Ilustrasi Rasulullah SAW - Image from ringtimesbanyuwangi.pikiran-rakyat.com
Cinta Rasulullah pada umatnya melebihi cinta ibu pada anaknya
Andaikata saat itu Rasulullah mengikuti perkataan sahabat, maka sudah pasti pemuda itu akan menjadi calon penghuni neraka. Berkat cintanya Rasulullah yang amat besar pada umatnya, pemuda itu menjadi penduduk surga.
Dari Miqdad Bin Amar ra, ia berkata, “Pernah dalam suatu peperangan, aku menawan Hakam bin Kaisan. Lalu Amir kami berniat akan memotong lehernya, tetapi aku berkata,
“Biarkanlah dulu, kami akan membawanya ke hadapan Rasulullah SAW!”
Saat kami membawanya kehadapan Rasulullah SAW, beliau mengajaknya untuk masuk Islam, tetapi dia hanya terdiam saja.
Melihat hal ini, Umar ra seketika berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang Engkau harapkan darinya? Demi Allah, sekali-kali dia tidak akan masuk Islam. Izinkanlah aku memotong lehernya supaya ia bisa langsung masuk neraka!”
Namun Nabi SAW, dengan pandangan beliau yang jauh menembus waktu dan tempat, mengabaikan apa yang disampaikan Umar.
Dengan sabar beliau menjelaskan tentang Islam, dan akhirnya Hakam atas izin Allah SWT mau masuk Islam.
Maka Rasulullah kemudian bersabda, “Kalau saja aku memenuhi keinginan kalian beberapa saat yang lalu, tentu ia masuk neraka!”
Bukti Cinta Rasulullah pada Umatnya
Kisah ini menjadi bukti kecintaan Rasulullah SAW terhadap umatnya. Bahkan cintanya, jauh lebih besar daripada kecintaan seorang ibu terhadap anak kandungnya sendiri.
Hari demi hari, Hakam pun selalu memperbaiki keislamannya, sehingga akhirnya ia menjadi salah satu sahabat yang hafal Al Qur’an.
Waktu pun berlalu, suatu ketika datang seseorang bernama Abu Bara’ Amir bin Malik ke Madinah, Nabi SAW menyerunya untuk masuk Islam tapi dirinya menolak.
Meski begitu, dia menyarankan Nabi SAW mengirim rombongan dakwah ke daerah Najd untuk menyeru kepada Islam.
Namun, Nabi SAW khawatir akan keselamatan mereka karena daerah tersebut memang masih sangat rawan kejahatan.
Tetapi Abu Bara’ meyakinkan beliau, dan dengan segala pengaruhnya di sana, ia akan menjamin keselamatan rombongan dakwah yang diutus oleh Nabi.
Kisah Syahid Hakam bin Kaisan
Karena itu Nabi Muhammad SAW mengirim tujuh puluh orang sahabat pilihan penghafal Qur’an dipimpin oleh Mundzir bin Amr, dan salah satunya adalah Hakam bin Kaisan.
Seorang tawanan peran yang menjadi mualaf dan menghafal Al Quran. Rombongan ini kemudian dikhianati dan dibantai oleh Amir bin Thufail dan sekutunya di Bi’r Ma’unah tanpa tersisa, termasuk Hakam bin Kaisan.
Hanya satu orang yang selamat yaitu Ka’ab bin Zaid bin An Najjar, yang pura-pura mati meski sudah terluka terkena tombak.
Dari kisah ini kita mengetahui betapa beruntungnya nasib Hakam bin Kaisan, dari calon penduduk neraka karena melawan Nabi SAW di Perang Badar, kemudian menjadi penduduk surga karena mati syahid.
Selain itu, kisah ini juga menjadi pesan untuk kita semua agar tak mudah menghakimi seseorang sebagai penghuni neraka, pasalnya kita tak tahu betul bagaimana takdir Allah di masa depan.
Bisa jadi, sama halnya dengan Hakam bin Kaisan, Allah SWT memberikan hidayah untuknya sehingga masuk Islam dan memperbaiki perilakunya.
Sehingga ia layak untuk menjadi penduduk surga. Semoga dengan kisah ini bisa mengingatkan kita, bahwa urusan akhirat orang lain bukanlah kita yang menentukan.
Alangkah baiknya untuk fokus pada amalan diri sendiri dan melakukan amar ma'ruf nahi mungkar. Mudah-mudahan Allah SWT memberikan rahmat kepada kita agar bisa masuk dalam surga-Nya.