian dia memberikan nasehat kepada Abu Hurairah agar membaca ayat kursi sebelum tidur, agar setan tidak mendekatinya hingga pagi hari. Lantas Abu Hurairah bertanya kepada Rasulullah. Dan Rasulullah memberitahunya bahwa tawanan tersebut adalah setan. Namun meski begitu, apa yang disampaikannya benar. Cerita ini disebutkan dalam hadist riwayat Bukhari no.2311. 

Jadi dari kisah tersebut dapat diambil hikmah, bahwa dalam mengambil nasehat tidak perlu melihat siapa pemberi nasehat itu. Melainkan melihat, apa pesan dari nasehat itu. Jika nasehat itu benar, maka perlu diikuti. Sedangkan jika salah harus ditolak. 

Dari kisah Abu Hurairah tersebut, dapat disimpulkan, ketika ada informasi atau nasehat, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

  1. Mengecek kebenaran informasi tersebut agar valid 
  2. Setelah tahu kebenarannya tidak gengsi untuk menerima pendapat meski dari musuh agama sekalipun, yakni setan

Hal ini sangat relevan menjadi jawaban atas masalah suami yang gengsi menerima nasehat dari istri. Ketika istri memberikan nasehat kepada suaminya. Sesuai dengan anjuran hadist tersebut, suami harus mendengarkan dengan saksama, kemudian mencari tahu kebenaran nasehat tersebut. 

Bukan langsung menolak mentah-mentah, atas dasar mereka pemimpin dan bertanggung jawab atas segala keputusan. Sebab bisa saja, pendapat istri memang benar dan layak untuk diikuti. 

Misalnya, saat itu pasangan suami istri sedang berdiskusi mengenai pengelolaan keuangan. Kemudian sang istri yang pernah belajar tentang manajemen keuangan memberikan nasehat kepada suami mengenai cara menabung dan investasi yang benar. 

Nah, sebagai suami perlu menerima pendapat tersebut, kemudian mengkrosceknya dengan ahli atau pengetahuan dari berbagai media seperti buku atau internet. Sehingga jika nasehat itu benar, maka suami perlu mengikutinya. Namun jika memang salah, suami berhak untuk menolaknya.

Selain itu, istri adalah patner sang suami dalam berumah tangga. Oleh sebab itu perlakukan istri dalam kedudukan yang sejajar. Istri berhak berpendapat, memberikan nasehat kepada suami dan didengar serta diperhatikan. Dengan begitu akan terjalin kerjasama yang baik antara suami dan istri. Hal ini pun menjadi modal dasar dalam membangun hubungan pernikahan yang langgeng.

viral minggu ini

BAGIKAN !

Jika kontent kami bermanfaat