Disleksia Adalah: Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya

Penulis Isfatu Fadhilatul | Ditayangkan 09 Jan 2020

Disleksia Adalah: Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya

Ilustrasi disleksia - Image from id.pinterest.com

Disleksia Adalah: Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya Ketahui lebih lanjut mengenai disleksia, autisme, dan ADHD.

Disleksia adalah gangguan belajar yang ditandai dengan kesulitan membaca maupun mengingat. Kondisi ini disebabkan oleh adanya kelainan pada area otak kiri yang memproses kemampuan berbahasa dan mengingat. Yuk, cari tahu seputar gejala, penyebab, dan pengobatan disleksia berikut ini.

Baca Juga :
1. Deretan Makanan dan Suplemen yang Mengandung Vitamin B12
2. Tinggi Badan Ideal Bayi dan Balita, Bunda Wajib Tahu!
3. Diabetes Insipidus Adalah: Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya

Apakah Disleksia Sama Dengan Autis?

Banyak orang yang belum bisa membedakan antara disleksia dengan autisme. Pada dasarnya, autisme dan disleksia adalah dua hal yang berbeda, meskipun keduanya memang memiliki kemiripan.

Disleksia adalah penyakit gangguan dalam proses belajar yang ditandai dengan kesulitan untuk membaca, menulis, atau mengeja. 

Penderita disleksia akan mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi kata-kata yang diucapkan, dan mengubahnya menjadi huruf ataupun kalimat.

Disleksia tergolong gangguan saraf pada bagian otak yang berfungsi untuk memproses bahasa, dan bisa dijumpai pada anak-anak ataupun orang dewasa. 

Meskipun penderita disleksia mengalami kesulitan dalam belajar, namun penyakit ini tidak akan mempengaruhi tingkat kecerdasannya.

Jadi, apabila seseorang hanya terkena disleksia saja tanpa autisme, umumnya tingkat kecerdasan mereka berada di batas normal, sehingga apabila dilakukan pelatihan dan terapi yang baik, maka penderitanya dapat berprestasi dengan baik.

Anak-anak yang mengalami disleksia memiliki penglihatan dan kecerdasan yang normal, sehingga terkadang tidak disadari selama bertahun-tahun bahkan sampai dewasa.

Perlu diperhatikan pula, disleksia dan ADHD adalah dua hal yang berbeda. ADHD merupakan gangguan yang terjadi pada otak yang ditandai dengan kurangnya perhatian dan/atau hiperaktif serta impulsif yang mengganggu fungsi dan perkembangan otak anak, dan akan terus berlanjut hingga remaja dan dewasa.

Jadi ingat ya! antara autisme, disleksia ADHD adalah tiga hal yang berbeda.

Gejala Disleksia

Umumnya, sakit disleksia adalah gangguan yang dapat menimbulkan gejala yang bervariasi, tergantung pada usia dan tingkat keparahan yang dialami oleh penderitanya. Gejala disleksia bisa muncul pada anak usia 1-2 tahun atau setelah dewasa.

Pada anak balita, gejala disleksia akan sulit untuk dikenali. Namun setelah anak mencapai usia sekolah, maka gejala akan semakin terlihat, terutama saat anak belajar membaca. Adapun gejala yang muncul antara lain:

  • Perkembangan bicara anak lebih lamban dibandingkan anak-anak seusianya.
  • Kesulitan untuk memproses dan memahami apa yang didengar.
  • Kesulitan untuk menemukan kata yang tepat ketika menjawab suatu pertanyaan.
  • Kesulitan untuk mengucapkan kata yang tidak umum.
  • Kesulitan untuk mempelajari bahasa asing.
  • Kesulitan dalam mengingat sesuatu.
  • Kesulitan dalam mengeja, membaca, menulis, dan berhitung.
  • Lamban dalam menyelesaikan tugas membaca dan menulis.
  • Lamban dalam mempelajari nama dan bunyi-bunyi abjad.
  • Cenderung menghindari aktivitas membaca dan menulis.
  • Kesulitan untuk mengingat huruf, angka, dan warna.
  • Kesulitan untuk memahami tata bahasa dan memberi imbuhan pada kata.
  • Sering salah dalam mengucapkan nama atau kata.
  • Sering menulis terbalik, misalnya menulis ‘sip’ saat diminta menulis ‘pis’.
  • Sulit untuk membedakan huruf tertentu saat menulis, misalnya ‘d’ dengan ‘b’ atau ‘m’ dengan ‘w’.

Perlu diperhatikan, apabila perkembangan kemampuan membaca dan menulis anak terlihat lambat, segera konsultasikan dengan dokter spesialis. Karena apabila disleksia dibiarkan tanpa penanganan, maka kesulitan anak dalam membaca akan berlangsung terus hingga dewasa.

Tak jauh berbeda dengan disleksia pada anak, disleksia pada orang dewasa memiliki gejala antara lain:

  • Emosi yang lebih sensitif seperti cepat marah, mudah jengkel atau frustrasi, mudah stres dan cepat lelah dalam situasi tertentu.
  • Sulit ketika menyuarakan pemikiran. 
  • Sering ada jeda ketika berbicara, atau berbicara dalam frasa yang terputus-putus dan berbicara dengan kalimat yang tidak lengkap. 
  • Suka tiba-tiba bengong namun tidak menyadarinya.
  • Mudah terganggu dengan suara di lingkungan sekitar.
  • Kurang memahami apa yang terjadi di sekitar mereka.
  • Kesulitan untuk memahami dan mengingat pembicaraan atau kejadian yang sudah berlalu.
  • Kesulitan untuk mengingat nama orang namun hafal wajahnya.
  • Kesulitan untuk memahami arahan serta tahapan verbal.
  • Sulit membaca tulisan dengan font yang tidak umum.
  • Kurang suka membaca.
  • Sangat menghindari membaca dengan suara yang keras.
  • Memiliki ejaan yang buruk atau tidak konsisten.
  • Sering meminta tolong pada orang lain ketika harus menulis sesuatu.
  • Tulisan tangan jelek.

Penyebab Disleksia

Sampai saat ini, penyebab disleksia belum diketahui secara pasti. Namun kondisi ini diduga terkait dengan kelainan gen yang mempengaruhi kinerja otak dalam membaca dan berbahasa.

Selain itu, ada pula sejumlah faktor lain yang diduga memicu kelainan gen tersebut, antara lain:

  • Infeksi atau paparan nikotin, alkohol, dan NAPZA ketika masa kehamilan.
  • Lahir dengan kondisi prematur.
  • Lahir dengan berat badan yang rendah.
  • Adanya riwayat disleksia atau gangguan belajar dalam keluarga.

Pengobatan Disleksia

Disleksia Adalah: Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya

Ilustrasi terapi disleksia - Image from id.pinterest.com

Disleksia adalah penyakit yang tergolong tidak dapat disembuhkan, namun deteksi dan penanganan sejak usia dini terbukti mampu meningkatkan kemampuan penderitanya dalam membaca.

Salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan kemampuan baca tulis penderita disleksia adalah fonik. Metode ini berfokus untuk meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi dan memproses suara. Dalam metode fonik, penderita disleksia akan diajari sejumlah hal, antara lain:

  • Mengenali bunyi kata yang terdengar mirip, seperti ‘tepat’ dan ‘cepat’.
  • Mengeja dan menulis, mulai dari kata yang sederhana hingga kalimat yang rumit.
  • Memahami huruf dan susunan huruf yang membentuk bunyi tersebut.
  • Membaca kalimat dengan tepat, sekaligus memahami makna yang dibaca.
  • Menyusun kalimat dan memahami kosakata baru.

Selain itu, terapi disleksia seperti terapi yoga juga bisa membantu meningkatkan kemampuan penderita disleksia.

Ketika menjalani terapi yoga secara rutin, anak disleksia pelan-pelan akan bisa memahami huruf dengan cara memusatkan pikiran dan mulai mengeja serta menulis huruf tersebut.

Ketika kemajuan anak sudah terlihat, Anda disarankan untuk tidak langsung menghentikan terapi. Karena hal ini akan membuat kemampuan anak kembali lagi ke titik awal sebelum terapi yoga dilakukan.

Nah, untuk membantu proses penyembuhan anak, orang tua juga dapat melakukan hal-hal seperti:

  • Membaca dengan suara yang keras di hadapan anak.
    Langkah ini lebih efektif jika dilakukan pada anak usia 6 bulan atau kurang dari itu. Jika anak sudah cukup dewasa, ajak ia membaca cerita bersama-sama setelah sebelumnya diperdengarkan cerita.

  • Beri semangat pada anak agar berani membaca.

  • Hilangkan ketakutan pada anak untuk membaca.
    Dengan rutin membaca, kemampuan anak untuk membaca akan semakin meningkat.

  • Bekerja sama dengan guru di sekolah.
    Bicarakan kondisi anak dengan guru di sekolah, lalu diskusikan cara apa yang paling tepat untuk membantu anak agar berhasil dalam pelajaran. Selain itu, rutinlah berkomunikasi dengan guru agar Anda dapat mengetahui perkembangan anak di sekolah.

  • Bicara dengan anak tentang kondisinya.
    Berilah ia pemahaman bahwa kondisi yang dialaminya dapat diperbaiki, sehingga anak akan menjadi semangat untuk belajar.

  • Batasi menonton televisi.
    Batasi waktu anak dalam menonton televisi, dan sediakan waktu yang lebih banyak untuk belajar membaca. Pilihlah tema bacaan yang menarik bagi anak, atau bisa juga dengan memilih tempat yang menyenangkan untuk belajar agar anak tertarik untuk membaca.

  • Bergabung dengan support group.
    Bergabunglah dengan kelompok dukungan dengan kondisi yang sama. Adapun pengalaman orang tua lain yang memiliki anak disleksia, dapat menjadi informasi berharga untuk meningkatkan kemampuan anak.

Apabila disleksia anak tidak segera ditangani, maka akan sangat kesulitan dalam membaca. Selain itu, kemampuannya dalam memahami pelajaran di sekolah juga akan tertinggal.

Oleh karena itu, jika anak memperlihatkan gejala disleksia, segera konsultasikan ke dokter. Pengobatan akan lebih efektif jika dilakukan sedini mungkin. Semoga bermanfaat.

SHARE ARTIKEL