Ilustrasi - Image from suaramuslim.net
Harta yang kamu dapatkan, tak selalu jadi bukti cinta Allah SWT
Nyatanya banyak yang mendapatkan banyak harta tapi bukannya semakin banyak beribadah malah terjerumus dalam lubang kedosaan yang semakin dalam. Ini salah satu tanda bahwa hartamu adalah hukuman dari Allah SWT.
Perkara ini sering dikenal sebagai istidraj. Istidraj bermakna jebakan bagi umat muslim berupa kenikmatan.
Jika diartikan dari segi bahasa, istidraj diambil dari kata ‘daraja’ yang dalam bahasa Arab berarti naik dari satu tingkatan ke tingkatan berikutnya. Sedangkan secara istilah, istidraj bermakna azab berwujud kenikmatan.
Saat seorang muslim banyak melakukan maksiat dan jarang beribadah, tetapi hidupnya terus dilimpahi kenikmatan, ini adalah salah satu tanda istidraj dari Allah SWT.
Ia terjebak dalam kenikmatan hidup, padahal dia semakin lalai menunaikan ibadah dan mengingat Allah SWT.
Pengertian itu sejalan dengan pernyataan dari salah satu ulama, yakni pernyataan dari Ibnu Qayyim Al Jauziyah dalam kitabnya yang berjudul Ad Da'u wa ad-Dawa' (Terapi Penyakit Hati) mengatakan, sebagian kaum salaf berkata,
"Bila engkau melihat Allah memberikan nikmat kepadamu secara terus menerus, sedang engkau tetap melakukan maksiat maka berhati-hatilah. Sebab hal itu merupakan istidraj dari Allah. Yaitu, Dia menuruti semua kehendakmu agar kamu memasuki kemaksiatan yang engkau lakukan secara lebih mendalam."
Allah SWT juga menjelaskan bahwa Dia berkuasa untuk memberikan harta benda berlimpah kepada orang kafir selama di dunia. Tapi Dia menegaskan pula, bahwa kehidupan akhirat itu lebih baik.
Sebagaimana firman-Nya dalam Surat Az-Zukhruf ayat 33-35:
"Dan sekiranya bukan karena hendak menghindari manusia menjadi umat yang satu (dalam kekafiran), tentulah kami buatkan bagi orang-orang yang kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah loteng-loteng perak bagi rumah mereka dan (juga) tangga-tangga (perak) yang mereka menaikinya.
Dan Kami buatkan pintu-pintu (perak) untuk rumah-rumah mereka dan Kami buatkan bagi mereka dipan-dipan tempat mereka bersandar, sebagai bentuk ujian dan cobaan bagi mereka.
Dan (Kami buatkan pula) perhiasan-perhiasan (dari emas untuk mereka). Dan semuanya itu tidak lain hanyalah kesenangan kehidupan dunia, dan kehidupan akhirat itu di sisi Tuhanmu adalah bagi orang-orang yang bertakwa."
Selain itu, Allah SWT akan memberikan kesenangan bagi mereka yang melupakan peringatan-Nya, untuk kemudian ditimpakan siksa tiba-tiba. Hal ini diterangkan juga dalam Surat Al An'am ayat 44:
“Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) bagi mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa.”
Allah SWT juga peringatkan bagi orang kafir agar tak berleha-leha atas nikmat waktu yang diberikan-Nya, sebab hal itu adalah hukuman. Tertulis dalam Surat Ali Imran ayat 178:
“Dan jangan sekali-kali orang-orang kafir itu mengira bahwa tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka lebih baik baginya. Sesungguhnya tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka hanyalah agar dosa semakin bertambah, dan mereka akan mendapat azab yang menghinakan.”
Dalam Sunan Tirmidzi disebutkan sabda Rasulullah:
"Sesungguhnya Allah memberikan dunia (kekayaan) bagi orang yang Dia cintai dan kepada orang yang tidak Dia cintai. Namun, Dia tidak memberi keimanan kecuali kepada orang yang Dia cintai."
Jadi jangan merasa yakin sepenuhnya rezeki dari Allah SWT adalah sebuah nikmat dan bentuk kasih sayangnya, jika kita selalu dalam kemaksiatan. Karena bisa jadi itu adalah hukuman dari Allah SWT.
Sebagian orang Salaf berkata, "Barangkali orang yang diberi nikmat Allah tidak mengetahui bahwa itu adalah istidraj dan barangkali dia tertipu oleh pandangannya sendiri, namun ia tidak menyadarinya. Boleh jadi pula dia terlena oleh pujian orang lain, sementara ia tidak menyadarinya juga."
BACA JUGA
Salah satu tanda yang sering dijumpai ketika seseorang mendapat istidraj adalah jarang dan malas melakukan ibadah, tetapi tetap merasa bahagia dalam menjalani hidup.
Selain itu, ia juga berkecukupan dari segi materi dan hidup dengan layak. Padahal rezeki itu bisa jadi bentuk ujian dari Allah SWT, apakah dia akan terus terjerumus dalam maksiat atau berubah.
Tanda lainnya adalah dilimpahi ketenangan hidup meski selalu berbuat maksiat. Dan dia merasakan ketenangan hidup itu adalah berkah dan kenikmatan yang ia peroleh.
Padahal sebaliknya, hal itu justru menjadi hukuman bagi Allah SWT.
Berbeda halnya dengan orang beriman, ketika mereka khilaf daan berbuat maksiat barang sekali saja, sudah tak bisa tidur dan diliputi kecemasan berhari-hari.
Sakit bisa jadi nikmat dan ujian dari Allah SWT. Saat sakit, Allah SWT menguji kesabaran dan keimanan hamba-Nya, apakah ia akan meminta kesembuhan pada Allah SWT atau lainnya.
Salah satu tanda istidraj adalah seseorang jarang tertimpa penyakit. Sehingga selalu merasa sehat dan segar, dengan begitu ia akan lalai dan terlena dalam urusan mencari materi.
Tak mempedulikan lagi perkara dan bekal untuk di akhirat kelak.
Oleh sebab itu, jika kita diberi rezeki oleh Allah SWT, jangan sampai membuat kita melupakan-Nya. Justru semakin membuat kita semangat untuk beribadah kepada Allah SWT.
Bukan hanya sekedar bersyukur atas pemberian-Nya, tetapi apa yang dilakukan dengan harta tersebut. Sebab setiap harta yang kita miliki akan dipertanggungjawabkan di kehidupan akhirat kelak.