Ilustrasi orang zalim - Image from pinterest.com
Jangan membalas orang yang zalim
Nabi Muhammad SAW mengajarkan untuk berbuat baik pada semua orang, termasuk orang yang menzalimi kita. Suatu ketika Abu Bakar pernah ingin membalas orang yang zalim, lalu wahyu Allah SWT turun untuk menegur hal itu.
Dalam hidup, setiap saat kita dihadapkan dengan sifat orang yang berbeda-beda. Ada yang baik, tapi adakalanya jahat dan berperilaku buruk terhadap kita.
Lantas bagaimana sikap yang tepat saat menghadapi orang yang menzalimi kita?
Islam mengajarkan agar orang yang dizalimi dianjurkan untuk bersabar meskipun sesungguhnya diperbolehkan bagi seseorang untuk mengucapkan hal yang buruk.
Allah SWT dalam Alquran Surah An-Nisa ayat 148 berfirman:
“Allah tidak menyukai perkataan buruk (yang diucapkan) secara terus terang kecuali oleh orang yang dizalimi. Dan Allah Mahamendengar, Mahamengetahui,”
Dalam kitab Muhkhtashar Tafsir Ibnu Katsir karya Syekh Ahmad Syakir dijelaskan, berkata buruk saat dizalimi memang diperbolehkan oleh Allah SWT.
Namun alangkah mulianya jika seorang hamba memilih bersabar dan memaafkan orang yang menzaliminya.
Imam Hasan Al-Bashri bahkan menyebutkan larangan bagi seseorang untuk mendoakan keburukan atas orang yang telah menzaliminya.
Justru seharusnya, ia bisa mengucapkan doa agar Allah membantu orang yang zalim tersebut agar keluar dari jerat perilakunya.
Abu Dawud pernah meriwayatkan hadits dari Aisyah yang bercerita ia pernah kehilangan sesuatu karena dicuri orang. Lalu Aisyah pun mendoakan keburukan kepada si pencuri itu. Mendengar itu maka Nabi Muhammad SAW bersabda: “Janganlah kamu peringan (doa kamu itu) darinya,”
Nabi Muhammad SAW selalu menekankan pada umatnya untuk berbuat baik, sekalipun kepada orang yang telah melakukan hal buruk dan zalim kepada kita.
Hal ini bahkan dibuktikan dengan akhlak Muhammad SAW dengan selalu membalas perbuatan buruk orang lain terhadapnya dengan perilaku kasih sayang.
Seperti halnya beliau berbuat baik kepada orang-orang yang menghina, mencaci bahkan melemparinya dengan kotoran.
Nabi Muhammad SAW dengan penuh kasih sayang menjenguk orang yang pernah menzaliminya tersebut. Hingga membuat orang tersebut malu dengan betapa mulianya akhlak Nabi.
Ganjaran untuk yang Berbuat Baik
Selain itu, Nabi Muhammad SAW pernah mengungkapkan hadiah dan ganjaran bagi orang yang tetap berbuat baik dan tidak memiliki keinginan untuk menzholimi orang lain.
Berikut adalah hadist yang menjelaskan tentang hal tersebut:
"Barang siapa bangun pagi dengan maksud untuk tidak berbuat zhalim (Aniaya)kepada seseorang maka perbutan dosa yang dilakukan akan diampuni (oleh Allah). Dan barang siapa bangun dipagi hari berniat untuk menolong orang yang terzholimi, memenuhi kebutuhan orang muslim maka dia akan mndapatkan pahala seperti haji mabrur.” (Nashaihul Ibad, hal 21)
Selain itu dalam Al Quran, Allah SWT juga menjelaskan banyak sekali ayat-ayat yang mengungkapkan ganjaran orang-orang yang berbuat baik, seperti halnya:
"Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik". QS. Al-Baqarah: 195
"Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)". QS. Ar-Rahman: 60
"Barangsiapa yang berbuat kebaikan (sebesar biji dzarrah), niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang berbuat kejahatan (sebesar biji dzarrah), niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula" . QS. Az-Zalzalah: 7-8
Suatu ketika Aisyah pernah difitnah oleh seseorang bahwa dirinya pernah berzina dengan lelaki lain. Di mana saat itu, ia sudah menjadi istri dari Nabi Muhammad SAW.
Hingga saat itu ia dikisahkan mendapatkan perlakuan yang berbeda dari Rasulullah SAW dan orang di sekelilingnya yang mulai curiga dan termakan dengan fitnahan tersebut.
Lalu Allah SWT menurunkan suatu ayat yang membebaskan Aisyah daari segala tuduhan keji tersebut.
“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu (juga). Janganlah kamu mengira berita itu buruk bagi kamu, bahkan itu baik bagi kamu ....” (QS 24: 11).
Abu Bakar RA sebagai ayah dari Aisyah merasa sangat marah dan bersumpah untuk tidak lagi menolong Misthah.
Diketahui Misthah adalah kerabat yang selama ini ditanggung hidupnya, tapi turut menyebarkan fitnah keji terhadao Aisyah.
Lalu Allah SWT memberikan teguran atas sikap Abu Bakar RA, dan memerintahkan untuk berlapang dada dan memaafkan orang lain.
Serta melarang sikap Abu Bakar yang bersumpah untuk tak pernah memberikan bantuan lagi pada kerabatnya.
“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kerabat(nya), orang-orang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada ....” (QS 24: 22).
Masyallah, semoga kita bisa meneladani akhlak mulia Rasulullah SAW dan juga menjadi orang-orang yang pemaaf dan berlapang dada atas kesalahan orang lain.
Semoga kita selalu diliputi dengan kedamaian hati dan dikumpulkan dengan orang-orang yang shaleh.