3 Siswa Keroyok Guru Lempari Kursi dan Batu, Hanya Karena Masalah Sepele

Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 06 Mar 2020

3 Siswa Keroyok Guru Lempari Kursi dan Batu, Hanya Karena Masalah Sepele

Prihatin dengan pendidikan Indonesia saat ini. 

Sebanyak 3 siswa keroyok guru hingga lempari kursi dan batu hanya karena masalah sepele. Guru mengalami luka bengkak, sakit di punggung dan sakit di bagian dada. Kejadian ini menjadi satu dari deretan kasus yang mencoreng pendidikan Indonesia. Semakin menguatkan bahwa pendidikan karakter harus segera diupayakan!

Guru di SMA Negeri di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), YM (45), melaporkan tiga orang muridnya atas tindakan penganiayaan yang menimpa dirinya ke polisi. 

Laporan tersebut terdaftar di Kepolisian Sektor Fatuleu, dengan nomor LP/ B/17/ III/2020.Sek Fatuleu

Pejabat Humas Polres Kupang, Aipda Randy Hidayat menyampaikan, pihaknya telah mengamankan 3 murid yang melakukan pengeroyokan tersebut, ketiganya berinisial CYT (19), YCVPH (17), dan OK (19).

Setelah laporan tersebut, ketiga pelaku telah menjalani pemeriksaan di Polsek Fatuleu. "Para pelaku saat ini masih menjalani pemeriksaan intensif di Mapolsek Fatuleu," kata Randy, Rabu (4/3/2020).

Baca juga : 

Motif yang Melatarbelakangi Aksi Pengeroyokan 

Randy menambahkan, ketiga siswa mengaku menganiaya gurunya, karena tidak senang jika ditegur saat belum mengisi daftar hadir.

Setelah menerima laporan dari YM, polisi menangkap ketiga pelaku pada Selasa (3/3/2020). "Tiga orang pelajar SMA ini diamankan Selasa kemarin."

"Tiga pelajar ini yakni berinisial TS dan rekannya," jelas Randy, dikutip dari Kompas.com, Rabu.

Kronologi Terjadinya Pengeroyokan 

Penganiayaan tersebut bermula tepat setelah YM menanyakan perihal kehadiran ujian semester pada murid-muridnya.

"Guru ini dianiaya karena menanyakan daftar hadir kepada para pelaku dan murid yang lain," ungkap Randy.

Pada saat itu, tiga pelaku belum mengisi daftar hadir, kemudian diingatkan oleh YM. Tak terima dengan teguran tersebut, ketiga pelaku lalu marah dan memukul YM hingga terjatuh.

Bahkan parahnya, mereka juga tega menginjak gurunya sendiri. Tidak berhenti disitu saja, ketiga siswa tersebut juga melempar YM dengan kursi dan batu.

"Saat guru tersebut jatuh, para pelaku lalu menginjak kepala sang guru dan melempar dengan kursi dan batu," kata Randy.

Korban Mengalami Luka Parah

Kasat Reskrim, IPTU Simson L Amalo menyampaikan, korban saat itu menjadi guru pengawas ujian semester mata pelajaran matematika.

Saat menjalankan tugasnya tersebut, korban melihat daftar hadir pada urutan nomor 20 belum terisi nama siswa serta tanda tangan. Kemudian korban menanyakan kepada muridnya, namun tidak ada yang mengaku belum menandatanganinya.

Kemudian FS menuding temannya, disusul korban mendekat dan memukul kepala FS. Tak terima kepala temannya dipukul, CYT maju ke depan ruangan kelas dan langsung memukul papan informasi.

Kemudian korban mendekat dan menempeleng CYT sebanyak dua kali. Lalu ketiga pelaku mengeroyok YM, dengan memukul dan melemparinya dengan batu dan kursi.

Pelaku OB memukul punggung korban sekali dengan tangan kirinya. Karena kejadian tersebut, korban mengalami luka bengkak pada pergelangan tangan kirinya. Selain itu, YM juga merasa sakit pada dada dan punggungnya.

"Tindakan yang di ambil, polisi setelah menerima laporan langsung mendatangi TKP, membuat laporan dan menangkap para tersangka dan kini sudah diamankan polisi," jelas Simson.

Hal ini Menguatkan Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia 

Kejadian ini menjadi catatan negatif setelah rentetan kejadian yang menghiasi proses pendidikan Indonesia. 

Belum lama beredar kabar mengenai kejadian bullying yang menimpa siswa, bunuh diri pelajar, siswa aniaya guru bahkan ada yang hingga tewas, kekerasan dalam OSPEK, dan banyak lagi lainnya. 

Kejadian tersebut hanya segelintir permasalahan yang mencuat di publik. Belum lagi berbagai kejadian yang ditutupi atau diselesaikan dengan jalan damai, sehingga tidak terekspos oleh media. 

Selain itu, banyak juga kejadian remeh yang jauh dari kata beradab, memarahi dan bersikap tidak sopan kepada guru. 

Sebenarnya berbagai kejadian ini sudah cukup untuk jadi bukti kuat bahwa pendidikan karakter harus segera diupayakan dengan sungguh-sungguh. Pendidikan karakter tidak lagi menjadi sebuah alternatif pilihan, melainkan sebuah keharusan agar segera terlaksana di Indonesia. 

Hal ini untuk menghindari kejadian tidak beradab lainnya yang jelas-jelas akan mencoreng pendidikan Indonesia. 

Terkait pendidikan karakter, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makariem sebelumnya pernah menyebut pendidikan karakter merupakan prioritas pemerintah saat ini.

Menurut Nadiem, derasnya arus informasi di zaman teknologi seperti saat ini bisa membuat orang kehilangan arah akibat percaya dengan informasi yang tidak benar atau biasa dikenal dengan hoax.

"Pertama, yang terpenting itu pendidikan karakter. Sekarang yang sedang terjadi dengan besarnya peran teknologi, kalau pemuda tidak punya karakter, integritas, analisa informasi dengan kuat, maka akan tergerus dengan berbagai macam informasi yang tidak benar," terang dia, dalam rapat dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Rabu (6/11/2019).

Oleh karena itu, salah satu prioritas fokusnya adalah pendidikan karakter. Pendidikan karakter, ada yang sifatnya kognitif dan ada yang sifatnya akhlak.

"Hampir semua perusahaan besar di Indonesia, komplain mengenai ketiadaan profesionalisme pada pemuda kita. Ini banyak sekali yang saya dengar," tambah dia.

Profesionalisme yang dimaksud yakni karakter, seperti menghormati atasan, waktu, rekan kerja serta memperbaiki diri. Nadiem menyadari bahwa akhlak akan sangat berdampak pada ekonomi Indonesia.

Masalah lainnya terkait pendidikan karakter adalah intoleransi. Saat ini, Nadiem menyadari mulai bermunculan tren politik identitas dan juga kekurangan intoleransi dalam berbagai instansi. 

"Ini terjadi karena tidak adanya kebersamaan identitas, identitas yang bersifat nasional dan juga saling mengerti, kasih sayang sesama suku bangsa dan agama," tambahnya. 

Nadiem akan memasukkan pendidikan karakter itu ke dalam konteks kehidupan bermasyarakat. Menurutnya pendidikan karakter tidak cukup hanya dimasukkan ke dalam kurikulum ataupun baca buku saja.

"Kita tidak mungkin belajar nilai-nilai, kalau tidak dilakukan melalui kegiatan pendidikan karakter tersebut. Selain itu pendidikan karakter harus melibatkan keluarga dan masyarakat. Jadi salah satu yang akan saya canangkan adalah bagaimana pendidikan karakter langsung ada masyarakat dan konten-konten kekinian, agar masyarakat tahu apa itu moralitas, masyarakat sipil, akhlak melalui contoh nyata bukan filosofi," tutup Nadiem.

Mendikbud berujar esensi dari pendidikan karakter adalah moralitas universal, atau dalam istilah agama disebut akhlak.

"Apa itu moralitas? Moralitas adalah prinsip-prinsip dasar hidup, prinsip-prinsip dasar cara berinteraksi dengan sesama manusia, prinsip dasar cara berinteraksi antar organisasi atau institusi," ujarnya.

Menurut Nadiem, Pancasila menjadi salah satu kerangka untuk pendidikan karakter. Namun, ia menyayangkan karena sela ini Pancasila hanya dipelajari dan dihafal butir-butirnya saja.

"Pointnya itu sangat jelas apa esensi, nilai, dan prinsip hidup berdasarkan lima sila tersebut. Kita mengerti apa yang kita inginkan dari pendidikan karakter, tapi metode penyampaiannya tidak link and match," ujarnya.

Nadiem mengungkapkan analogi terbaik dalam melakukan pendidikan karakter adalah melihat cara seseorang mendidik anak kecil, sebab menurutnya anak kecil tidak bisa dibohongi.

"Kalau anak itu tidak mengerti sesuatu, dia pasti akan bilang tidak ngerti, dia akan menunjukkannya dan dia tidak berubah. Jadi kita sebagai orang dewasa kalau ingin mengajarkan pendidikan karakter, kalau tidak dengan teknik yang efektif maka itu tidak akan mempan, tidak akan diserap," lanjutnya.

Nadiem menyebutkan dua hal yang bisa diajarkan pada anak tentang pendidikan karakter adalah pertama menunjukkan bagaimana perilaku dari prinsip tersebut dan kedua memberikan pelajaran bahwa setiap perilaku akan ada sebab akibatnya.

"Karena kita enggak mungkin menyuruh dia untuk baca buku tentang moral, karakter atau velue. Jadi kita tunjukkan langsung bagaimana cara untuk berperilaku, jika salah ya minta maaf dan sebagainya. Dan juga memberikan reward and punishment. Kalau dia berperilaku baik kita kasih permen. Kalau perilakunya tidak menunjukkan itu ya kita kasih pengertian," ujarnya.

SHARE ARTIKEL