5 Kesalahan Italia dalam Tangani Corona, 7000 Orang Meninggal

Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 26 Mar 2020

5 Kesalahan Italia dalam Tangani Corona, 7000 Orang Meninggal

Belajar dari kesalahan Italia - Image from pontianak.tribunnews.com

Belajar dari kesalahan Italia

Tingkat kematian yang lebih tinggi 2x lipat daripada China

Jangan sampai kita seperti ini

Ada beberapa kesalahan yang dilakukan pemerintah maupun warganya yang menyebabkan kasus terus meningkat secara signifikan. Bahkan melebihi China sebagai negara asal mula corona

Meskipun Italia telah melakukan lockdown sejak dua pekan lalu yakni tepatnya 12 Maret lalu, temuan kasus dan kematian akibat virus corona Covid-19 di Italia masih tinggi. 

Bahkan jumlah kematian Italia saat ini telah melebihi China, wilayah dimulainya wabah corona. 

Jumlah kematian Italia bahkan 2 kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan China. Per 26 Maret 2020, ini China mencatatkan 3.287 kematian, sedangkan Italia sebanyak 7.503kematian. 

Hal ini sungguh menjadi rapor merah bagi Italia dalam penanganan wabah Covid-19 ini. 

Baca juga : Viral, Bayi Baru Lahir Sebut Telur Rebus Bisa Cegah Corona, Hoax?

Dalam penanganan wabah corona di Italia, China sampai menerjunkan bantuan medis dari Tim Palang Merah China. 

Pada Kamis (19/3/2020), tim Palang Merah China menggelar konferensi pers dan mengaku kewalahan dengan kondisi mereka alami di Italia. 

Tim Palang Merah China mengkritik bahwa Italia telah gagal melakukan lockdown di tingkat nasional. 

Salah satu faktor kegagalannya adalah warga Italia susah untuk melakukan karantina diri, terutama di wilayah Milan dan Cordoba.

Berikut adalah kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh Italia yang bisa dijadikan pelajaran, termasuk oleh Indonesia : 

1. Warga Masih Bisa Keluar R

Seorang perempuan warga Indonesia yang tinggal di Italia menceritakan kondisi Italia selama diberlakuannya lockdown. 

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan dr Adhiatma Gunawan, perempuan bernama July Veronica mengungkapkan bahwa meski pemerintah menerapkan lockdown, beberapa warga masih bisa keluar rumah dengan santainya. 

"Kita sudah lockdown hari kesebelas. Kami keluar ke pasar atau sekadar mengajak anjing keluar jalan-jalan," kata July. 

July yang tinggal di Kota Florence mengaku ke pasar sekitar 2 sampai 3 kali dalam seminggu. Ia juga menyampaikan meski semua toko telah ditutup, namun apotek dan supermarket masih buka.

2. Peraturan yang Longgar

Meski pemerintah Italia telah mengambil langkah berani dengan melakukan lockdown terhadap negaranya, namun ternyata langkah ini tidak dilakukan dengan optimal. 

Ketua Pelaksana Tim Palang Merah China yang turut membantu mengatasi pandemi corona di Italia, Sun Shuepeng mengaku aturan lockdown masih sangat longgar di negara tersebut. 

"Saat ini kami menemukan banyak maslah di Italia. Kalian punya banyak kelonggaran dalam melakukan lockdown," jelasnya dalam konfrensi pers yang digelar, Kamis (19/3/2020). 

Menurut laporan TIME, meski Italia telah menetapkan pemberian denda bagi warga lokal yang melakukan perjalanan ke Italia, orang asing masih dapat melakukan perjalanan ke Italia dengan mengurus surat izin. 

Selain itu beberapa pakar kesehatan masyarakat dan penyakit menular juga mengkhawatirkan efektivitas lockdown yang dilakukan Italia. 

"Langkah-langkah ini mungkin akan berdampak jangka pendek," kata John Edmunds, seorang profesor di London School of Hygiene of Tropical Medicine. 

Ia melanjutkan, langkah tersebut kemungkinan tidak akan bisa bertahan lama. Sementara itu, Perdana Menteri Italia, Giuseppe Conte mengaku khawatir jika tindakan ini tidak memberikan hasil yang diharapkan oleh pemerintah. 

Menurut laporan The Independent, para pejabat juga menjelaskan bahwa warga masih diizinkan keluar rumah untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti mengirim makanan pada keluarga dan berbelanja kebutuhan pokok di supermarket. 

Warga juga diperbolehkan keluar untuk olahraga dan mengajak anjing mereka jalan-jalan. Namun dengan catatan harus membawa formulir perizinan keluar rumah dan tetap menjaga jarak dengan orang lain, kira-kira 1-2 meter.

Baca juga: 5 Hal yang Wajib Diketahui Soal Infeksi Virus Corona Tanpa Gejala

3. Rendahnya Anggaran untuk Layanan Kesehatan

Meski pemerintah Italia telah memberikan pelayanan kesehatan gratis untuk kasus Covid-19, namun ternyata pelayanan ini tak disertai dengan perhitungan anggaran yang matang. 

Meringkas dari TIME, Layanan kesehatan nasional Italia, Servizio Santario Nazionale (SSN), menyediakan perawatan gratis untuk pasien, namun ternyata mereka mengalami kekurangan dana.

Investasi untuk layanan kesehatan publik hanya mencapai 6,8% dari produk domestik bruto negara Italia. 

"Pemotongan terus menerus untuk perawatan dan penelitian ini jelas merupakan masalah saat ini," kata Lorenzo Casani, direktur kesehatan sebuah klinik di Lombardy, Italia. 

Jumlah kasus virus corona yang terus meningkat signifikan ini membuat kementerian kesehatan Italia harus menambah jumlah kasur rumah sakit. 

"Saat ini di Lombardy, kami tidak memiliki tempat tidur gratis di unit perawatan intensif," kata Casani.

Selain itu dia juga mengungkapkan, bahwa dokter bahkan harus membuat pilihan yang mengerikan, seperti memutuskan siapa yang akan bertahan hidup danyang tidak. Dan juga siapa yang akan mendapat monitor, respirator, serta perawatan serta yang tidak. 

Sehingga putusan hidup dan mati pasien ada di tangan tenaga medis. Tak jarang tenaga medis dibuat tertekan karena hal ini.

Bahkan ada peraturan untuk membiarkan orang lanjut usia diatas 80 tahun meninggal, karena memprioritaskan pada potensi hidup yang lebih besar dan efisiensi biaya.

4. Transportasi Masih Beroperasi

Meski telah menghentikan seluruh alat transportasi publik, namun pemerintah menyisakan beberapa kendaraan umum untuk tetap beroperasi. 

Warga juga diperbolehkan melakukan perjalanan keluarga dengan menunjukkan izin tertulis dari pihak kepolisian. 

Melansir dari Times of Israel, bandara utama Fiumicino Roma masih membuka layanan ke sejumlah tujuan negara di Eropa dan tujuan domestik di wilayah Italia. Penerbangan lokal juga masih ada.

5. Banyak Warga yang Meremehkan Corona dan tidak Taat Aturan 

Pada mulanya warga terlihat santai dan tidak peduli dengan corona. Bahkan menyatakan "Oh santai aja, kan cuma flu ini! Aku enggak berusia 75 tahun ke atas, aman lah! Semua orang lebay! Apa banget borong hand sanitizer dan masker! Biasa aja kali!"

Bahkan ketika negara melaporkan zona merah serta karantina total, orang-orang di zona merah justru kabur dan pulang ke rumah mereka di berbagai wilayah Italia. 

Alhasil, hal ini justru membuat penyebaran corona yang semakin meluas. Bahkan masih banyak orang yang terlihat nongkrong di restoran bersama dengan teman-temannya. 

Sempat pula diunggah video para walikota di Italia yang geram dan marah-marah kepada masyarakat yang bebal dan meremehkan wabah tersebut.

View this post on Instagram

Sejumlah walikota di Italia menumpahkan kemarahannya melalui sosial media kepada warga yang nakal melanggar aturan​ lockdown​, alias kuncitara hanya demi menghilangkan rasa bosan.⁣ ⁣ Dalam kompilasi video yang dibuat oleh akun @protectheflames, Minggu (22/3/2020), Massimiliano Presciutti, Wali Kota Gualdo Tadino, memarahi salah seorang warganya yang malah sedang berjoging kala Italia sedang lockdown.⁣ ⁣ Hal serupa juga diungkapkan oleh Giuseppe Falcomata, Wali Kota Reggio Calabria. Giuseppe menegur warganya yang sedang berjoging dengan anjing peliharaan saat pemerintah berupaya menekan penyebaran virus.⁣ ⁣ Giuseppe bahkan menyindir warganya dan menyebut kalau dia bukan aktor Will Smith dalam adegan di film I Am Legend.⁣ ⁣ Sementara Wali Kota Rossano Veneto, Morena Martini dan Wali Kota Lucera, Antonio Tutolo, juga menumpahkan kekesalan kepada warga yang​ ngeyel​ masih pergi ke salon.⁣ ⁣ Saking kesalnya, Antonio menyemburkan kalimat ejekan seperti: “Kalau meninggal, tidak akan ada yang akan peduli hasil tatanan rambut baru di peti mati.”⁣ ⁣ Perilaku sebagian warga Italia yang tak patuh ini dikaitkan tingginya angka kematian per hari yang terjadi di Italia.⁣ ⁣ Menurut laporan Badan Perlindungan Sipil Italia seperti dilansir Al Jazeera, tercatat per Senin (23/3/2020), 602 kematian terjadi per hari. Angka ini melebihi China dalam kasus kematian per hari akibat COVID-19.⁣ ⁣ Dalam konferensi pers di Lombardia, Italia Kamis (19/3/2020), Sun Shuopeng, Direktur Eksekutif Palang Merah China, yang ikut membantu penanganan COVID-19 di Italia, juga sempat mengeluhkan kurang tegasnya langkah pemerintah Italia dalam menetapkan aturan kuncitara.⁣ ⁣ Mereka masih menemukan banyaknya risiko penyebaran penularan karena warga yang masih bisa berkeliaran di jalanan karena terbukanya akses transportasi publik dan warga yang enggan menggunakan masker.⁣ ⁣ Penulis Teks: Arisudana Mintareja ⁣ Editor Video: Riyadi Prakoso⁣ Grafis: Putri Mayzara⁣ ⁣ #dirumahaja #bergerakdari #Narasi #Narasinewsroom #VirusCorona #coronaoutbreak

A post shared by Narasi Newsroom (@narasinewsroom) on

5 Kesalahan Italia dalam Tangani Corona, 7000 Orang Meninggal

5 kesalahan Italia dalam hadapi corona - Image from wajibbaca.com

SHARE ARTIKEL