Ternyata begini perasaan orang tua yang dititipi cucu
Anak terkadang tak mengerti perasaan orang tua yang sebenarnya. Jadi sebelum menitipkan anakmu pada orang tua, renungkanlah hal ini? Bisakah kamu menanggungnya?
Di era saat ini, banyak pasangan suami istri yang sama-sama bekerja. Hal ini dikarenakan kebutuhan ekonomi keluarga yang mendesak keduanya untuk cari uang.
Itupun terkadang masih kurang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Bahkan tak jarang mereka terpaksa berhutang kepada sanak saudara hingga bank dengan bunga yang tak kecil.
Saat seperti itu, pasangan suami istri akan memilih untuk menitipkan anak kepada orang tuanya.
Lantas, apakah hal tersebut diperbolehkan dan bagaimana Islam memandang hal tersebut?
Ustadz Abdul Somad dalam sebuah video mengajak umat Islam untuk merenungkan kebaikan-kebaikan yang telah diberikan kedua orangtuanya.
Dan juga menganjurkan untuk tak membebani orang tua dengan menitipkan anak padanya.
"Berapa kali emak kita itu meninggalkan puasa gara-gara kita? sembilan puluh hari. Tanya, tiga puluh hari dia tidak puasa karena kita berada dalam perutnya, tiga puluh hari dia tidak puasa karena tidak ada air susunya, tiga puluh hari lagi dua tahun. Jadi sembilan puluh hari dia tidak puasa. Masa sekarang dihari tuanya kita susahkan juga dia lagi," ucapnya.
"Di hari tuanya ini bahagiakanlah dia. Kalau kalian tidak bisa bahagiakan orangtua, paling tidak jangan kalian membuat susah dia. Kalau tidak bisa kalian menyenangkan dia, jangan kalian susahkan di hari tuanya," lanjutnya.
Baca juga : Inilah 4 Hal yang Dipesan Rasulullah pada Istrinya Sebelum Tidur
Ustadz Abdul Somad mengatakan, umat Islam harus membahagiakan orangtuanya. Jangan sampai membuatnya kesusahan ataupun menangis.
Jika memang tidak bisa membahagiakannya, setidaknya janganlah menyusahkannya apalagi di usianya yang tak lagi muda.
Buatlah hidup mereka senang, tenang dan nyaman sebelum terlambat.
"Jangan sampai meleleh air matanya, orangtua tidak akan pernah menolak cucu. 'Mak jaga anakku ya' iyalah. Dia tidak pernah menolak cucu karena dia sayang ke anak kita. Kita lah yang berpikir," ujarnya.
"Jangan sampai setelah dia meninggal, barulah kita meratap, menangis. Tidak ada gunanya, menetes air mata darah. Selama hayat ikat domba dan dia masih hidup, senangkanlah hatinya, senangkan hidupnya, senangkan, nyamankan dia, tenangkan pikirannya karena kematian akan menjemput tidak tahu entah kapan. Kita sangka dia masih panjang, setelah itu dia meninggal, menyesal seumur hidup, tidak ada gunanya," lanjutnya.
Jika mengingat banyak kebaikan orang tua, maka tak patut kita kembali menyusahkan mereka untuk mengurusi anak kita.
Memang orang tua terkadang ingin mengasuh cucunya. Namun di usianya yang sudah lanjut, tidakkah hal tersebut justru membebaninya.
Kita saja yang masih berusia muda, mungkin sekitar 24 - 35 tahun akan merasa kerepotan, capek yang luar biasa jika harus mengasuh 2-3 anak. Apalagi orang tua yang fisiknya sudah tak sekuat dulu.
Mendidik dan mengasuh anak adalah tugas utama orang tua. Dan orang tua akan mendapatkan ganjaran atas usaha mendidik mereka. Sebagaimana bunyi hadist berikut ini:
Imam Abu al-Hamid al-Ghazali ra. berkata,
“Jika anak dibiasakan dan dididik untuk melakukan kebaikan, maka dia akan tumbuh menjadi baik dan menjadi orang yang bahagia di dunia dan akhirat kelak. Setiap orang yang mendidiknya (orangtua maupun pendidik lain) akan turut mendapatkan pahala sebagaimana pahala sang anak atas amal salehnya. Jika dibiasakan dengan keburukan dan ditelantarkan seperti hewan ternak, maka ia akan menjadi orang yang celaka dan binasa. Dosa yang diperbuatnya turut ditanggung oleh orang-orang yang berkewajiban mendidiknya.”
Selain itu masih banyak lagi keutamaan-keutamaan yang didapatkan orang tua ketika mengasuh dan mendidik anaknya. Berikut adalah ganjaran yang diberikan kepada mereka:
Dari Aisyah Ra berkata , "Saya pernah dikunjungi oleh seorang perempuan yang mempunyai dua orang anak perempuan. Kemudian, perempuan tersebut meminta makanan kepada saya. Sayangnya, saat itu, saya sedang tidak mempunyai makanan, kecuali sebiji kurma yang langsung saya berikan kepadanya. Kemudian perempuan itu menerimanya dengan senang hati, dan membagikannya kepada dua anak perempuannya tanpa sedikitpun ia makan. Setelah itu, perempuan itu bersama dua orang anak perempuannya pergi."
Tak lama dari kejadian tersebut, Rasulullah Saw masuk ke dalam rumah. Kemudian, Aisyah menceritakan kepada Rasulullah tentang perempuan dan kedua anak perempuannya tadi.
Lalu, Rasulullah Saw bersabda, “Barang siapa diuji dalam pengasuhan anak-anak perempuan, lalu ia dapat mengasuh mereka dengan baik, maka anak perempuannya itu akan menjadi penghalangnya dari api neraka kelak.” (HR. Muslim).
Rasulullah SAW bersabda, “Dari Anas bin Malik Ra., ia berkata, ‘Rasulullah Saw telah bersabda, ‘Barang siapa dapat mengasuh dua orang anak perempuannya hingga dewasa, maka aku akan bersamanya di hari Kiamat kelak.’ Beliau merapatkan kedua jarinya.” (HR. Muslim).
Salah satu amalan jariyah, amalan yang tak akan terputus pahalanya meski kita telah meninggal dunia adalah doa anak yang saleh.
Oleh sebab itu, ketika orang tua berhasil mendidik dan membimbing anaknya hingga menjadi anak yang saleh, maka itu akan jadi amalan yang tak pernah habis.
Sebab anak yang saleh akan terus mendoakan orang tuanya dan bahkan beramal dengan mengatasnamakan orangtuanya. Berbeda halnya dengan seorang anak yang ditelantarkan dan tak diperhatikan oleh orang tuanya.
Mungkin anak akan tumbuh rasa dendam ke orang tua, bahkan tak mau mengurusi orang tua ketika sudah lanjut usia. Apalagi mendoakan kebaikan untuknya.
Rasulullah SAW bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila seorang telah meninggal dunia, maka seluruh amalnya terputus kecuali tiga, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendo’akannya.” (HR. Muslim: 1631).
Bagi orang tua yang berhasil mendidik anak mereka sehingga menjadi anak yang saleh. Anak yang banya memberi manfaat kepada orang lain, taat terhadap perintah Allah SWT, dan cinta yang besar kepada orang tua.
Inshaallah, derajat yang tinggi akan diberikan kepada orang tuanya. Sebab doa anak yang tak pernah putus kepada orang tuanya. Entah itu permohonan ampun ataupun meminta kebaikan untuk orang tuanya.
“Sesungguhnya Allah mengangkat derajat seoang hamba saleh di surga, lalu ia berkata: Wahai Tuhanku, darimana aku dapatkan semua ini? Kemudian Allah menjawab: Hal itu disebabkan doa yang dipanjatkan anakmu agar kesalahanmu diampuni.” (HR. Ahmad)
Terakhir, perlu diingat dan ditanamkan dalam diri setiap orang tua pesan dari hadist berikut ini.
Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma berkata,
أدب ابنك فإنك مسؤول عنه ما ذا أدبته وما ذا علمته وهو مسؤول عن برك وطواعيته لك
“Didiklah anakmu, karena sesungguhnya engkau akan dimintai pertanggungjawaban mengenai pendidikan dan pengajaran yang telah engkau berikan kepadanya. Dan dia juga akan ditanya mengenai kebaikan dirimu kepadanya serta ketaatannya kepada dirimu.”(Tuhfah al Maudud hal. 123).
Semoga kita semua menjadi orang tua yang senantiasa menjalankan kewajibannya dan berhasil mendidik anak menjadi anak-anak yang saleh dan salehah.
Wallahu a'lam.