Kualitas Masker dari Terbaik hingga Terburuk dalam Mencegah Paparan Virus Corona

Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 21 Sep 2020

Ilustrasi berbagai jenis masker - Image from news.detik.com

Apa jenis masker yang kamu pakai? 

Selain vaksin, pemakaian masker yang baik dan benar adalah cara efektif untuk mencegah penularan virus corona. Yuk cek jenis masker mana yang terbaik untuk mencegah paparan virus corona.

Sebelum vaksin corona ditemukan, salah satu upaya terbaik untuk mencegah penularan Covid-19 ialah dengan menggunakan masker dan menjaga jarak. 

Selain menggunakan masker dengan benar, jenis masker juga memengaruhi efektivitasnya guna melindungi dari virus corona. 

Cara mudah untuk mengukur kualitas masker adalah dengan meniup lilin atau korek api saat sedabf memakainya. Masker yang baik bisa menahan hembusan angin dari dalam, sehingga nyala api tak padam.

Sejak WHO menganjurkan pemakaian masker kain, para peneliti telah mengevaluasi dan menguji bahan terbaik untuk menyaring virus corona. 

Masker yang bagus ialah yang mampu menghalangi droplet pernapasan dari batuk atau bersin serta partikel kecil di udara yang dihasilkan saat berbicara atau bernapas. 

Jika masker digunakan dengan benar, bahan jenis tertentu bekerja lebih baik dibandingkan dengan jenis bahan lain dalam beberapa penelitian.

Masker N95 

Masker N95 - Image from kompas.com

Masker N95 merupakan pelindung paling protektif sebab mampu menutup sekitar hidung dan mulut dengan rapat. Sehingga hanya sedikit partikel virus yang bisa masuk ke dalam. 

Masker ini juga mengandung serat khusus yang mampu menyaring patogen di udara dan memiliki tingkat efektivitas hingga 95%. 

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Science Advances beberapa waktu lalu, kurang dari 0,1 persen tetesan ditularkan saat seseorang berbicara dengan menggunakan masker N95. 

Namun karena jumlahnya yang terbatas dan efektivitas yang tinggi, masker jenis ini sebaiknya digunakan untuk petugas medis saja. 

Masker bedah 

Masker bedah - Image from health.grid.id

Jika dibandingkan dengan masker kain, masker bedah tiga kali lebih bagus untuk menghambat penularan. 

Hasil tersebut berpijak pada studi yang diterbitkan pada 2013 silam di National Center for Biotechnology Information. 

Dalam studi tersebut, dua puluh sukarelawan yang sehat diuji dengan memakai masker dari kain katun. 

Jumlah mikroorganisme yang diisolasi dari batuk relawan sehat dengan memakai masker buatan sendiri, masker bedah, atau tanpa masker dibandingkan dengan berbagai teknik pengambilan sampel udara. 

Hasilnya, masker bedah mampu mengurangi jumlah mikroorganisme yang dikeluarkan oleh relawan. 

Untuk itu, peneliti menyarankan agar masker buatan sendiri dijadikan sebagai cara terakhir untuk mencegah paparan virus corona. 

Masker hibrida 


Penelitian lain menunjukkan adamasker buatan sendiri yang kualitasnya mirip dengan masker N95 atau masker bedah. 

Dipublikasikan dalam jurnal American Chemical Society (ACS), sebuah studi dilakukan untuk mengukur tingkat efektifitas beberapa kain. Termasuk katun, sutra, flanel, berbahan sintetis, dan kombinasinya. 

Meski efektivitas penyaringan berbagai kain ketika satu lapisan berkisar antara 5 sampai 80 persen untuk partikel berukuran >300 nm dan 5 sampai 95 persen untuk partiker <300 nm, tapi tingkat efektivitasnya meningkat ketika digunakan beberapa lapis. 

Atau bisa efektif juga dengan menggunakan kombinasi kain yang berbeda.

Efektivitas penyaringan dari hibrida (seperti kapas-sutra, kapas-sifon, kapas-flanel) adalah lebih dari 80 persen untuk partikel <300 nm dan lebih dari 90 persen untuk partikel >300 nm.

Masker Kain 

Masker kain - Image from kompas.com

Dengan penampilan masker kain yang beragam, masker kain yang terbuat dari kantong penyedot debu bisa menjadi alternatif yang efektif guna mengurangi risiko infeksi. 

Tingkat efektivitas kantong penyedot debu diikuti oleh masker yang terbuat dari handuk, teh, sarung bantal, sutra, dan kaus katun. 

Namun, efektivitas penggunaan masker kain akan terbukti ketika terdiri dari 2-3 lapisan, sebagaimana hasil studi yang diterbitkan jurnal Medrix. 

Scarf atau Bandana 

masker scarf - Image from beautified.co.id

Dikutip dari Business Insider, 6 September 2020, scarf atau bandana memiliki kinerja terburuk dalam menghalangi paparan virus corona. 

Dalam sebuah studi, scarf hanya mampu mengurangi risiko infeksi sebesar 44 persen setelah mereka berbagi kamar dengan orang yang terinfeksi hanya dalam kurun waktu 30 detik. 

Bahkan, setelah 20 menit, scarf hanya mampu mengurangi risiko infeksi sebesar 24 persen. 

Jika melihat kondisi sekitar, masker kain adalah masker yang populer dan banyak digunakan masyarakat. Selain lebih hemat, murah, masker kain juga lebih praktis. 

Boleh-boleh saja menggunakan masker kain, tapi usahakan untuk memilih masker kain yang lapisannya ada 2-3 ya. Sebab masker jenis ini lebih efektif dalam mencegah paparan virus corona. 

viral minggu ini

BAGIKAN !

Jika kontent kami bermanfaat