Warga +62 Malah Liburan Ditengah Wabah Corona, "Oh santai aja, kan cuma flu ini!"
Penulis Isfatu Fadhilatul | Ditayangkan 18 Mar 2020Wisatawan penuhi pantai carita - Image from keepo.me
Belajar dari kesalahan Italia
Jangan sampai kita juga melakukannya
Sudah banyak anjuran yang baik seperti Social Distancing, yang menganjurkan kita untuk mengurangi keluar rumah dan berinteraksi dengan manusia.
Namun kalau kita tidak menanamkan mindset hati-hati ke banyak orang, kita terancam untuk jatuh ke lubang yang sama. Seperti halnya pemerintah meliburkan bukan berarti malah liburan
Orang Indonesia atau yang juga dikenal sebagai warga +62 memang selalu 'tampil berbeda' dari yang lain. Masih segar dalam ingatan kita bagaimana momen saat tahun baru 2020 kemarin, Jakarta dan daerah lainnya dilanda banjir bandang.
Bukannya prihatin, justru para warganya terlihat menikmati alias santai-santai saja. Ada yang menjadikan banjir layaknya wahana bermain air, ada pula yang eksis di Tiktok saat banjir melanda. Ya, begitulah kaum kita, rasa-rasanya tak berlebihan jika Indonesia mendapat julukan “bangsa tersantuy”.
Tak berhenti di situ saja, kejadian unik kembali terjadi disaat dunia sedang dilanda wabah virus COVID-19 atau coronavirus. Sebelum terbukti di Indonesia ada yang terjangkit, warga +62 banyak yang berlomba-lomba membuat meme tentang corona.
'Warga Indonesia kena corona, dikerokin juga sembuh' salah satu keterangan yang biasanya menyertai meme buatan warga Indonesia.
Meme corona tidak bisa masuk Indonesia - Image from www.indomeme.id
Tapi hari ini, tak sesuai meme-meme santuy ala masyarakat Indonesia, ternyata corona berhasil masuk ke negeri kita tercinta.
Lantas fenomena lain pun muncul, yakni 'panic buying' alias membeli barang-barang dengan jumlah yang sangat banyak, seperti semua pabrik akan tutup saja.
Akibat kelakuan warga Indonesia ini, supply dan demand pun tidak berimbang, sehingga beberapa barang menjadi melonjak jauh dari harga aslinya.
Baca Juga: Heboh! Paranormal ini Ramal Corona Akan Hilang di Bulan April
Menurut Steven Taylor, seorang psikolog klinis University of British Columbia, fenomena panic buying merupakan mekanisme psikologis saat menghadapi ketakutan dan ketidakpastian. Panic buying adalah cara untuk mengambil kontrol atas situasi.
Akan tetapi, fenomena ini pun juga tidak berlangsung begitu lama. Kini warga +62 sudah kembali ke ‘sifat asli’ nya.
Disaat hampir semua pemerintah daerah memberlakukan partial lockdown bagi para warganya demi mengurangi penyebaran virus corona, justru banyak warga yang malah melakukan tindakan sebaliknya.
Alih-alih tinggal di rumah demi mensupport niat baik pemerintah dalam mengontrol penyebaran virus corona, para warga santuy ini malah memanfaatkan waktu social distancing selama 2 pekan dari pemerintah untuk berlibur bersama keluarga.
Hari ini, pantai Carita-Anyer, Banten dibanjiri wisatawan dari Jakarta yang mayoritas adalah orangtua yang mendapat kebijakan work from home, dan anak-anak yang mendapat kebijakan sekolah jarak jauh dari Pemprov DKI.
Pantai Lagundi Anyer ramai ditengah virus corona - Image from tagar.id
Marketing Pantai Lagundi Anyer, Andi pun membenarkan hal ini. Menurutnya, kondisi pantai masih aman dan tidak ada penurunan pengunjung di hari libur.
“Tempat wisata Pantai Lagundi Anyer saat hari libur tetap ramai dikunjungi oleh para wisatawan, baik dari kota maupun luar kota. Untuk hari minggu kemarin saja mencapai 8.000 orang," kata Andi, Selasa, 17 Maret 2020.
Sebenarnya tidak dosa kok, alias boleh-boleh saja menghadapi suatu bencana atau pandemik dengan santai, tapi jangan lupa untuk selalu waspada dan bijak.
Salah satu cara bijak yang patut kita ambil adalah dengan menyikapi virus corona yang penderitanya semakin hari semakin bertambah di Indonesia.
Meskipun ada peluang untuk sembuh, akan tetapi mencegah selalu lebih baik daripada mengobati.
Baca Juga: Viral, Kisah Azab Penimbun Sanitizer dan Masker Benar-benar Nyata
Mari kita bandingkan fenomena unik warga +62 ini dengan warga di Italia. Tahukah Anda, sebenarnya, fase 'santuy' ini sudah pernah dialami oleh warga Italia, lho?
Ya, seperti yang dilakukan warga Indonesia sekarang, masih hidup seperti biasa, tidak akan berhenti keluar rumah dan bertemu teman-teman. "Aku nggak bakal kena. Semuanya baik-baik aja." pikir mereka saat itu, hingga akhirnya mereka masuk pada stage 3.
Apa itu stage 3? Yaitu saat kebanyakan warga di sisa wilayah Italia yang belum dikarantina masih hidup seperti biasanya. Mereka tidak tahu betapa serius kondisi corona. Tak hanya itu, 10 ribu orang yang harusnya dikarantina malah kabur ke berbagai wilayah di Italia.
Ya memang betul, semua orang sedang membahas soal virus corona, mereka menyarankan untuk cuci tangan dan kurangi bepergian, media massa pun mulai menayangkan tips-tips hidup sehat, tapi tetap saja di kepala orang-orang hal tersebut belum menjadi suatu hal yang serius.
Seperti yang terjadi pada warga Indonesia sekarang, kan? Diminta isolasi diri dirumah malah ramai-ramai liburan bareng keluarga. Nasib baik jika salah satu dari mereka tidak positif corona, kalau satu saja orang yang positif, bayangkan berapa banyak orang yang akan tertular virus itu
Apakah Anda bisa menebak apa yang selanjutnya terjadi pada warga Italia? Ya, mereka masuk pada stage 4. Dimana jumlah kasus meningkat tajam, sekolah dan kampus dimana-mana ditutup selama satu bulan.
Corona membuat Italia terpuruk - Image from www.genpi.co
Corona menjadi kasus darurat nasional. Rumah-rumah sakit mulai kepenuhan, seluruh unit dikosongkan untuk menampung pasien virus corona.
Kondisi semakin parah, tidak cukup dokter dan suster yang tersedia, mereka memanggil pensiunan dan para mahasiswa untuk membantu, tidak ada lagi sistem shift, yang penting bantu sebisanya.
Kemoterapi ditunda, situasi kacau, sistem pun mulai ambruk. Mereka masuk pada stage 5, dimana seluruh negara dikarantina. Bukan satu atau dua wilayah saja, tapi seluruh negara!
Sekarang ada rasa takut yang bisa dilihat dimana-mana, orang memakai masker dan sarung tangan. Namun sayangnya, masih ada orang yang merasa jika mereka kebal, yang masih saja ramai-ramai ke restoran, nongkrong bareng dan lain-lain.
Baca Juga: Tak Manusiawi, Perusahaan ini Pekerjakan Orang Sebagai Dispenser Hand Sanitizer
Melihat bagaimana 'santuynya' warga +62, bukan tak mungkin kejadian serupa juga akan terjadi di negeri kita tercinta ini. Kena corona tidak masalah, yang penting tetap bisa eksis di Tiktok, bukan begitu pikir mereka?
Kembali ke Italia, dua hari kemudian, diumumkan bahwa semua bisnis harus ditutup, artinya tidak ada bar, restoran, mall, ataupun toko yang buka. Semua tempat kecuali supermarket dan apotek. Warga tetap bisa kemana-mana jikalau memiliki izin dan dokumen resmi.
Tak berhenti disitu, ada banyak sekali tempat pengecekan polisi, dan jika ada warga di luar rumah tanpa ada alasan yang jelas, maka warga itu akan didenda 206 Euro. Parahnya, jika warga tersebut ternyata pasien positif, maka ia akan di penjara satu sampai dua tahun dengan dakwaan pembunuhan.
Begitulah kira-kira kondisi Italia pada 12 Maret. Semua fase ini terjadi hanya dalam dua minggu, dan hanya butuh lima hari dari stage 3 hingga kondisi memprihatinkan seperti sekarang ini.
Jadi bagaimana warga Indonesia, apakah kalian tidak keberatan mengalami kondisi yang sama? Masih mau santai dan tidak mengambil tindakan yang perlu demi kebaikan semua orang?
Makanya, untuk Anda yang membaca, bertindaklah! Jangan anggap remeh virus corona dengan hanya mengandalkan obat biasa, ingat hingga saat ini virus corona belum ada obatnya.
Lakukan tindakan pencegahan sekarang juga. Sebisa mungkin JANGAN KELUAR RUMAH, apalagi hanya untuk berwisata.