Umar bin Khattab murka - Image from kalam.sindonews.com
Umar bahkan hendak menghajar orang yang menawarkan harta padanya
Umar adalah sosok pemimpin yang tegas dan berani. Meski begitu, beliau juga menjadi sosok pemimpin yang lembut pada umat Islam dan mereka yang beriman kepada Allah SWT. Inilah reaksinya tatkala ada yang mengusulkan tunjangannya dinaikkan.
Umar bin Khattab adalah sosok Khaliah kedua setelah Abu Bakar. Diketahui, Umar bin Khattab memimpin selama 10 tahun, dari 634-644 M.
Umar bin Khattab dikenal sebagai sosok yang tegas, pemberani dan juga sederhana. Banyak sekali kisah-kisah yang menunjukkan akhlak mulia beliau, utamanya setelah memeluk agama Islam.
Selain kisah setan yang takut kepada Umar bin Khattab, banyak kisah lain yang menunjukkan begitu kuatnya keimanan dan ketaqwaan beliau.
Bahkan saat ia ditawari oleh godaan harta dan tahta, ia menolak dengan keras bahkan sampai menunjukkan kemurkaannya pada sang pengusul.
Masa pemerintahan Umar bin Khattab dikenal sebagai masa-masa keyayaan Islam. Dimana wilayah kekuasaan Islam semakin luas dan pemerintahan Islam yang lebih teratur dan solid.
Bahkan di tangan Umar, Islam bisa menguasai raksasa Persia dan juga Byzantium (Romawi Timur)
Umar bin Khattab Sosok Pemimpin Sederhana
Meski sudah menjadi pemimpin atau khalifah saat itu, Umar bin Khattab tetap saja hidup sederhana. Padahal di masa itu, sangat wajar jika seseorang pemimpin hidup dengan cukup atau layak karena kontribusinya yang besar kepada masyarakat.
Umar kerap kali berpenampilan sederhana meskipun ia menjabat sebagai khalifah. Bahkan warga Yerusalem sempat tertipu dengan penampilannya.
Pada tahun 637 Masehi, saat pasukan Muslim berhasil menaklukkan Baitul Maqdis, Umar bin Khattab diundang ke Yerusalem. Umar berangkat ke Yerusalem hanya ditemani oleh seorang pembantunya.
Mereka berdua mengendarai seekor unta secara berganti-gantian. Ketika tiba di Yerussalem, Umar dapat jatah memegang tali unta, sementara sang pembantu naik di punggung Unta.
Sang pembantu sempat menolak, tapi Umar berkeras ingin bersikap adil karena saat itu memang giliran pembantunya naik di punggung unta.
Melihat kedatangan Umar dan pembantunya, Warga Yerusalem pun mengira bahwa yang berada di atas unta tersebut adalah Khalifah Umar bin Khattab, sementara laki-laki berbaju tambalan yang menarik unta tersebut adalah pembantu.
Padahal justru laki-laki berbaju tambalan yang sederhana dan menarik tali unta itulah Khalifah Umar bin Khattab.
Murka Saat Ditawari Harta
Suatu ketika, Khalifah Umar bin Khattab didatangi oleh Ummul Mukminin Siti Aisyah dan Siti Hafsah untuk mengunjungi Umar Ibnu Khattab. Keduanya mengusulkan agar tunjangannya sebagai khalifah dinaikkan.
Sebelumnya, usulan itu memang sudah dibicarakan dengan beberapa sahabat Rasulullah SAW mengenai kenaikan harga berbagai barang kebutuhan rakyat saat itu.
Oleh sebab itu, mereka merasa perlu penyesuaian berbagai tunjangan bagi pejabat negara termasuk Khalifah Umar Ibnu Khattab.
Sahabat yang turut mendukung usulan tersebut, diantaranya adalah Usman Ibnu Affan, Ali Bin Abi Thalib, Thalhah dan Zubair.
Namun mereka tidak berani megatakannya langsung kepada Umar karena takut dimarahi, oleh sebab itu meminta bantuan Aisyah.
Awalnya, Siti Hafsah yang juga anak dari Khalifah Umar bin Khattab itu membuka percakapan, “Bagaimana pendapatmu jika ada orang-orang yang mengusulkan penambahan tunjangan bagi Amirul Mukminin Umar Ibnu Khattab?” ujarnya lembut.
Saat Siti Hafsah mengungkapkan usulan itu, segera Umar murka seraya berkata kepada Siti Hafsah dan juga Siti Aisyah yang berada dihadapannya.
Khalifah Umar Bin Khattab kemudian bertanya kepada Siti Hafsah "Siapa yang mengajari kamu untuk menanyakan usul ini?” tegas Umar.
Siti Hafsah kemudian menjawab, “Saya tidak akan memberitahukannya sebelum aku mengetahui pendapatmu terkait usulan tadi.”
Khalifah Umar Bin Khattab kemudian berkata, "Demi Allah, seandainya aku tahu orang yang mengajukan usul tadi maka aku akan hajar mukanya.”
Kemudian, Khalifah Umar Ibnu Khattab RA bertanya kepada Siti Hafsah-Siti Aisah, "Demi Allah, dimasa Rasulullah SAW masih hidup, bagaimana pakaian yang dimilikinya?
Kemudian Hafsah menjawab, "Di rumahnya beliau hanya mempunyai dua pakaian, yang satu dipakai untuk menghadapi tamu-tamu dan yang kedua dipakai untuk sehari-hari.”
Selanjutnya Umar bertanya lagi kepada keduanya, "Bagaimana makanan yang di miliki oleh Rasulullah SAW?"
Kedua Ummul Mukminin menjawab, "Beliau selalu makan roti kasar dengan minyak samin”
Tak berhenti disitu, Umar kembali bertanya, “Adakah Rasulullah SAW memiliki kasur dirumahnya?"
Siti Hafsah menjawab, "Tidak, beliau hanya memiliki selimut tebal yang dipakai untuk alas tidur dimusim panas. Dan jika dimusim dingin separuhnya untuk selimut dan separuhnya lagi bagi alas tidur.”
Kata Umar bin Khattab lagi, "Wahai Ummul Mukminin, katakan kepada mereka dari aku, bahwa Rasulullah SAW selalu hidup sederhana dan selebihnya beliau bagikan kepada mereka yang berhak dan akupun akan mengikuti jejak beliau.”
Masyallah, sungguh Umar bin Khattab adalah sosok yang harus diteladani oleh setiap pemimpin. Kecerdasan dan kebijaksanannya mampu membawa Islam bisa menguasai banyak wilayah.
Sementara itu keimanan dan kesederhanannya mampu membawa dirinya tetap berada di jalan yang lurus dan tak terjerumus dengan nikmat duniawi yang sesaat.
Inilah sosok pemimpin yang dirindukan Umat Islam saat ini, mereka yang memperjuangkan rakyat diatas kepentingan pribadinya.
Bahkan sangat takut jika mengambil keuntungan atas jabatan yang diembannya. Semoga akhlak ini bisaa kita tiru dan terapkan dimanapun karir atau apapun jabatan yang kita dapatkan.